Ocean Eyes

199 17 0
                                    

𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘢𝘳𝘢𝘨𝘳𝘢𝘧 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘩𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶.
— 𝓑𝓪𝓼𝓴𝓪𝓻𝓪 𝓙𝓮𝓷𝓭𝓻𝓪𝓵 𝓐𝓵𝓿𝓪𝓻𝓸

— 𝓑𝓪𝓼𝓴𝓪𝓻𝓪 𝓙𝓮𝓷𝓭𝓻𝓪𝓵 𝓐𝓵𝓿𝓪𝓻𝓸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plakkkkk!

Tamparan keras itu membuat seorang cewek bersetelan dress putih mahal bergaya elegan modern bak putri kerajaan, hampir terjatuh, namun untung ada meja besar di sana yang ia gunakan untuk menahan tubuh.

Napas Bianca sedikit memburu, menyentuh pipi kanannya yang sangat perih dan panas akibat tamparan keras itu. Ia diam-diam mengepalkan kedua tangan. Merasakan dadanya kini memanas dan sesak bukan main.

Wanita muda dengan kalung berlian berkilau di lehernya ini memijat pelipisnya yang tiba-tiba sakit. Tatapan tajam ia layangkan pada anak bungsunya."Mami dapat laporan dari guru les kamu. Aeris bilang, kamu nggak les hampir dua minggu. Apa benar itu?"

Bianca memejamkan mata. Padahal ia sudah menyogok Aeris -guru lesnya yang berasal dari UK untuk tutup mulut mengenai hal ini."Ngg-"

Plakkk!

Gavesha Sabrina -ibunda Bianca kembali melayangkan sebuah tamparan keras."KENAPA KAMU NGGAK PERNAH BISA SEPERTI BERLIAN, BIANCA!!"teriaknya muak.

Mulai. Tiada hari tanpa dirinya di banding-bandingkan dengan kakaknya yang tengah mengambil dokter spesialis di Kanada sekarang. Ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk bisa mensejajarkan diri dengan Berlian. Dimana kakaknya itu memang sesosok perempuan yang sempurna, dan Bianca mengakui itu.

Tapi sejatinya, Bianca adalah dirinya sendiri. Ia suka kehidupan yang bebas. Ia suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya sambil menghabiskan uang membeli barang-barang yang sedang booming di kalangan remaja. Ia lebih suka menghabiskan waktu di luar sana.

Tidak seperti Berlian, yang terus bergulat dengan buku-buku di depan mata sejak kecil. Bergulat dengan banyaknya olimpiade nasional hingga internasional. Hingga harus terperangkap dalam cita-cita yang Berlian tak inginkan sama sekali. Tapi katanya tak apa. Yang penting Gavesha -ibunya bahagia.

Bianca menahan air mata. Ia muak sama sekali."Bianca cape les terus."

"Mami lebih cape!"katanya tajam."Mami mau kamu harus jadi dokter. Dan papi kamu harap kamu bisa menjadi penerus yang baik!"peringatnya.

"JANGAN BUAT MALU PAPI SAMA MAMI! KAMI NGGAK PERNAH AJARIN KAMU BUAT JADI CEWEK MURAHAN YANG KERJANYA CUMA KELURUYURAN!"

"CUKUP!"bentak Bianca tak tahan. Perlahan air matanya jatuh luruh. Ia menutup kedua telinga, tak kuat lagi mendengar ucapan jahat yang keluar dari mulut Gavesha.

Gavesha terkejut karena anak bungsunya dengan berani membentak. Ia mengumpat. Bersiap lagi melayangkan sebuah tamparan."BER-"

Tamparan itu tertahan. Gavesha terkejut saat tangannya di tahan oleh seorang cowok tinggi tampan yang tiba-tiba datang entah dari mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOW IM BLEEDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang