Tiara tidak habis pikir. Kencan yang seharusnya berjalan dengan lancar tidak seharusnya berakhir begini. Terlebih lagi, Tiara sempat berekspektasi bahwa Alvin akan memberinya sebilah cokelat sebagai hadiah.
Allie Sayang 💖💖💖
Itulah tulisan yang ia lihat di ponsel Alvin. Tentu saja, ia mengenal siapa itu Allie. Allie adalah murid kelas A, yang kebetulan juga merupakan mantan Alvin sebelum dia bertemu Tiara.
Mengapa dia masih berbicara dengan Allie? Bukankah seharusnya mereka sudah putus? pikir Tiara.
Saat ini, Tiara dan Alvin memang sedang berada di sebuah restoran sushi yang mewah, menghabiskan makan siang mereka. Alvin masih saja sibuk dengan ponselnya, sedangkan Tiara menatap Alvin dengan tatapan kosong dan penuh kebencian.
"Alvin," ucap Tiara lirih.
Alvin terdiam. Dia menaruh ponselnya di sebelahnya.
"Ada apa, Sayang?" sahutnya dengan nada sok peduli.
Dalam hati, Tiara merasa jijik. Tapi, dia berusaha mengendalikan emosinya. Dia menarik nafas, lalu mulai bertanya.
"Apa lebih baik kita putus saja, ya?" tanya gadis itu lirih.
Alvin terkejut. "Jangan, dong! Hubungan kita sudah sejauh ini. Nggak mungkin hubungan kita akan berakhir begitu saja? Katakan. Lo ada naksir sama orang?"
Tiara terkejut. Seketika, detak jantungnya berdetak kencang. Mukanya memanas, dan dia sudah mengepalkan tangannya dibawah meja. Emosinya siap meledak kapan saja. Hanya saja, dia menarik nafas pelan yang membuat semuanya batal.
"Nggak. Gue merasa kalau lo menyembunyikan sesuatu saja dari gue."
"Oh, jadi itu yang lo rasakan? Lo selama ini nggak ikhlas pacaran sama gue? Setelah semua yang gue belikan? Setelah semua waktu yang kita habiskan? Kenapa, Ti? Kenapa lo mau ninggalin gue? Tanpa lo gue bukan apa-apa," bentak Alvin, seraya bangkit dari mejanya.
"Tapi sebagai seorang pasangan, kita nggak boleh saling tertutup antar satu sama lain!"
"Gue udah menghabiskan banyak demi hubungan kita, Ti. Dasar pacar nggak tahu terima kasih!"
"Tapi lo nggak memerhatikan gue. Lo menyempatkan waktu untuk gue. Tapi, perhatiannya lo alihkan dengan handphone untuk chatting dengan Allie. Katakan. Hubungan lo dengan Allie itu apa?" Tiara berkata dengan tenang, berusaha menahan emosinya yang meluap-luap.
Alvin bungkam seribu kata. Tatapannya beralih ke sudut ruangan, tangannya turun secara perlahan dari meja, dan kini dia berdiri tegak. Hanya saja, tatapannya lesu dan pandangannya tertunduk ke bawah.
"Oke. Gue ceritain lo semuanya. Tapi, lo janji jangan tinggalin gue. Marah nggak apa-apa, tapi jangan tinggalin."
Tiara terkejut, tapi akhirnya dia mengangguk. Alvin pun menceritakan segalanya.
***
Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Januari 2023
Tommy Highfields sedang berdiri memandangi puluhan foto dengan puluhan nama itu. Baru saja kemarin ia menancapkan nama baru. Sebuah nama dari sebuah agen yang gagal dalam misi.
Sejujurnya, Tommy Highfields merasa sedikit heran atas keadaan ini. Tadi subuh, ia mengirim Mad Hatter untuk menyelundup ke dalam kamar salah satu agennya yang cidera. Rencananya, Tommy ingin meminta Mad Hatter untuk membawa agen itu kembali ke Cikarang. Namun, usahanya gagal karena ternyata pria itu sendiri menolak tawaran itu.
Selain itu, Tommy Highfields masih kesal dengan sifat agennya yang serasa terlalu ikut campur. Dia mengirim dua orang polisi gadungan ke Sekolah Insan Sejahtera dengan niatan memastikan identitas asli sang hacker buron Crazy Diamond. Kalau saja, dia tidak diinterupsi oleh anak buahnya sendiri, misi pembunuhan Crazy Diamond akan selesai lebih cepat.
Apa jangan-jangan dia jatuh cinta dengan murid sana? Tapi, rasanya mustahil. Manusia buatan mana yang bisa jatuh cinta? pikir Tommy.
Tommy Highfields, adalah nama pria itu. Seorang mantan pejabat kaya raya yang pernah melakukan penggelapan pajak. Beliau berhasil menyuap orang agar tidak dijatuhkan hukuman. Tetapi, dia harus menerima konsekuensinya, yakni dipecat secara tidak hormat. Setelah ia dipecat, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Jakarta dan memulai hidup baru di Cikarang.
Tommy mengambil ponselnya, lalu menelpon seseorang.
"Halo? Kau ada disana?" tanya Tommy pelan.
"Iya, Pak. Ada apa?" Orang di seberang membalas.
"Saya ingin kau pindah tugas. Kau lanjut rekrut pembunuh-pembunuh di sekolah sana, selagi dia masih terbaring di rumah sakit. Kalau sudah, langsung lapor dia dan segera susun rencana untuk membunuh Crazy Diamond."
"Tapi, Pak, kita bahkan belum tahu identitas Crazy Diamond," jawab sang lawan bicaranya lirih.
"Kita akan mendapatnya. Tidak. Saya sudah menemukan kandidatnya. Kau lanjutkan saja misi pria itu sampai ia sembuh."
"Baik, Pak. Tapi, Bapak harus segera membayar saya dengan nominal yang sudah dijanjikan," jawab sang pria tegas, lalu menutup teleponnya secara tiba-tiba.
Tommy menghela nafas berat. Ia menaruh ponselnya diatas kasur dan membuka laptopnya.
Saya harus mulai serius. Saya tidak akan menghabiskan waktu lebih lama lagi untuk menunggu. Saya berjanji akan bergerak! Saya akan terus lanjut berjuang!
![](https://img.wattpad.com/cover/356567536-288-k689786.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANTARA I: MUTIARA
Roman pour AdolescentsSekilas, Tiara nampak seperti gadis biasa. Nilai-nilainya rata-rata, dia tidak pandai dalam olahraga, dan mukanya tidak biasa saja. Dia juga berteman seperti anak-anak lainnya. Namun, ada satu rahasia yang dia tutup rapat-rapat dari teman-temannya...