Itu Aku

161 14 3
                                    

𝘛𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢?
𝘛𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘱𝘢?
𝘛𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘶𝘫𝘶? 𝘐𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶
— Sheila On 7

𝘛𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢?𝘛𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘱𝘢?𝘛𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘶𝘫𝘶? 𝘐𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶— Sheila On 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2018, Jakarta Indonesia!

"Mau kemana lagi lo anak kecil hah?! HAHAHAHAHAHAHAH!"

Seorang gadis merintih kesakitan tatkala jatuh di atas jalan yang terdapat banyak kerikil-kerikil kecil berujung tajam. Ia terjebak. Tak bisa lagi lari karena lututnya ia yakini pasti terluka. Ia juga lelah, sudah tak kuat lagi untuk lari dari kejaran 3 preman menyeramkan ini.

"Dia anak orang kayak nggak sih?"ucap pria bertato hitam di leher —Bandi. Memperhatikan si gadis yang takut-takut melihat mereka.

"Anak orang kaya, yakin gue. Lihat noh tas sama sepatunya mahal. Kalau nggak salah harga tuh sepatu sampai sejuta lebih. Nge-trend sekarang."jawab pria tinggi besar —Teo.

Pria kurus tinggi —Heru tertawa menyeramkan."Gas aelah. Bisa kaya kita ini."katanya.

Si gadis kecil yang cantik —Nakusha Anjeli gemetar tatkala preman mendekat. Keringat mengacur mulai dari dahi merembes turun hingga leher. Kedua matanya memanas ingin menangis. Ia ketakutan. Suasana pemukiman ini tiba-tiba sepi tak ada orang. Anak-anak yang selalu ia lihat bermain layangan di lapangan sana tidak ada. Ia tak tahu harus apa. Ingin lari namun untuk berdiri saja ia sudah tak kuat.

"Jangan apa-apain saya!"ucapnya takut. Mendongak menatap 3 preman berdiri mengelilinginya.

"Ck, nurut sama kita kalau lo nggak mau di apa-apaain!"kata Bandi tajam.

Heru jongkok, mencengkram rahang mungil Nakusha. Hingga gadis itu sudah tak tahan dan akhirnya mengeluarkan air mata tanpa suara."Yaelah cengeng banget. Pasti di manja nih anak!"ucapnya sewot, menghempas rahang Nakusha begitu saja.

"Angkat!"perintah Bandi. Teo mengangguk. Mengangkat Nakusha ke atas punggungnya. Menggendong gadis lugu itu bak karung beras.

Nakusha memberontak. Suaranya sudah serak. Ia takut setengah mati. Terus berteriak namun tak ada yang mendengar. Menendang-nendang udara berharap preman ini lengah dan melemparnya. Tak apa, itu lebih baik dari pada di bawah pergi entah kemana.

Prangggg!

"BANGSAT!"

"BOCAH ANJING!"

"BOCAH JAMAN SEKARANG GINI YAH?!"

Lemparan botol kaca yang mengenai punggung Teo hingga pecah berhasil menarik perhatian mereka. Teo kesal, langsung menurunkan Nakusha begitu saja. Maju ingin membalas perbuatan seorang anak laki-laki karena dengan beraninya tiba-tiba datang dan menantang.

"Bocah asu!"

Anak laki-laki tinggi itu hanya diam dengan wajah datar. Kedua tangannya masuk ke dalam celana, menunjukkan ekspresi santai yang angkuh. Membuat 3 preman emosi seketika. Bandi, Teo, dan Heru maju. Dan di saat itulah, sebuah semprotan langsung mengarah ke mata mereka.

NOW IM BLEEDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang