Late

163 10 0
                                    


Angin malam bertiup lembut di kota kecil tempat Vincent tinggal. Cahaya lampu jalan menyinari jalanan sepi, menciptakan suasana yang hening. Namun, hati Vincent dipenuhi oleh kehampaan dan penyesalan yang tak terlupakan. Ia duduk di tepi pantai, di tempat yang sering ia kunjungi bersama sahabatnya, Ruby, yang kini telah pergi untuk selamanya.

Ruby adalah sosok yang selalu ceria, penuh semangat, dan selalu membuat suasana hati menjadi lebih baik. Mereka tumbuh bersama sejak kecil, melewati berbagai canda tawa dan rintangan kehidupan. Namun, di balik semua itu, Vincent menyimpan perasaan yang lebih dalam terhadap Ruby.

Suatu hari, ketika Ruby mengumumkan bahwa ia akan pindah ke kota lain untuk mengejar karier, Vincent merasa rasa takut yang mendalam. Dia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ruby, tetapi ketakutannya akan merusak persahabatan membuatnya terdiam.

Sebelum kepergian Ruby, Vincent dan Ruby duduk di tepi pantai, memandang horison yang tenang. Suasana hati mereka dipenuhi oleh campuran rasa haru dan kekhawatiran.

"Vincent," ucap Ruby dengan senyum hangatnya, "Aku benar-benar senang memiliki sahabat seperti kamu. Kita akan tetap berhubungan, kan?"

Vincent hanya bisa mengangguk, hatinya terasa berat. "Tentu, Ruby. Kau tahu aku selalu ada untukmu, di mana pun kau berada."

Ruby memeluk Vincent erat, "Terima kasih, Vincent. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu."

Seiring waktu berlalu, komunikasi antara Vincent dan Ruby berkurang. Masing-masing sibuk dengan kehidupan barunya, dan terkadang waktu menjadi tembok yang memisahkan mereka. Namun, Vincent selalu mengikuti perkembangan Ruby melalui media sosial.

Hingga suatu hari, pesan duka yang tak terduga tiba di telepon Vincent. Ruby telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Hatinya hancur, dan rasa bersalah menghantui setiap sudut pikirannya. Bagaimana mungkin ia tidak sempat mengungkapkan perasaannya pada Ruby?

Vincent terduduk di tepi pantai, tempat yang pernah menjadi saksi bisu rasa cintanya yang terpendam. Dia berbicara dalam hati, meratap kepergian Ruby yang tak akan pernah kembali.

Minggu setelah pemakaman Ruby, Vincent mengunjungi makamnya. Sebuah karangan bunga mawar merah diletakkan dengan penuh penghormatan. Dia duduk di samping makam, berbicara kepada Ruby dalam doa yang terpendam di hatinya.

"Ruby, aku sangat menyesal tidak bisa mengatakan padamu betapa aku mencintaimu. Aku tahu sekarang bahwa perasaanku lebih dari sekadar persahabatan. Aku ingin sekali bisa kembali ke waktu dan mengungkapkan semuanya padamu."

Vincent merenung sejenak, menyerap keheningan makam yang dipenuhi rasa sesal. Dia mencoba menahan air mata yang ingin meleleh. Setelah beberapa saat, ia berbisik lagi, "Maafkan aku, Ruby. Aku berjanji akan menjaga kenangan tentangmu dengan baik."

Di balik hening makam, seolah-olah ada jawaban dari Ruby yang tak terdengar oleh telinga manusia. Vincent merasa ada kehangatan dan dukungan dari alam baka.

Beberapa minggu kemudian, Vincent kembali ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi bersama Ruby. Setiap langkahnya menghadirkan kenangan indah tentang sahabatnya yang telah pergi. Saat dia duduk di tepi pantai lagi, rasanya seolah-olah Ruby masih ada di sana, tersenyum dan mengajaknya berbicara.

Di tengah perjalanan kenangan itu, Vincent menemukan kotak kecil yang berisi surat-surat dari Ruby. Ternyata, Ruby merencanakan semuanya sejak awal. Surat-surat itu berisi kata-kata yang indah, cerita perjalanan hidupnya, dan rasa syukur atas persahabatan yang mereka bangun bersama.

Vincent membaca surat-surat itu dengan mata berkaca-kaca. Dalam salah satu surat, Ruby menulis, "Vincent, aku selalu merasa kau adalah sahabat yang istimewa. Aku berharap kita bisa bersama lebih lama, tetapi kehidupan memang penuh dengan kejutan. Jangan pernah merasa bersalah, teman. Aku tahu perasaanmu, dan aku selalu merasakannya juga. Kita memang istimewa satu sama lain."

Percakapan hati mereka yang tak terungkap seakan tertiup angin malam yang lembut. Vincent mengangkat muka, merasakan sentuhan hangat Ruby dalam hatinya. "Terima kasih, Ruby. Aku akan selalu merindukanmu."

Waktu terus berjalan, dan Vincent belajar menerima kenyataan. Meski cintanya tidak sempat diungkapkan pada Ruby, ia tahu bahwa persahabatan mereka meninggalkan jejak yang indah dalam hidupnya.

Seiring waktu, Vincent mulai membuka hati untuk orang-orang baru dalam hidupnya. Ia belajar untuk menghargai setiap momen bersama orang-orang terdekatnya dan tidak menyimpan perasaan terlalu lama.

Di suatu malam yang tenang, Vincent kembali duduk di tepi pantai. Bintang-bintang di langit bersinar terang, seperti mengirimkan pesan dari sahabat yang telah pergi. Vincent tersenyum, mengenang semua kenangan indah bersama Ruby. Meski rasa cinta tak tersampaikan, tapi persahabatan mereka tetap abadi dalam hati Vincent, menginspirasi hidupnya setiap hari.

[ONESHOOT] Story of TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang