poison

144 14 0
                                    

𝘋𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘬𝘶, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢 3 𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱. 𝘋𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢: 𝘏𝘢𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘮𝘱𝘢𝘴, 𝘰𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘵𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩.
— 𝐵𝒶𝓈𝓀𝒶𝓇𝒶 𝒥𝑒𝓃𝒹𝓇𝒶𝓁 𝒜𝓁𝓋𝒶𝓇𝑜

"Lo dari mana aja anjrit!"kata Jiko kesal sekaligus lega melihat temannya satu ini akhirnya muncul juga setelah beberapa  hari tak ada kabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo dari mana aja anjrit!"kata Jiko kesal sekaligus lega melihat temannya satu ini akhirnya muncul juga setelah beberapa  hari tak ada kabar.

Jendral hanya diam. Penampilannya tampak kacau. Duduk di sofa sambil menutup wajahnya. Raya dan Dirga saling melirik. Entah kenapa merasakan ruangan ini tiba-tiba mencekam. Mondi baru datang. Berdiri tepat di hadapan Jendral.

"Dari mana aja lo?"katanya tajam. Jendral mengambil rokok lalu membakar ujungnya."Bukan urusan lo!"balasnya dingin. Menghembuskan kasar asap rokok itu.

Mondi mendecih."Ck, bisa nggak sih cerita sama kita? Lo ada masalah kan? Kita di sini gunanya apa, Jend?"katanya muak.

"Gue baik-baik aja. Cuma cape aja kemarin."jawabnya tak terlalu peduli.

Raya mendekat."Habis berantem kan lo? Sama geng yang mana?"tanyanya. Meletakkan kotak obat di meja hadapan Jendral.

"LO DARI MANA AJA SIH?!"teriak Layla heboh, yang baru saja datang. Mencubit kuat pipi Jendral membuat cowok itu mengaduh."Sini lo. Matiin rokok lo!"

Seperti anak kecil yang takut di marah sang ayah. Jendral menurut. Menginjak rokoknya hingga mati lalu mendekat pada Layla yang tengah membuka kotak obat."Aiguuuu. Berantem sama siapa lagi lu? Lu udah jago kali kah?"katanya greget sendiri.

"Akh!"

Jendral beberapa kali memekik pelan karena Layla mengobatinya tidak ikhlas sekali. Namun ia tak memprotes."Gue nggak berantem."

Jiko menggeleng. Meletakkan beberapa kaleng soda di atas meja. Hingga sedetik kemudian ia teringat akan sesuatu. Lalu tak sadar menyelutuk."Jend, tau nggak. Tadi pas pulang sekolah kita lihat Nakusha bareng cowok. Anak Smangkasa deh keknya. Pacar barunya kali, ya?"

Hening.

Atmosfer ruangan seketika menjadi mencekam. Mondi, Raya, Dirga, bahkan Layla menghentikan aktifitas begitu saja. Hanya suara AC dan kicauan burung dari luar memecah hening. Jiko tersentak sendiri tatkala teman-temannya dalam sekejap langsung memberinya tatapan sinis yang mematikan.

Hingga sedetik kemudian ia baru tersadar atas apa yang ia katakan tadi ternyata adalah sebuah kesalahan. Jiko menipiskan bibir. Nyengir canggung untuk mencairkan suasana."Ma-maksud gu—"

Brakkkk!

Jendral menendang kuat meja. Hingga benda itu terdorong beberapa meter. Jiko mengutuk dirinya. Ia akan benar-benar habis sekarang.

NOW IM BLEEDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang