[ 26 ] - Salahkah Menjadi Tidak Cantik?

13 2 0
                                    

::: Senin, 26 Februari 2024 :::

Buatlah cerita yang mengandung 3 kata ini: Biru, Harmonika, Jendela. Minimal 500 kata. Kata harus ditulis secara berurutan dari Biru-Harmonika-Jendela.

• • • o O o • • •

[ Short Story ]

Saat TK, Dira tidak pernah peduli jika teman lelaki mengatainya gendut. Beranjak ke SD, porsi makannya bertambah yang berimbas pada kenaikan berat badan. Pengusikan verbal tak lagi dirasa seruーmaka anak-anak jahannam itu mulai mencoba tahap perundungan fisik kepada Dira. Dipukul, disiram air, dikata-katain. Semuanya terjadi hanya karena Dira gendut dan kusam. Kalau kata mereka, Dira itu jelek.

Jelek artinya tidak enak dipandang mataーlawan kata dari cantik. Dengan demikian, jelek sama artinya dengan tidak cantik.

Kemudian, satu pertanyaan muncul dalam benak Diraーapakah salah menjadi tidak cantik?

Apakah salah hanya karena dirinya terlahir gendut dengan wajah kusam dan berminyak? Apakah salah jika dia tidak kurus semampai, berkulit putih dan mulus seperti salah satu teman perempuannyaーSafa?

Selamat datang di dunia manusia, di mana standar kecantikan ditentukan stereotip dan menjadi cantik adalah hal yang harus dinormalisasikan.

Adinda Ayu Kiraniーbiasa dipanggil Dira. Dulu sekali dalam ranah keluarga, Dira sempat dipanggil Ayu. Tapi salah satu Tantenya berceloteh pada Ibu Dira, "Lucu ya anakmu. Namanya Ayu, tapi nggak cantik."

Bahkan keluarga Dira seblak-blakan itu. Sejak saat itu, Ibu Dira tidak lagi memanggil anaknya Ayu.

Mendaki ranah SMP, Dira sadar bahwa dia harus melakukan sesuatu dengan tubuh gempalnya. Karena melalui tatapan siswa-siswi lain, Dira tahu bahwa sesi perundungan baru akan segera dimulai.

Dira mulai mengurangi porsi makannya, dan rutin berolahraga. Selain itu, dia meminta pada Ibunya agar dibelikan obat-obatan herbal yang dapat menurunkan berat badan lebih cepat dan aman dikonsumsi remaja paruh awal, juga pembersih muka kusam dan berminyak. Sang Ibu tak banyak berkomentar, dan langsung membelikan apa yang diinginkan anaknya. Mungkin dia juga merasa malu memiliki anak gendut yang tidak cantik.

Perubahan terlihat. Memasuki semester satu kelas delapan, proporsi tubuh Dira tidak lagi bisa dikatakan gendut. Kulit memang tidak putih betul, tapi tidak kusam lagi. Anak-anak perempuan mulai mendekatinya, menanyakan tips menjadi cantik dengan menurunkan berat badan lebih cepat. Temannya bertambah. Para lelaki juga tidak menatap sinis dirinya.

Dira merasa baru. Bagaimana ya bilangnya? Apakah dia senang? Mungkin saja. Dia tidak lagi dipukul, disiram air, dan dikata-katai hanya karena memiliki tubuh genduk dan muka jelek.

Ditambah, salah satu alasan Dira mengubah dirinya adalah agar terlihat cantik oleh salah satu siswa yang menarik atensinya sejak masuk SMP. Biru Andara, nama anak itu.

Biru adalah salah satu siswa yang populer di sekolahnya karena bakat berlebih di ranah musik. Orang-orang sampai mengatakan kalau Biru adalah reinkarnasi dari Ludwig Van Beethoven saking hebatnya dia memainkan berbagai alat musik.

Dira ingin membantah, Biru belum sehebat itu. Tapi dia memang hebat. Dira akuiーbukan hanya karena dia suka pada anak laki-laki ituーBiru ada potensi emas yang mungkin saja membuatnya bisa menjadi lebih hebat dari musisi manapun di dunia.

Biru memiliki vokal yang indah, kreatif dalam penciptaan lagi, serta ahli bermain piano, gitar, drum, hadrah, terompet, selo, biola, laluーyang paling disukai Diraーdarbuka dan harmonika.

Sekali waktu, Dira akan mengambil dokumen yang diminta oleh guru Seni Budayanya di ruang seni. Sekolah telah usai, murid-murid berpulangan. Hanya ada Dira dan kelotakan sepatunya yang memenuhi ruang dengar di koridor sekolah. Awalnya, Dira pikir begitu.

Semakin mendekati ruang seni, gendang telinga Dira menangkap gelombang bunyi yang tidak asing. Suara alat musik yang dimainkanーdan Dira seratus persen yakin pernah mendengar alunan musik itu dari kartun animasi terkenal dari Malaysia.

Perlahan ia intip siapa dalang yang memainkannya. Siluet seorang anak lelaki dari tampak belakang terlihat asyik memainkan harmonika sembari duduk di kusen jendela.

Permainan berhenti sejenak, dan anak itu melirik ke bawah. Dira kepalang panik, dia pikir anak itu mencoba bunuh diri dengan dramatis setelah memainkan sebuah musik dari harmonikaーkalau dipikir-pikir lagi, alunan nada yang dimainkan olehnya memang terdengar agak sendu.

Dira berlari tanpa berpikir panjang. Diraihnya lengan anak itu sehingga kepalanya berbalik dan tampaklah wajah dan identitasnya.

"Dinda?"

"E-eh, Biru?"

Dira cepat-cepat melepas genggamannya yang dirasa terlalu erat mencengkram. Geming kemudian berkuasa di antara keduanya.

Satu hal terpikir di benak Dira; Biru tahu namanya. Apakah Biru mengenalnya? Selepas itu dia merutuk diri bodoh, karena tentu saja Biru mengenalnyaーmereka sekelas.

"K-kamu, nggak berniat bunuh diri, 'kan?" Dira bertanya.

Biru menatapnya, lalu tertawa pelan. Satu tangannya menangkup ubun-ubun Dira, mengarahkan pandangannya ke bawah jendela, "Di bawah ada kanopi, terus ini dari lantai dua. Kataku sih, nanggung kalau mau bunuh diri di sini, mending sekalian ke atap terus lompat ke tengah lapangan."

Duh, Biru apa-apaan sih? Tidak tahu apa jantung Dira sampai berdisko bukan main?

Tangkupan tangannya terlepas. Sekarang mereka kembali terdiam. Biru masih duduk di bingkai jendela, dan Dira berdiri di sampingnya. Dira menunduk malu, menatap ujung sepatu. Sementara Biru sudah mengalihkan pandang, menatap manusia selain dirinya di sana.

"Baru kali ini kita bicara berdua ya," kata anak lelaki itu.

Benarkah? Kalau pun Dira tahu itu, dia tidak bisa berpikir jernih lagi sekarang. Dia bahkan sudah lupa apa tujuan awalnya datang ke ruang seni.

Dira melirik dari ekor mataーBiru masih menatapnya. Intens.

"Bolehkah aku bertanya?"

"T-tanya saja. Apa?"

Diam, lalu Biru melontar ucap yang membuat sesosok Adinda Ayu Kirani membeku kemudian. Katanya, "Kamu ... beda banget ya sama yang dulu, pas baru masuk sekolah. Memangnya ... salahkah kalau jadi tidak cantik?"

|| 880 Words ||

- Day 26: End -

• • • o O o • • •

WAWAWWAAWWAWWAWWWWWW

GA LAMA LAGI USAIII GUYSSSSSS!!!

26 Februari 2024

Age Quod AgisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang