vampire

330 38 0
                                    

I loved you truly
Gotta laugh at the stupidity
'Cause I've made some real big mistakes
But you make the worst one look fine
vampire -Olivia Rodrigo

I loved you trulyGotta laugh at the stupidity'Cause I've made some real big mistakesBut you make the worst one look finevampire -Olivia Rodrigo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nakusha mengernyit tak mengerti."Lo kenapa duduk di sini? Ini tempatnya Mita."

Alana tersenyum. Memperbaiki duduknya, lalu berkata."Belum liat chatnya Jendral?"

Nakusha yang mendengar itu mendengus lelah, membuka satu room chat lalu membacanya. Ia mendecak."Lo sekarang sama Jendral."

Alana terkekeh."Siapa sih yang nggak mau sama Jendral, Na?"

"Walau lo tau sendiri kalau Jendral pacaran sama gue?"kata Nakusha, berusaha menahan diri.

"Oh ya? Emangnya masih pacaran ya? Kok kayak nggak sih? Lo ngaku-ngaku?"kata Alana seolah mengompori.

"Lo taunya apasih? Sesama cewek padahal."katanya, namun tak bisa melawan semua apa yang terjadi.

Baru saja Alana ingin angkat bicara, tiba-tiba cewek berambut pendek sebahu tiba di meja mereka dengan wajah bingung."Lo ngapain duduk di sini? Ini tempat gue."

Alana memutar bola mata malas."Jelasin, Na."

Nakusha menghela napas lelah. Ingin melawan namun tetap saja ia akan kalah, karena sudah Jendral yang turun tangan."Mita, lo duduk di tempat Alana dulu hari ini."

Sasmita mendecak."Maksud lo apasih? Pindah Alana!"katanya tegas, sang empunya nama hanya diam menatapnya santai.

"Nanti gue jelasin Mit, gue minta tolong ya, hari ini aja."kata Nakusha sudah tak enak.

Sasmita akhirnya menghembuskan napas kasar."Hadeh, kayaknya dunia bakal beneran mau kiamat deh."sarkasnya.

***

"Lo ngapain datang sih? Lo sebodoh ini sampai nggak ngerti sama apa yang gue bilang di chat?"

"Kamu ngasih selebrasi buat siapa tadi?"

Dari pada menjawab perkataan Jendral, Nakusha lebih memilih memberi pertanyaan memojokkan itu. Ia diam-diam mengepalkan tangan, berusaha menahan diri di tengah sesak di dadanya kembali menyerang.

Tadi, waktu Jendral memenangkan pertandingan taekwondo dan menjadi salah-satu peserta yang masuk final menuju nasional, cowok itu memberi selebrasi yang Nakusha yakini bukan untuknya karena itu tampak sangat berbeda.

"Clara."kata Jendral datar. Ia menghembuskan napas kesal. Mereka berdua sedang berada di samping gedung seleksi.

Nakusha terkekeh miris. Dulu, setiap Jendral selesai bertanding dan memenangkan pertandingan. Entah basket, futsal, renang, ataupun taekwondo yang baru di tekungi cowok itu sejak SMA. Jendral pasti selalu memberi selebrasi kepadanya berupa menulis bentuk 'N' di udara.

Tapi kali ini berbeda, bukan lagi huruf namanya, tapi orang lain. Dulu, bagi Jendral selalu Nakusha, Nakusha dan Nakusha.

Nakusha meneguk saliva getir. Jika ingin menangis, rasanya terlalu melelahkan dan menyakitkan. Lagi pula, hasil dari tangisnya tak ada apa-apa. Jendral akan tetap seperti ini, karena cowok di depannya ini bukan lagi orang yang sama.

NOW IM BLEEDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang