Author
Hari yang cerah telah berganti menjadi senja yang syahdu, banyak hal terjadi di perusahaan david dan kepalanya masih penuh dengan sekelumit masalah keuangan di perusahaannya. Meski begitu, saat memasuki pintu kamarnya, senyum sudah menghias wajahnya yang tampan saat istri semata wayangnya menoleh padanya.
"Selamat sore" Ucapnya.
"Sore"
"Bagaimana harimu?"
"Seperti biasa"
"Masih tidak baik seperti biasanya? Belum ada matahari yang menyinari harimu, ya?" Ucap david sembari menyadari jika ucapan nicole untuk tidak mengharapkan cintanya adalah ucapan serius.
"Kau mengejekku? "
"Tidak, hanya ingin memastikan apakah aku masih memiliki kesempatan"
"Hentikan omong kosong macam itu, dave. Omong-omong, cepatlah mandi.. Aku ingin segera mengatakan sesuatu"
"Hmm? Kenapa aku harus mandi terlebih dahulu? "
"Mandi akan membantu kita untuk rilex dan bisa berpikir jernih"
"Begitukah? Kalau begitu kita akan mandi bersama?"
"Dave, aku sedang tidak ingin meladeni candaanmu"
"Sepertinya kau akan membicarakan sesuatu yang penting dan firasatku menjadi buruk. Kupikir lebih baik aku mendengarnya sekarang dan memikirkannya saat sedang mandi" Ucap david saban sembari mendekati nicole. "Katakan"
"Baiklah, begini-"
"Tunggu-tunggu, kau sudah memikirkannya matang-matang? Apakah kau sudah mempertimbangkan semua kesanggupan dan kesabaranku? "
"Tentu saja sudah"
"Aku sudah bisa menebaknya, aku akan pergi mandi sekarang dan memikirkan cara untuk meminta maaf atas salah yang ku perbuat dan meminta kesempatan" Ucap david sembari melonggarkan dasinya.
"Tunggu, kali ini bukan perceraian"
"Jadi apa? " Tanya david seteah menghentikan langkahnya dan terdiam beberapa saat.
"Kemarilah" Ucap nicole lalu david mendekatinya lagi. "Ku pikir, kau memang orang yang sabar dan kurasa tidak ada salahnya mencoba untuk mempertahankan hubungan kita, tapi- dave, kenapa kau terus bersikeras?"
"Karena aku ingin membuktikan kekuatan komitmen, itu yang kulakukan sejak awal. Tapi ketika sudah sampai di titik ini, aku menjadi lupa diri, mungkin ini alasan banyak orang mengatakan komitmen membutuhkan cinta, karena titik jenuh dan kesulitan akan bisa dilewati dengan lebih mudah daripada tanpa cinta"
"Aku sudah bilang, jangan mencintaiku"
"Apa alasanmu melarangku? Karena kau tidak mencintaiku? Kau benar-benar tidak menginginkanku atau apa?"
"Tidak ada manusia yang bisa mengatur dirinya dari lupa diri dan kesalahan, karena itulah aku memperingatkanmu. Jika suatu saat nanti kita terlalu dekat dan kau jadi merasa terluka? "
"Bagaimana jika aku yang mengatakan apa yang kau katakan baru saja? Apa yang akan kau katakan padaku? "
"Aku akan menjaga hatiku, aku akan menjaga hatiku sehingga aku tidak akan terluka."
"Jika kau bisa berbuat seperti itu, kenapa kau harus memperingatkanku? Kau mengkhawatirkan ku? "
"Tentu saja bukan begitu maksudku" Jawab nicole dengan ekspresi acuh.
"Katakan apa yang ingin kau bicarakan?"
"Aku hanya tiba-tiba berpikir, Jangan-jangan kau mengharapkan rumah tangga seperti kebanyakan orang"
"Nicole, istriku sayang. Apa yang kau bicarakan? Seperti rumah tangga siapa? Aku tidak berniat membuatmu menjadi mainan"
"Ah sial, bagaimana aku mengatakannya kenapa aku jadi bertele-tele begini"
"Eh, begini- uh. Kita awali dengan- tentang apa ini. Tentang rumah tangga kita? "
"Iya" Jawab nicole cepat.
