10 - Instrumen untuk Kestabilan Sosial

3 2 0
                                    


Butuh waktu sekian detik bagi Harris untuk menyadarkan dirinya kembali pada realitas di sekelilingnya. Dentuman keras di belakangnya barusan membuatnya tersentak dan terjatuh. Begitu dia bisa menoleh ke belakang, dia melihat ada mobil yang telah menabrak tiang listrik.

Mobil itu tergolong mobil kecil yang murah, yang tentunya juga tak setangguh mobil-mobil lain di kelasnya. Bagian depannya sudah ringsek dan hancur. Harris tak bisa melihat bagian depannya dengan jelas. Ada darah yang menetes di sana. Cat merah mobil itu menjadi semakin merah.

Ambulans? Polisi? Pemadam kebakaran? Harris membutuhkan apapun instrumen kestabilan sosial untuk menangani situasi ini. Orang-orang mulai berkerumun untuk melihat. Mungkin di antara mereka ada yang menghubungi nomor darurat.

Waktu berlalu terasa lama sekali. Tiap momen seolah-olah melambat. Harris membeku. Kakinya terasa kaku dan tak bisa bergerak. Nyaris dia tertabrak oleh mobil itu tadi. Dia mulai berpikir, andaikan mobil itu melaju 3 inci lebih ke kanan saja, mungkin dia akan ikut tertabrak.

Di mata Harris seketika dunia menjadi kacau dan runtuh. Dia berharap akan ada yang menstabilkannya. Dia berharap instrumen kestabilan sosial itu akan segera datang.Dari kejauhan mulai terdengar suara sirine. Ambulans dan mobil polisi datang, dan suara sirinenya bersahut-sahutan sampai menjadi sangat keras.

Petugas kesehatan segera turun dan menangani korban kecelakaan. Harris didudukkan di dekat mobil ambulans. Bahunya diberi selimut, yang meski sepele, tapi cukup mampu meredakan syok yang dialami.

Seorang petugas polisi datang mendekat. Dia memperkenalkan diri sebagai Letnan Edna Rogers dari kepolisian Fairplay, Colorado.

"Kami, instrumen kestabilan sosial, telah datang untuk membantu." kata-kata itu seolah didengar Harris, padahal sebetulnya bukan itu yang dikatakan sang letnan polisi.Hari itu masih sangat panjang bagi Harris. ***

Silent West MotelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang