Agen Khusus Dale Cooper dan Deputi Direktur FBI Gordon Cole menyudahi santap malamnya. Mereka pun mengucapkan selamat berpisah pada Harris Steed.
"Selamat jalan. Siapa tahu, mungkin suatu saat nanti kita bisa pensiun di Twin Peaks."
Mobil sedan hitam mereka pun berlalu. Sudah tidak ada siapa-siapa. Harris sendirian di malam itu.
Ia mulai berjalan kembali ke motel. Banyak hal telah terjadi dan ia ingin beristirahat.
Harris tidak melihatnya, tapi ada peristiwa yang terjadi di balik punggungnya. Berkas-berkas sinar terang menembus langit malam kota Fairplay, seolah-olah sekelompok malaikat tengah turun ke kota itu.
Dan rupanya memang ada sekawanan makhluk yang turun dari langit saat itu. Saat berkas sinar itu mencapai tanah, kilatan cahaya yang lebih kuat menerangi tempatnya mendarat, diiringi suara gemuruh dan ledakan. Seperti suara petir menyambar, tapi puluhan kali lebih keras.Para malaikat telah turun. Pemimpin kawanan mereka berkata, "Sekarang, hari pengadilan telah tiba!"
Ketika Harris masuk ke kamarnya, ia melihat pemandangan yang betul-betul tak disangkanya. Di lantai kamar motelnya kini terdapat sebuah lubang besar menganga yang memiliki tangga yang mengarah ke bawah, seperti jalan menuju ruang bawah tanah.
Kemudian, ada sinar terang yang di belakang Harris, diiringi dengan suara perintah yang menggelegar.
"Masuklah ke dalam sana. Pengadilan akan segera dimulai!"
Ada daya aneh dalam perintah tegas itu. Harris tak dapat menolaknya. Ia pun berjalan menuruni tangga itu. Perjalanan turun sangat panjang, sudah sekian menit berlalu tapi tangga itu seperti tidak ada habisnya.
Akhirnya Harris tiba di sebuah ruangan yang tertata seperti layaknya ruang pengadilan. Ruangan tersebut dihadiri oleh makhluk-makhluk humanoid yang bersinar terang. Sulit untuk melihat rupa ataupun pakaian mereka di balik semua sinar terang itu. Ada bentuk serupa sayap di punggung mereka. Apakah mereka ini yang namanya malaikat?
"Harris Steed. Terdakwa. Duduklah di tempat yang disediakan."
Dia langsung duduk di hadapan sang hakim. Suasana ruang pengadilan itu sungguh mencekam, membawa tekanan yang berat bagi Harris.
"Anda telah membunuh orang demi mendapatkan kebebasan dan Anda menggunakan kebebasan itu untuk berlibur ke Fairplay ini. Katakan, apakah Anda menyangkal hal tersebut?"
Harris teringat bayangan orang-orang yang terlintas saat dulu ia bermimpi tentang ledakan nuklir. Ada salah satu orang yang berjas. Itu adalah bosnya yang tiada. Namun, dia tidak boleh kalah. Dia harus terus melawan.
"Saya menyangkal. Sebab, saya merasa berhak atas kebebasan saya ini. Oleh karena mereka tak memberikannya, maka saya berhak untuk mengambilnya."
Seketika hening. Atmosfer ruangan itu terasa lebih berat, seolah-olah gravitasi ruangan itu meningkat beberapa kali lipat. Harris sudah menghabiskan sisa keberaniannya untuk bicara seperti itu, dan dia mulai ambruk di hadapan makhluk-makhluk terang ini.
"Hadirin di ruang pengadilan ini telah mengetahui segalanya, Mr. Steed. Tak ada yang perlu disangkal. Anda hanya perlu untuk mengakui dan menerimanya. Dari situ, masih ada pengampunan dan pemaafan."
"Tidak. Saya tetap pada pendirian saya."
Tidak ada suara selama beberapa detik, yang terasa seperti beberapa tahun. Kemudian, sang hakim kembali angkat bicara.
"Harris Steed, telah diketahui melakukan pembunuhan pada bosnya, Mr. Boer, serta beberapa staf-nya atas suatu kondisi yang diistilahkan sebagai 'going postal.' Mr. Steed merasa tidak pernah mendapatkan hak dan kebebasan selama bekerja pada mereka, dan akhirnya ia mengambilnya secara paksa dengan cara merenggut nyawa. Ia kemudian pergi untuk mengambil cuti panjang atau sabatikal sampai jauh di sini, di kota Fairplay, dan menginap di Silent West Motel. Terdakwa memilih untuk menyangkal segala kesalahan yang dia lakukan. Maka dari itu, keputusan telah ditetapkan, dan hukuman akan diberikan sesuai dengan kadar perbuatannya. Fiat justitia et pereat mundus."
Terdengar bunyi ketukan palu sebanyak tiga kali, dengan suara yang menggelegar seperti petir menyambar. Seketika, seluruh ruang pengadilan itu menjadi amat terang. Semakin putih dan semakin terang, Harris memilih memejamkan matanya.
Kemudian semua sunyi, dan segalanya menjadi gelap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent West Motel
Bí ẩn / Giật gânHarris Steed seolah mendapatkan momen kebebasannya. Ia merebut sabatikal/cuti panjang yang sudah ia idam-idamkan (dengan cara yang masih dipertanyakan). Ia melaju sejauh mungkin dari dunia lamanya, hingga suatu ketika ia berhenti di Route 285 Colora...