"Ada yang membuatmu tidak nyaman? "
"Iya"
"Perlakuanku padamu? "
"Kurasa bisa jadi"
"Soal kekanak-kanakan kapan hari, aku tidak akan mengulangnya lagi. Ada yang lain? "
"Iya"
"Apa itu? Apa mungkin kegiatan malam kita? Aku terlalu berlebihan atau hal-hal yang kulakukan tentang itu? "
"Ah tidak-tidak- kita anggap saja itu perbuatan mutualisme atau suka sama suka."
"Ah syukurlah, jadi apa yang-"
"Dave apakah tidak lebih baik kita berpisah daripada aku mengatakan ini?! "
"Tidak-tidak, kenapa aku merasa ini adalah kepeduliannya padaku? Kenapa aku merasa nicole tidak bisa mengatakan maksudnya karena dia tidak berbicara ketus seperti biasanya dan berusaha memperhalus ucapannya sehingga tidak melukaiku? Apakah perasaanku benar jika aku merasa, wanita ini bukan hanya tanggungjawab ku tapi juga orang yang benar-benar harus kumiliki seumur hidupku? Dan aku memiliki harapan?" Pikir david.
"Dave?"
"Uh, ya- maaf-maaf aku terkejut dan isi otakku menjadi kosong" Ucap david sembari memijit-mijit dahinya. "Marilah kita mendengarkan keluhanmu dan tidak secepat itu memutuskan untuk bercerai. Jadi kali ini apa salahku? "
"Aku ingin kau memakai pengaman saat berhubungan"
"Kenapa? " Tanya david secepat kilat.
"Tentu saja agar aku tidak hamil"
"Kau tidak ingin memiliki anak, atau karena kau tidak ingin kalau aku ayahnya? "
"Aku belum siap, dave."
"Uhmmm, belum siap ya- baiklah"
"Bukankah kau ingin segera memiliki anak? Aku membacanya di sebuah kertas yang terselip di salah satu bukumu dan tertulis di hari wisudamu"
"Memang benar, kau jadi menemukan celah untuk membuatku menyerah ya? Sayang sekali itu tidak akan berhasil"
"Tidak, kau salah. Kali ini bukan itu tujuanku- aku hanya ingin kau tahu kalau aku belum ingin memiliki anak"
"Benarkah kau tidak mencari kesempatan untuk minta pisah? Senang sekali mendengarnya, baiklah- aku tidak akan memaksa. Mungkin aku hanya ingin tahu, kira-kira kapan kau akan siap? "
"Hanya tuhan yang tahu, dave. "
"Baiklah, aku akan memakai pengaman mulai sekarang"
"Terima kasih" Ucap nicole canggung.
"Aku yang harusnya berterima kasih padamu, sejak awal- pernikahan ini adalah sebuah belenggu untukmu. Seperti janjiku, aku berhutang padamu" David membelai punggung tangan beserta cincin kawin yang selalu nicole kenakan. "Aku ada acara makan malam dengan teman SMA malam ini, aku akan pergi mandi" David menjauh beberapa langkah lalu berhenti. "Maukah kau ikut denganku? "
"Baiklah"
"Terima kasih - kita akan pergi pukul 07.00"
"Ya.. "
_
David dan nicole datang saat separuh teman-temannya sudah datang, karena david tidak terlalu akrab dengan siapapun dan karena situasi yang dihadapinya saat acara pernikahannya, david menyetujui permintaan nicole agar tidak mengundang semua temannya karena jika pernikahannya berakhir nanti, tidak sulit untuk menjelaskan kepada banyak orang terlebih lagi karena tidak banyak yang tahu, itu yang nicole inginkan saat itu.
