Setelah kejadian hati ke hati yang tak sengaja dengan si sulung, Claretta yang sebulan terakhir menutup diri dari keluarganya itu akhirnya kembali membuka diri. Ia kembali mengobrol dan bercanda dengan keluarganya, dan tak ragu melakukan skinship dengan adik-adiknya. Ia bahkan sempat mengejek si bungsu--yang demamnya akhirnya turun di malam hari--karena harus sakit disaat mereka semua bisa berkumpul lagi.
Sejak hari itu, suasana ramai yang sempat hilang di kediaman besar Brawijaya itu kembali. Tak ada hari tanpa teriakan penuh emosi dari Claretta. Tak ada hari tanpa suara melengking dari Yuvia yang tengah melatih vokalnya. Tak ada hari tanpa suara Kiara yang protes karena diusili si bungsu. Dan tak ada hari tanpa suara tawa si bungsu yang berhasil mengerjai kakak-kakaknya.
Shanin? Si sulung yang kini mengambil alih tugas kedua orang tuanya hanya ikut tertawa, sesekali protes jika si bungsu mengerjainya. Perempuan berusia 21 tahun itu lebih banyak memperhatikan adik-adiknya dalam diam. Sekarang, ia lebih memfokuskan dirinya dengan skripsi juga perusahaan orang tuanya. Ia sudah memberitau saudarinya yang lain perihal ia yang kini memegang kendali dari perusahaan orang tua mereka.
Tentu saja, Claretta dan Yuvia mengajukan diri untuk membantu. Yang langsung ditolak tegas oleh Shanin. Katanya; 'kalian fokus aja kuliah. Urusan kantor biar kakak yang handle. Kalau kalian mau bantu kakak, cukup bantu kakak dengan kuliah yang bener.'
Karena itu, meski gak yakin, Claretta dan Yuvia nurut dan fokus ke kuliah mereka. Mereka berdua juga mutusin buat bantu ngurangin beban sang kakak dengan ngurusin dua bungsu Brawijaya. Karena itu, Claretta perlahan ngurangin hobinya nongkrong di luar. Yuvia pun mengganti jadwal manggung ia dan band nya. Yang biasa ia manggung kapan saja, ini dia bakalan manggung di weekday aja--weekend nya sekarang dihabisin dengan hangout bareng saudarinya.
Melihat kalau Claretta dan Yuvia yang kembali aktif mengurus Kiara dan Eileen, Shanin pun menjadi lebih tenang. Setidaknya, saat ia tengah sibuk dengan urusnnya, ada Claretta juga Yuvia yang menemani dua adik bungsunya.
Meskipun begitu, Shanin sebisa mungkin meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama adik-adiknya.
Seperti sekarang, contohnya.
Di hari minggu yang untungnya cerah ini, Yuvia dan Kiara lagi duduk-duduk cantik di gazebo belakang. Gak, bukan duduk--tepatnya adalah, mereka lagi tidur-tiduran cantik di gazebo belakang.
Dua-duanya cuma diam, tiduran di lantai dingin gazebo sambil menikmati semilir angin pagi yang sejuk. Tak lupa, ponsel yang berada di tangan masing-maskng menemani keduanya.
Hening menyelimuti Yuvia dan Kiara. Mereka tak ada yang berbicara, memilih menyibukan diri dengan ponsel masing-masing.
Namun, hening itu pecah kala--
DUG!
"Anjir!"
Mendengar suara Kiara, Yuvia refleks menolehkan kepala. Tawanya pecah kala melihat sang adik yang tengah mengusap hidungnya. Tanpa perlu bertanya, Yuvia tau kalau suara barusan adalah hasil dari ponsel Kiara yang menyapa wajah sang pemilik.
"Ketawa, lo!" Cibir Kiara yang masih mengusap wajahnya.
"Ya terus gue harus apa? Salto?" Yuvia bertanya balik. Kiara hanya mendengus lalu kembali fokus ke ponselnya.
"Awas kena muka lagi," ledek Yuvia. Kiara tak menjawab, membuat Yuvia berdecak malas dan kembali fokus ke ponselnya.
Hening kembali terjadi, namun kali ini tak lama. Karena beberapa saat kemudian, Eileen terlihat berlari menghampiri Yuvia dan Kiara.
"Kak!" Seru Eileen.
"Jangan lari-lari, Su." Yuvia menegur Eileen, yang hanya dibalas dengan cengiran oleh sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brawijaya [SLOW UPDATE]
FanfictionSetelah kematian kedua orang tuanya, Shanindya memutuskan untuk mengambil alih peran kedua orang tuanya dan mengurus keempat adiknya.