2

60 27 17
                                    

Bekasi, Jawa Barat

Seorang pria sedang terduduk di kamarnya. Dia memandangi sebuah bounty flyer yang terpampang disana. Sosok yang ada di poster itu dihargai dengan sangat besar. Tidak heran pria itu sangat menginginkan sosok yang ada di poster itu.

Di sebelah bounty flyer itu, ada sebuah papan tulis yang berisi berbagai foto manusia. Dibawah foto-foto itu, tertulis tanggal beserta tempatnya. Dan kali ini, pandangan pria itu beralih pada poster di sebelahnya ini. Pria itu mengeluarkan sebuah foto dari seorang pria dari dalam sakunya. Disana, dia menulis sesuatu lalu menempelnya di papan itu.

Jakarta, Sabtu, 7 Januari 2023

Pria itu menghela nafas. Dia sudah mengirimkan banyak orang untuk melenyapkan targetnya itu. Namun, semuanya gagal. Seakan-akan ada yang mencegahnya melakukan ini. Padahal, ia yakin targetnya hanyalah seorang remaja 14 tahun. Tepatnya, peretas gila bernama Crazy Diamond.

Pria itu membuka ponselnya, menunggu notifikasi dari salah satu agennya yang ia kirimkan ke sekolah sang target. 

Aku tidak bisa terus mengandalkan dia! Aku juga harus bergerak!  gumam Pria itu, lalu menyalakan komputernya dan mulai beraksi.

***

"Ada hal-hal menarik yang bisa lo ceritain ke gue?" tanya Lisa membuka topik pembicaraan.

Saat ini, mereka berdua sudah berada di kantin, menikmati santapan mereka. Tiara menatap kearah lawan bicaranya. Tiara mengangguk, sebagai respons.

"Ada. Di kelas gue ada murid baru. Sumpah, dia aneh banget! Masa, dia bisa bikin ringkasan 30 halaman hanya dalam waktu 15 menit?"

Lisa meneguk teh manis yang ia pesan. "Kalau itu, mah, gue juga bisa."

"Iya. Bisa banget. Kalau nge-highlight doang, semuanya juga bisa," sahut Tiara yang dibalas oleh tatapan jengkel dari Lisa.

"Coba jelasin ke gue. Anak barunya itu gimana, sih?" Lisa bertanya lagi, tanda dia mulai tertarik dengan anak baru itu.

Tiara mulai mendeskripsikan pria itu dari kepala sampai kaki, dengan sangat-sangat detail. Dimulai dari gaya rambutnya, hingga warna kaus kaki yang ia pakai.

"Wah, detail banget! Lo merhatiin dia, kah?" ucap Lisa yang terkesima mendengar penjelasan Tiara.

Mendengarnya, Tiara mengangguk. "Gue merhatiin bukan karena gue suka. Gue curiga aja. Soalnya, emang rada aneh sifatnya."

"Ah, bohong. Dulu, waktu kelas 7, lo gituin Alvin juga. Eh, besoknya, jatuh cinta beneran," goda Lisa, yang membuat muka Tiara tiba-tiba saja memerah.

"Kali ini, gue akan pastikan itu nggak akan terjadi lagi," tukas Tiara.

Lisa tersenyum mendengar kata-katanya. "Gue nggak bisa komentar banyak, karena ini hidup lo. Tapi, lebih baik, lo nggak se-tertutup itu sama cowok. Nggak semua cowok se-parah Alvin, kok."

Tiara menghela nafas. Bukan itu masalah gue. Masalahnya, gue punya rahasia yang bisa mengancam gue kalau tersebar luas, batinnya pelan.

Lisa melirik kearah lapangan basket yang berada tidak terlalu jauh dari kantin. Banyak sekali murid-murid yang sedang bermain basket disana.

"Besok, gue ulang tahun. Karena itu, pulang sekolah, gue mau ngajak lo nonton film pulang sekolah. Bisa, kah?" tanya Lisa.

Tiara sedikit terkejut. "Kenapa nggak ngajak temen lo aja? Let's say, Sari?"

"Dia nggak bisa besok. Dia ada acara sama Annabella," jawab Lisa menghela nafas. "Please, lah. Gue pengen banget nonton. Lagian, lo, kan, temen gue juga."

Tiara menghela nafas. "Akan gue usahain. Kalau gue nggak bisa, maaf."

Lisa mengangguk. Mukanya kembali cerah. "Makasih!"

"Sama-sama."

"Eh, iya. Gue cabut duluan, ya. Baru inget kalo gue ada PR matematika yang harus dikumpulin. Bisa berabe kalo ketahuan belum ngerjain. Dah," ucap Lisa sambil bangkit.

Tiara mengangguk, membiarkan gadis itu pergi. Sepeninggal Lisa, dia mengeluarkan iPad yang dia sembunyikan sedari tadi. Diapun mulai berselancar di internet, seperti biasanya.

Inilah rahasia Tiara yang dapat membuatnya terancam. Tiara adalah seorang peretas yang cukup terkenal di deep web. Tiara sudah melakukan banyak hal demi bayaran yang cukup besar. Dimulai dari mengotak-ngatik data perusahaan, sampai membobol website pemerintah. Peretas itu bernama Crazy Diamond.

Tiara mengecek inbox email-nya. Ternyata, ada satu pesan masuk. Tiara membacanya dengan cepat. Begitu melihat jumlah angka yang akan dibayarkan, Tiara tersenyum tipis.

Baiklah, saatnya kita bermain! batinnya sambil tersenyum.

***

"Nut!" Suara notifikasi berbunyi dengan keras. Mendengar suara itu, raut wajah Tommy kembali cerah. Dia segera membuka email, dan melihat bahwa sang target sudah membalas email-nya. Melihat hal itu, dia segera mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo." 

"Halo juga. Ada apa, Pak?" sahut sang lawan bicara.

"Perubahan rencana. Misimu bukan lagi mencari sang target. Tapi, rekrutlah orang-orang yang ada di sekitarmu. Orang-orang yang jago bertarung dan membunuh. Iming-imingi saja dengan uang yang besar." 

"Baik, Pak."

"Ingat, saya ingin kamu bekerja dengan cepat. Kalau kamu sudah menemukan lima orang, langsung lapor pada saya. Saya sudah memasang rencana tentang apa yang akan kamu lakukan."

"Baik, Pak."

Pria itu tersenyum. "Kalau begitu, saya sudahi telepon kali ini. Terim kasih."

Pria itu menutup telepon, lalu menaruh ponsel itu sambil tersenyum. Aku tidak peduli kalau akan ada nyawa yang dikorbankan. Aku harus mendapatkan uang itu!

ARKANTARA I: MUTIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang