Claretta menatap kekacauan di depannya dengan mulut terbuka. Matanya mengerjap, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Saking tak percayanya, ia sampai melihat sekeliling, memastikan apakah barang dirumahnya masih lengkap.
Otaknya yang masih tak percaya mengira kalau rumahnya kemasukan maling, sehingga membuat ruang tengah rumahnya menjadi berantakan.
Tapi, yang ia dapati adalah semua barang-barang yang berada di tempatnya. Kecuali sofa yang entah bagaimana caranya sudah terbalik, meja yang sudah berpindah dari tempatnya, serta karpet bulu yang sudah tergulung asal. Oh, jangan lupakan bantal juga buku dan kertas yang berserakan.
Claretta kembali mengerjap, benar-benar tak mengerti kenapa ruang tengahnya bisa seberantakan ini.
"LIN MENDING CEPET LO KELUARIN DEH SI JAMAL, SEBELUM KAK RETA BALIK!"
Mendengar suara keras salah satu adiknya, Claretta pun mendekati sumber suara.
"YA TAPI GK KAMBING JUGA, EILEEN EDELIA!"
Mendengar kata kambing, refleks kaki-kaki Claretta berhenti melangkah. Entah untuk keberapa kalinya, Claretta mengerjap mata.
Kambing? Claretta menggumam dalam hati. Ini dia gak salah denger kan?
"LIN LIN JAMAL MAKANIN BUNGANYA KAK DYA!"
"LIN BURUAN TARIK ITU SI JAMAL!"
Claretta akhirnya melanjutkan langkah. Namun, jika tadi ia berjalan pelan, maka kini ia berlari. Ia ingin segera mengetahui apakah dirumahnya benar ada kambing atau tidak.
Dan benar saja.
Dapat ia lihat seekor anak kambing yang tengah memakan tanaman si sulung, dengan Yuvia dan Eileen yang berusaha menarik si kambing, sedangkan Kiara menyingkirkan pot pot tanaman si sulung yang lain.
Melihat ketiga adiknya yang tengah bergelut dengan kambing, Claretta terpaku. Otaknya masih tak memahami apa yang tengah di liatnya sekarang.
Sementara Claretta terpaku, tiga anak Brawijaya yang lain masih sibuk dengan si kambing--Jamal.
Eileen dan Yuvia yang terus menarik Jamal, berusaha menjauhkan kambing itu dari tanaman-tanaman milik Shanin. Sementara Kiara menjadikan tubuhnya sebagai tameng dengan berdiri di antara Jamal dan tanaman milik si sulung. Tangannya terulur, berusaha menahan kepala Jamal yang masih kekeh ingin memakan tanaman Shanin.
"LIN ASLI INI MENDING LO JUAL LAGI AJA ELAH SI JAMAL!" Yuvia berseru kesal. Tangannya masih menarik tali, berusaha menjauhkan Jamal dari Kiara.
"ENAK AJA!" Protes si pemilik. "DUIT TABUNGAN AKU SAMPE ABIS BUAT BELI JAMAL, BELUM ADA SEHARI UDAH DI SURUH JUAL!"
"YA LO JUGA NGAPA BELI KAMBING SIH ELAH!" Kiara yang biasanya bersikap sebelas duabelas sama Eileen ikut protes, gak habis fikir sama si bungsu yang jadiin kambing sebagai peliharaan. Dia sendiri masih sibuk jadi tameng buat tanaman si sulung.
"DI TIKTOK LUCU!"
Jawaban Eileen itu tentu aja bikin dua kakaknya yang ikut kerepotan protes keras. Sementara Eileen, dia bodo amat.
Mereka bertiga terlalu fokus sama Jamal, hingga daritadi gak sadar kalau Claretta ada disana. Ngeliatin tiga adiknya, sambil mikir ini dia harus ketawa karena tingkah konyol si bungsu, atau nangis karena lihat beberapa pot tanaman Shanin yang udah rusak di makan Jamal.
Tak mau korban Jamal makin bertambah, Claretta buru-buru lari ke dalem sambil teriak, "PAK ANTO, TOLONG KAMBINGNYA DI SEMBELIH AJA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brawijaya [SLOW UPDATE]
FanfictionSetelah kematian kedua orang tuanya, Shanindya memutuskan untuk mengambil alih peran kedua orang tuanya dan mengurus keempat adiknya.