“EILEEN ANJIR LU YA! BALIKIN HP GUE!”
Eileen berlari sambil tertawa keras. “GAMAU! GUE MAU LIAT LO CHAT AN SAMA SIAPA!”
“EILEEN!”
Eileen hanya tertawa. Kaki-kaki panjangnya bergerak ke arah pohon yang ada disana, lalu dengan lihai ia memanjat pohon itu. Ia mendudukan diri dengan nyaman di dahan pohon, lalu mulai membuka ponsel dari temannya itu.
Sementara Eileen duduk santai diatas, dibawah sang pemilik ponsel hanya bisa menggerutu. Ia memang cukup tinggi, cuma Eileen milih tempat yang sulit untuk dia raih. Jadi dia cuma bisa merutuki Eileen.
“Ooo lo lagi pdkt sama kak Juna. Cieee Hellyn~” diatas pohon, Eileen meledek Hellyn yang kini wajahnya sudah memerah.
“Eileen ih!”
Eileen kembali tertawa, lalu menyimpan ponsel milik Hellyn ke saku bajunya dan melompat turun. “cie ciee.”
Hellyn cemberut, lalu dengan cepat meraih ponselnya. Setelahnya, Hellyn melangkah menjauh dengan kaki menghentak. Ditempatnya, Eileen tertawa keras. Ia pun berlari kecil menyusul Hellyn.
“sejak kapan lo deket sama kak Juna? Kok ga cerita?” tanya Eileen setelah tawanya terhenti.
“gk deket, Eileen,” Hellyn berucap. “gue sama kak Juna kebetulan satu tim di olimp nanti, makanya sering chat an.”
“Ooh jadi pdkt berkedok belajar olimp. Oke oke.” Ujar Eileen. Kepalanya mengangguk-angguk, sementara ekspresinya membuat Hellyn ingin sekali menjitak temannya itu.
“Lo berisik sekali lagi gue gebuk, ya?” ancam Hellyn. Kali ini Eileen diam. Pasalnya, Hellyn itu anggota ekskul Taekwondo yang terkenal satu sekolah. Terlebih pukulannya yang bahkan bisa bikin cowok meringis. Jadi, daripada dipukul, Eileen lebih milih diam.
“Btw, Hel,” setelah beberapa lama, Eileen kembali membuka suara. “nanti ulangan Fisika, lo udah belajar?”
Mendengar kata ulangan, kaki-kaki Hellyn refleks berhenti. Ia menatap horor kearah Eileen, “nanti ada ulangan?”
Eileen menaikan sebelah alisnya, menatap heran kearah Hellyn. Seingatnya, semalam ia sudah mengingatkan temannya itu. Apa jangan-jangan Hellyn amnesia?
“Lo gak baca chat gue semalem?” tanya Eileen. Hellyn tak menjawab, hanya tertawa sekenannya. “oh gue tau, nih. Keasikan main game kan, lo?”
Hellyn hanya bisa menunjukan cengirannya, “nanti contekin gue ya, Lin?”
Eileen mendengus, lalu tanpa menjawab ia melanjutkan langkahnya menuju kelas. Disampingnya, Hellyn terus memohon agar Eileen memberikan contekan yang tentu saja tidak ditanggapi Eileen.
Eileen kadang heran dengan temannya itu. Ia tidak bodoh, namun tidak bisa dikatakan pintar. Well, dia emang anak olimpiade Matematika, tapi Cuma itu yang temannya itu bisa. Pelajaran lain? Eileen harus menjelaskan berulang kali pada Hellyn agar perempuan itu paham.
Biasanya, jika ulangan, Hellyn akan mempelajari bab yang akan keluar. Jika ada yang tidak ia mengerti, ia akan bertanya pada Eileen. Eileen sendiri sebenarnya tidak begitu pintar. Well, jika dibandingkan dengan keempat kakaknya, Eileen tidak begitu pintar. Tapi tetap saja, ‘tidak begitu pintar’ nya Eileen tetap bisa menembus 5 besar paralel.
Eileen terus berjalan, hingga tak terasa ia juga Hellyn sudah sampai dikelas. Eileen berjalan ke bangkunya, dan mendudukan diri di kursi. Ia menatap kearah Hellyn yang dusuk di sebelahnya.
“jajanin gue bakso mang Asep tiga hari.”
Mendengar ucapan Eileen, Hellyn membuka mulut, berniat protes. Tapi, saat Hellyn mengingat kalau guru fisikanya sangatlah kejam bagi penerima remedial, Hellyn kembali menutup mulut. Dengan tak rela, ia mengangguk. Eileen hanya tertawa.
Lumayan kan, kesempatan dalam kesempitan temen!
Setelahnya, keduanya mulai mempersiapkan peralatan tulis karena kurang dari 5 menit bel masuk akan berbunyi.
Eileen's circle of friends:
Kang Haerin as Hellyn Fredelina Anindito
P.S bagian perkenalan sudah selesai. Next akan mulai masuk ke cerita. Kapan updatenya? Ya gak tau, tunggu aja ya✌🏻✌🏻✌🏻
Terimakasih buat yang udah baca✌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Brawijaya [SLOW UPDATE]
FanfictionSetelah kematian kedua orang tuanya, Shanindya memutuskan untuk mengambil alih peran kedua orang tuanya dan mengurus keempat adiknya.