Prolog

124 27 10
                                    

Dokter Putri Azkaria Sohwa, atau biasa dipanggil Dokter Sohwa mengelap keringatnya. Sulit sekali melakukan proyek besar seperti ini sendirian. Terlebih lagi, dia dituntut untuk menyelesaikannya hanya dalam satu bulan. Sesekali, dia mengeluh kesal. Dengan pengawasan puluhan CCTV serta penjagaan ketat dari ratusan penjaga membuatnya mustahil untuk lari.

Pintu depan terbuka dengan pelan. Dokter Sohwa terkejut. Dia menoleh ke belakang. Begitu melihat siapa yang datang, Dokter Sohwa menghela nafas lega.

"Ternyata hanya kau," ucapnya.

"Bagaimana prosesnya?" tanya orang yang masuk. Dari suaranya, orang itu merupakan seorang pria. Suaranya yang berat menandakan bahwa pria itu sudah berumur kurang lebih 40 tahun.

"Lancar saja, Pak. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang kurang lengkap. Seperti penanaman senjata dan chip memori," jawab Dokter Sohwa sedikit gugup.

"Bagus." Orang itu nampak puas. "Selesaikan dengan cepat. Target kita tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sudah banyak agen kita yang tewas di tangannya."

Dokter Sohwa mengangguk pelan. "Baik, Pak."

"Satu hal lagi." Pria itu berjalan mendekat. Dia membuka sebilah pisau lipat yang sedari tadi ia simpan di dalam saku jasnya. Dia mendekatkan pisau itu ke leher Dokter Sohwa. Dokter Sohwa lantas panik dan berusaha melepaskan diri. Namun, badannya ditahan oleh badan pria itu yang ternyata sangat besar.

"Satu lagi. Jangan sebarkan hal ini kepada orang lain. Kalau tidak-"

"Baik, Pak!"

Pria yang dipanggil 'Pak' itu tersenyum. Dia menarik pisaunya, dan menyimpannya kembali kedalam saku jasnya.

"Ya sudah kalau begitu," katanya, lalu pergi meninggalkan Dokter Sohwa begitu saja.

Dokter Sohwa menghela nafas lega. Dia menatap kearah proyek yang sedang ia kerjakan.

Semoga saja, penemuan kali ini berhasil! harapnya dalam hati.

ARKANTARA I: MUTIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang