"KAK DYA!"
Si bungsu, Eileen, berseru senang kala matanya menangkap presensi si sulung. Tanpa memikirkan tubuhnya yang lebih besar daripada sang kakak, si bungsu berlari dan melompat ke tubuh Shanin. Beruntung, si sulung Brawijaya itu sudah paham dengan sifat adik-adiknya. Karena itu, dengan gerakan cepat ia meletakan tas di tangannya ke lantai dan mengatur posisinya agar tidak terjatuh.
"Heh, kasian itu kak Dya baru pulang!" Yuvia yang saat itu tengah bersama Eileen menegur, tapi si bungsu tak perduli. Ia bahkan melingkarkan kaki-kakinya ke pinggang sang kakak.
Melihat si bungsu, Shanin hanya tersenyum. "Tolong bawain ke sofa ya, Vi." Ujarnya seraya melangkahkan kaki ke sofa.
"Kakak lama banget perginya," rengek Eileen. "Katanya cuma seminggu!"
Shanin tertawa kecil. "Maaf, penelitian kakak agak molor soalnya narasumbernya ada urusan mendadak, jadi gk bisa pulang cepet."
"Tapi aman kan?" Yuvia bertanya.
"Aman," Shanin memposisikan tubuhnya juga Eileen agar nyaman di sofa. "Kalo gk aman mah gue belum pulang."
Yuvia mengangguk-anggukan kepalanya. Setelahnya, matanya melirik ke arah si bungsu yang masih menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Shanin. Ide jahil pun muncul di kepala si anak tengah.
"Kak Shanin udah pulang, tuh. Katanya mau minta maaf langsung?" Tanya Yuvia.
"Minta maaf?"
"Soal si Jamal."
Mendengar nama kambing yang sempat menghebohkan keluarga Brawijaya itu, refleks Shanin tertawa. Mendengar tawa Shanin, Eileen sontak merajuk. "Kak, ih!"
"Ya abis kamu, kenapa ngide banget beli kambing coba?" Tanya Shanin.
"Di TikTok lucu katanya," Yuvia menyahuti, membuat Eileen kembali merajuk.
Melihat tingkah si bungsu, Shanin hanya menggelengkan kepalanya. "Lain kali, kalo mau pelihara hewan, mending anjing atau kucing aja ya, Lin. Kelinci atau hamster juga gapapa. Atau ikan, deh. Jangan yang ekstrim kayak gini lagi."
"Iya ih, kak. Enggak lagi." Eileen mengangkat kepalanya, menatap Shanin yang kini tersenyum kecil. "Maaf ya, kak."
Shanin menepuk puncak kepala si bungsu seraya tersenyum. "Iya, gapapa."
Melihat dua saudarinya, Yuvia ikut tersenyum. Namun lagi, ide jahil kembali muncul di kepalanya. Terlebih saat melihat wajah Eileen yang memelas.
"Yah, masa gitu doang. Marahin dong, kak, Eileen nya."
"Kak Via, ihh!" Rajuk Eileen. Kembali ia peluk si sulung, lalu dengan wajah yang tersembunyi di bahu sang kakak, ia berucap. "Kak Dya, kak Via nya ih rese!"
Shanin dan Yuvia hanya tertawa melihat kelakuan si bungsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brawijaya [SLOW UPDATE]
FanfictionSetelah kematian kedua orang tuanya, Shanindya memutuskan untuk mengambil alih peran kedua orang tuanya dan mengurus keempat adiknya.