6 - Drama yang Lalu

5 3 0
                                    

Baru lewat pukul dua dini hari Harris baru bisa memejamkan mata. Ia tidak sepenuhnya tertidur. Ia tidak ingin ada mimpi buruk lagi malam itu. Namun bagaimana pun juga akhirnya pertahanannya runtuh. Badannya tidak bisa dibohongi. Harris akhirnya tertidur.

Saat ia terbangun, ia merasakan cuacanya sangat panas. Matahari sudah tinggi dan bersinar sangat terang. Ia merasa sudah bangun sangat kesiangan.

Dia langsung menyegarkan diri dengan mandi. Dengan mimpi-mimpi buruk belakangan ini, dia membutuhkan apa pun cara yang bisa dia gunakan untuk mengurangi rasa stresnya.

Sekian menit kemudian, dia keluar motel dan mendapati dirinya menuju Otto's. Ia butuh makan sarapan yang simpel, dengan jumlah yang lebih banyak. Dia memesan kopi dan dua porsi sandwich ayam.

"Baik, silakan ditunggu."

Sembari menunggu, Harris menatap keluar dan melamun. Ia teringat pada Mary. Waktu masih sekolah dulu, mereka bertemu di lapangan olahraga. Harris pemain futbol, dan Mary adalah pemandu sorak. Namun, Harris bukanlah pemain futbol terhebat dan Mary bukanlah pemandu sorak tercantik. Mungkin dari situlah mereka mulai menyadari kecocokan satu sama lain.

Harris ingat pernah mencuri mobil ayahnya untuk mengajak Mary menonton di drive-in theatre. Waktu itu, film yang diputar adalah film sains fiksi kelas-B yang konyol. Harris tidak menikmati filmnya sama sekali, tapi setidaknya waktu itu ada Mary di sampingnya. Mereka berciuman di sana.

"Aku ingin bersamamu ke mana saja kau pergi." ujar Mary suatu ketika.

Harris ingat saat dia mengantar Mary pulang, ayahnya nampak sangat marah. Dia bisa mendengar saat ia berkata, "Kamu jangan bersama dia. Dia bukan anak baik-baik."

Seperti itulah, Harris jadi semakin sulit menemui Mary. Sampai suatu ketika, saat Harris datang ke rumahnya, ternyata Mary dan keluarganya sudah pindah.

Tak ada salam perpisahan. Harris ingat betapa marahnya dia waktu itu. Dia marah pada dunia, pada situasi yang berada di luar kemampuannya.

 Aroma daging ayam menyadarkan Harris dari lamunannya. Dia melihat pesanannya sudah hampir sampai di mejanya.

"Silakan pesanan Anda."

Sekilas Harris melihat sosok perempuan pramusaji itu, dia banyak mengingatkannya akan Mary. Pada saat ia akan berbalik, Harris membuka mulutnya.

"Hei, bisa tunggu sebentar?"

Namun mulutnya tercekat. Kata-kata yang disiapkannya tak bisa keluar. Sang pramusaji pun langsung beralih ke meja lain, tanpa menoleh kembali ke arah Harris. ***

Silent West MotelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang