27. PERPISAHAN TAK TERDUGA

584 175 714
                                    

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~

"𝓣𝓮𝓻𝓷𝔂𝓪𝓽𝓪 𝓫𝓮𝓷𝓪𝓻, 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓪𝓶𝓪 𝓲𝓽𝓾 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓶𝓫𝓾𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓹𝓮𝓷𝓪𝓼𝓪𝓻𝓪𝓷, 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓴𝓮𝓭𝓾𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓶𝓫𝓾𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾, 𝓭𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓷�...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝓣𝓮𝓻𝓷𝔂𝓪𝓽𝓪 𝓫𝓮𝓷𝓪𝓻, 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓪𝓶𝓪 𝓲𝓽𝓾 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓶𝓫𝓾𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓹𝓮𝓷𝓪𝓼𝓪𝓻𝓪𝓷, 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓴𝓮𝓭𝓾𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓶𝓫𝓾𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾, 𝓭𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓷𝓳𝓾𝓽𝓷𝔂𝓪 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓲𝓷𝓰𝓰𝓪𝓵𝓴𝓪𝓷 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓬𝓪𝓷𝓭𝓾."

🍁🍁🍁

Hari ini kelas mewarnai usai lebih cepat. Nadira berjalan dan melihat dedaunan yang gugur di sekitar taman berserakan dimana-mana. Dengan gerak cepat, tangannya meraih sebuah sapu lidi, yang bahkan ukurannya dua kali lebih besar dari tubuhnya. Meskipun berat, namun itu tak mengurungkan niatnya.

Semilir angin membuat surai hitamnya tertiup berantakan. Nadira berhenti sejenak, sekedar untuk membenarkan rambutnya agar tak mengenai mata. Anak perempuan ini memang terkenal gigih, tak jarang pemikiran Nadira dapat membantu orang lain di sekitarnya.

"Kakak!"

Teriakan itu sukses membuat Nadira terkejut. Ia melihat anak laki-laki berlari dengan langkah lebar menuju ke arahnya.

"Budak hideung," celetuknya melihat Eiden terjatuh, namun langsung bangkit tanpa menangis.

"Jangan dimakan, ini kotor!" Nadira  merampas coklat yang sudah bercampur tanah serta rumput dari tangan adiknya.

"Bunda, liat Eiden malah nangis." rengeknya pada bunda mendengar tangisan Eiden semakin kencang.

"Kakak ngapain disini?" Elvina mengamati sekeliling anaknya berantakan. "Nyapu itu," Menunjuk dengan bibir yang mengerucut.

"Anak Bunda hebat banget," ucapnya gembira. 

Nadira membusungkan dadanya sambil tertawa puas."Iya dong, Bunda tau gak?"

"Apa itu sayang."

"Nadira baru dapat temen, kemarin Bunda gak kesini, sih. Jadi gak ketemu. Anaknya agak pemalu. Tapi bawain Nadira coklat banyak."  Jelasnya terlihat sumringah bercerita.

Elvina tertawa kecil mendengarnya. Nadira selalu antusias ketika menceritakan apa yang sedang dilakukannya. Terlebih ketika dirinya tidak bisa sering berkunjung ke panti asuhan.

Tak selang berapa lama, seseorang yang tengah mereka bicarakan datang. Dengan mata berbinar, Nadira bahkan terus memandangi teman barunya.

"Bunda, itu Tuan Muda!" Spontan menunjuk kearah gerbang.

Elvina mengikuti kemana tangan putrinya. Terlihat anak dengan rambut klimis, kulit putih bersih serta pakaian yang rapi menghiasi tubuh bocah laki-laki tersebut.

Happy Not Ending (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang