[ 6 ] - Misi Menjadi Humoris

52 7 2
                                    

::: Selasa, 6 Februari 2024 :::

Buatlah cerita dari trope romance berikut sesuai dengan bulan kelahiranmu.

1. Fluffy
2. Angst
3. Love Triangle
4. Friends to Lovers
5. Contract Relationship
6. Office Romance
7. Ex to Lovers
8. Second Choice
9. Amnesia
10. Comedy
11. Drama
12. Soulmate

Trope romance bulan lahirku: Comedy

Aku bilek: *//SCREAMING INSIDE *// TIDAKKKKKKKKKKKKKK!!!! (⁠〒⁠﹏⁠〒⁠)

• • • o O o • • •

[ Short Story ]

Lemparkanlah tubuhku ke lautan kaum hawa, maka jaminan bahwa mereka akan mencabik habis demi memiliki sebagian dari tubuhku bukanlah kiasan belaka.

Maksudku, itulah kiasannya. Sebab saking tampan dan rupawannya aku, baik perempuan-perempuan gila dan waras di luar sana sampai berlomba-lomba mau dekat dengankuーbanyaknya ingin menjadi pacarku.

Butuh bukti? Tanyakan pada siapapun yang lalu-lalang di depan gerbang SMAS Budi Utomo, siapakah siswa tertampan yang pernah dimilikinya? Seratus dari seratus responden akan serempak menjawab, "Mahesa Pramodya!"

Aku tidak sedang berbohong. Masih butuh bukti lain? Wah, tidak ada puasnya ya.

"Eca! Buruan ke kantin, yang lain sudah nunggu!" suara karibku menginterupsi di batas pintu kelas; Aidil kami menyapanya.

"Iya, sebentar," bel istirahat berbunyi tiga menit yang lalu. Bukannya aku lama karena belum menyelesaikan tugas matematika dari Bu Lenaーjustru aku adalah orang kedua yang selesai lebih duluーtapi karena gadis-gadis butuh bantuan sekaligus perhatian di bangku-bangku belakang selalunya akan mengerubungi area dalam radius paling kecil semeter dari arah mejaku saat masuk jam istirahat. Ada yang berdalih: Ih, Esa udah cakep, pintar, baik lagi; paket lengkap deh pokoknya! Boleh ajarin kami materi ini nggak? Kami nggak mengerti sama sekali, atau, Esaa, mau gabung sama kita-kita nggak, makan di kantin?

Semua keinginan bercampur baur saat itu. Baik yang benar-benar ingin paham materi atau yang sekadar mau mengagumi ciptaan Tuhan paling sempurna ini dalam jarak dekat. Sampai ada yang pernah kedapatan diam-diam memotretku karena lupa dengan suara cekrekk dari HP-nya. Hawa-hawa lain yang mengetahui itu langsung mengeluarkan taring kepada sang oknum, seolah-olah mereka manajer atau berperan jadi ibuku yang protektif. Nah, kalau aku sih, malah tidak masalah. Kata baik, cakep, dan pintar itu sungguhan, 'kan, kubilang? Aku memang sebaik itu, tidak perlu marah-marah, hanya mengatakan, "Jangan lupa kirim hasil fotonya ke Instagramku ya!"

Sepanjang jalan menuju kantin pun, hampir seluruh mata yang lewat tak lepas dari mengintil bekas-bekas keberadaanku.

Sewaktu-waktu aku pernah berpikir, kira-kira ada tidak ya masa di mana orang-orang tak akan lagi tergoda bahkan untuk sekadar melirik presensiku dari ujung mata. Kata Bapak sih, selama bentuk wajahku masih tidak berubah akibat oplas atau terendam pupuk kandang kotoran sapi, maka selama itu pula tatapan-tatapan tak akan lekang mengarah padaku.

Age Quod AgisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang