1

76 27 5
                                    

Tangerang Selatan, Januari 2023.

Gadis itu berjalan menuju kelasnya dengan gontai. Upacara bendera pada hari itu terasa sangat melelahkan. Selain karena ia telah dijemur secara dua jam, dia juga harus mendengarkan pidato dari Ibu Frida –kepala sekolah SMP Insan Sejahtera– yang membuat waktu upacara semakin lama lagi.

"Lo kenapa?" tanya Marsha, sahabat sekaligus teman sekelas gadis itu.

"Nggak, kok. Upacara tadi memberi gue banyak energi buat lanjut belajar." Gadis itu menjawab dengan sarkas.

Marsha tertawa kecil melihat kelakuan sahabatnya itu. "Gue tahu, kok, kalau lo sarkas tadi."

"Oh, jelas. Lagian, sekolah kepikiran apa coba buat bikin upacara bendera di hari pertama sekolah?" Gadis itu berkata dengan wajah masamnya. Gadis itu menarik kursi di kelasnya, dan langsung terkulai lemas.

Gadis itu memiliki nama Mutiara Queena Zahra. Tiara adalah nama panggilannya. Saat ini, Tiara duduk di bangku kelas 8 di SMP Insan Sejahtera, Tangerang Selatan.

"Eh, denger-denger, di kelas kita mau ada murid baru, ya?" tanya Marsha, sambil melirik kearah sekitar.

"Semoga saja nggak," jawab Tiara sambil meneguk air putih.

Marsha lagi-lagi tersenyum melihat gelagat Tiara yang terkesan sembrono dan sarkas. "Kenapa nggak?"

"Ya, nggak aja gitu. Apalagi kalau anak barunya cewek."

Tepat saat itu juga, Pak Dimas, wali kelas Tiara masuk kedalam. Suasana kelas yang sedari tadi ribut seketika berubah menjadi tenang. Tatapan para siswa tertuju Pak Dimas, dan seorang pria yang berjalan bersamanya.

Pria itu memiliki rambut berwarna hitam yang agak wavy juga dipotong belah tengah. Dagunya tajam, disertai dengan mata berwarna hitam pekat juga kacamata berbingkai tipis. Pria itu juga sedikit lebih tinggi dari Pak Dimas.

Satu hal yang terbesit di pikiran Tiara, juga 37 murid yang ada di kelas itu. Diakah murid barunya?

"Anak-anak, perkenalkan. Hari ini, kita kedatangan murid baru. Arkan, perkenalkan dirimu," kata Pak Dimas.

Arkan mengangguk. Dia menatap murid-murid kelas 8B dengan tajam. Dia berdeham pelan, dan mulai memperkenalkan dirinya.

"Kenalkan semua, nama saya Muhammad Arkan Athalla. Panggil saja saya Arkan. Saya pindahan dari Jepara. Hobi saya menggambar. Salam kenal," katanya dengan nada monoton.

Tiara melirik kearah Marsha, yang duduk di sebelahnya. Matanya nampak berbinar-binar melihat pria itu. Mata Tiara menyapu kearah lain. Wajah gadis-gadis itu tidak jauh berbeda dari wajah Marsha. Mulut mereka ternganga, mata mereka membulat melihat wajah Arkan yang nampak seperti idola asal Korea Selatan itu.

Tuhan, apa gue satu-satunya yang merasa bahwa dia biasa saja? batin Tiara heran.

"Arkan, kamu bisa duduk di sebelah Kai. Sekarang, karena Ibu Liana tidak masuk, Bapak yang akan menggantikanya. Beliau meminta kalian membuat ringkasan tentang sejarah VOC," pungkas Pak Dimas, yang membuatnya disoraki oleh murid-murid sekelas.

Tiara memerhatikan segala gerak-gerik Arkan dengan detil. Arkan berjalan menuju tempat yang sudah ditunjuk oleh Pak Dimas. Dia menarik kursi, lalu duduk disana. Dia mengeluarkan selembar kertas dan buku tulis, lalu mulai mengerjakannya.

"Tiara, lo nggak ngerjain tugas dari Pak Dimas?" tanya Marsha.

Tiara dengan cepat 'tersadar', lalu mengambil sebilah kertas dan membuka buku IPS. Lalu, dia mulai meringkas sejarah VOC, seperti siswa-siswa lainnya.

Suasana kelas kembali tegang. Pak Dimas mengawasi semua siswa di ruangan itu dengan tatapan tajam. Di saat para siswa itu sedang mengerjakan dengan tegang, tiba-tiba terdengar suara yang memecah kesunyian.

"Pak, saya sudah selesai," ujar seseorang, datar.

Tatapan semua siswa di kelas 8B tertuju pada asal suara itu. Suara itu berasal dari Arkan, yang ternyata sudah selesai.

"Kalau begitu, kumpulkan," sahut Pak Dimas dingin.

Arkan hanya mengangguk. Diapun bangkit, lalu berjalan mendekati Pak Dimas. Selama dia berjalan, lagi-lagi para siswa kelas 8B menatap kearahnya. Setelah mengumpulkan, Arkan pun kembali ke tempat duduknya dan mulai menggambar.

Cepat banget! batin Tiara.

***

"Maaf, ya, gue nggak bisa jajan bareng kalian dulu. Gue ada urusan sama Lisa," kata Tiara lirh.

"Ah, nggak apa-apa, kok, Ti. Jarang-jarang, kan, lo bisa istirahat bareng Lisa," balas Marsha sambil tersenyum.

Sekarang adalah jam istirahat. Kini, Tiara sedang membereskan buku IPS yang tadi dipakai untuk belajar. Lisa, gadis yang sedari tadi dibicarakan, sedang menunggu di depan kelas 8B sambil membaca novel.

Alisa Kiara Nadia, atau Lisa adalah seorang gadis kelas 7 yang kebetulan dekat dengan Tiara. Tidak banyak yang tahu kenapa mereka bisa dekat.

"Eh, Ti!" panggil Lisa, sedikit berteriak.

"Nah, Lisa udah manggil, tuh. Gue harus buru-buru. Dah, Marsha!" ucap Tiara sambil melambai. Marsha balas melambai sambil tersenyum.

Tiara berjalan cepat mendekati Lisa. Setelah itu, merekapun pergi ke kantin sekolah bersama-sama.

ARKANTARA I: MUTIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang