𝘔𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘵𝘪𝘬 𝘪𝘯𝘪, 𝘵𝘢𝘸𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘬𝘢𝘯.
— 𝐿𝒾𝓃𝓉𝒶𝓃𝑔 𝒩𝒶𝓇𝒶 𝑀𝒶𝒹𝒽𝒶𝓋𝒶Nakusha berjalah lemah menuju WC. Wajahnya makin pucat. Sudah jam 1 siang, ia belum makan apapun dari tadi malam. Membuatnya lemas bukan main apalagi kegiatan PMR padat sekarang.
"Nakusha."
Nakusha mengenal jelas siapa pemilik suara itu. Dadanya sontak bergemuruh. Berbalik badan menatap cowok berbadan gagah berjalan mendekat ke arahnya.
"Jend —"
"Tadi lo ke sekolah bareng siapa?!"katanya dingin.
"Hah?"
"Gue tau semuanya. Siapa yang antar lo tadi ke sekolah, Nakusha?!"
Nakusha salah. Ia kira Jendral mendatanginya karena ingin memberinya penjelasan soal tadi. Mengapa tiba-tiba membatalkan janji dan malah bersama dengan Bianca?
Sebenarnya Nakusha tak butuh penjelasan karena semua sudah jelas, bahwasanya tidak ada yang bisa ia harapkan lagi pada Jendral.
"Nggak penting juga buat kamu."balasnya tidak peduli.
"Tinggal jawab, Na. Lo nggak punya uang sampai-sampai nggak bisa pesan taksi ke sekolah? Gojek, bus, atau apa kek."
"Kenapa harus sama cowok? Siapa dia? Atau lo sengaja supaya bisa bareng sama cowok lain?"
"Apasih, aku pusing, urusin aja Bianca."katanya sudah malas. Berbalik badan ingin pergi. Sakit pada kepalanya akan bertambah jika di sini terus.
"Cih. Nggak usah ngalihin pembicaraan."kata Jendral mulai kesal. Menarik lengan Nakusha agar berbalik lagi padanya.
"Kenapa sama Bianca lagi? Balikan atau gimana?"tanya Nakusha tak tahan. Menarik lengannya dari cengkraman Jendral.
Jendral terdiam.
"Kamu bisa nekan aku buat jelasin siapa yang antar aku tadi, dan aku juga bisa nekan kenapa kamu lakuin ini semua ke aku!"
Jendral meneguk saliva susah.
"Tadi aku di anter sama cowok itu sebuah kesalah ya? Terus yang kamu lakuin selama ini ke aku itu apa?"katanya tegas. Nakusha meneguk saliva getir. Untung saja karidor menuju WC saat ini sepi, jadi tak ada siswa-siswi yang melihat hingga menjadi bahan gosip lagi.
"Kepuasan?"
"Udah hampir satu tahun. Satu tahun kamu nyakitin aku!"katanya dingin. Menunjuk dirinya sendiri dengan sakit.
"Aku sebenarnya bingung, yang nyakitin aku di sini itu kamu, atau diri aku sendiri?!"
"Karena aku buka ruang untuk kamu supaya kamu bisa nyakitin aku!"katanya dengan suara hampir meninggi. Kedua mata Nakusha memerah ingin menangis, namun lagi-lagi berusaha untuk ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOW IM BLEEDIN
Novela Juvenil❝𝓨𝘰𝘶 𝘥𝘳𝘦𝘸 𝘴𝘵𝘢𝘳, 𝘢𝘳𝘰𝘶𝘯𝘥 𝘮𝘺 𝘴𝘤𝘢𝘳.❞ Kamu menggambar bintang, disekitar bekas luka ku. ー 𝒩𝒶𝓀𝓊𝓈𝒽𝒶 𝒜𝓃𝒿𝑒𝓁𝒾 Jendral Alvaro definisi sempurna dimata Nakusha Anjeli. 6 tahun rasanya sangat sebentar jika harus bers...