David memperkenalkan istrinya dan sebagian besar menyambutnya dengan hangat, kebanyakan dari mereka sudah menikah atau masih berpacaran dan hampir semua telah memiliki buah hati.
Setengah jam sudah berlalu dan perbincangan semakin hangat dan dekat dengan privasi, seorang teman wanita bernama jennifer terlihat mampu mengajak nicole untuk berbicara lebih hangat dan dekat, perempuan itu memang berhati mulia sejak dulu.
"David sejak dulu adalah laki-laki yang baik, nic. Saat itu kelas kami terkenal dengan kelas yang diisi oleh para putra dan putri konglomerat dan sebagian besar dari kami di cap sebagai pembuli yang tidak dapat tersentuh sanksi sekolah, tapi dia tidak begitu akrab dengan teman sekelasnya sehingga saat berinterksi dengan orang paling miskinpun tidak akan ada yang melarangnya"
"Ah, entah kenapa untuk teman sekelasnya dia jadi mungkin sekali di anggap sombong" Ucap nicole
"Tidak juga, kurasa semua tau jika david baik pada semua orang, makanya dia memilih tidak terlalu dekat dengan siapapun di kelas. Jika kupikirkan lagi- kenapa kita harus begitu kekanak-kanakan dulu, dan sekarang menjadi repot karena mendidik anak untuk menjauhi bullying padahal sifat itu bisa jadi menurun dariku" Ucap angela disambut gelak tawa yang lain.
"Menjadi orang tua memang mengubah segalanya, kau sudah memiliki berapa anak, dave? " Ucap jason.
"Untuk saat ini, belum" Jawab david dengan tenang.
"Benarkah? Ahh kukira kau sudah berubah, bung. Kau masih-" Ucap jason terpotong oleh ucapan mantan ketua kelas.
"Jason, bung. masalah memiliki anak itu urusan masing-masing orang" Jawab mike sang mantan ketua kelas.
"Ya ya tapi bisa saja, kan bukan karena belum berkeinginan tapi tidak mampu. Maksudku, tentu david saat ini mungkin sudah cukup mampu, itu kemungkinan orang lain, kau tau" Jawab jason dengan tawa yang seakan menginginkan semua beranggapan itu hanya candaan namun apa yang dikatakannya, adalah ejekan atas sesuatu yang pernah terjadi dulu. "Ah, nicole kurasa kau pasti belum ta-"
"Cukup, jason. Kau sudah mabuk? Pasti nicole sudah tau david dulu sangat pintar tapi tidak mampu mengerjakan soal ringan, kau tahu nic? David bisa mengerjakan soal logaritma paling sulit tapi tidak menyukai pelajaran ringan seperti soal aljabar untuk anak SMP, mungkin karena terlalu mudah" Ucap nico dengan senyum bangga sembari menepuk-nepuk pundak david yang hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala.
"Tidak, aljabar sangat sulit bagiku" Ucap david.
"Semua pasti tau, bukan yang itu maksudku" Ucap jason acuh.
"Ketidakmampuan david yang mana yang semua sudah tau selain aljabar itu?" Tanya nicole kepada jason. David menggenggam tangan nicole di bawah meja sembari berharap nicole tidak meladeni lelaki bernama jason itu.
"Jangan terlalu penasaran, nic. Jason sedikit memiliki iri dan dengki kepada david. " Bisik jennifer.
"Aku sampai malu mengatakannya, terlebih lagi kepada istrinya" Jawab jason disambut pandangan semua kepada jason.
"Tenang saja, kau bilang semua sudah tau- dan kalaupun ada yang belum tau, kau berniat memberitahu, kan. Aku menjadi sangat penasaran" Tanya nicole dengan mata bersinar penuh minat.
"Suamimu, dulu dia benar- benar-" Jason menjawab.
"Jason! " Ucap randy.
"Uh kurasa seharusnya kita membicarakan masa sekarang dan masa depan, kan? Untuk apa menengok ke belakang?" Ucap nico.
"Dia tidak mampu melakukan hubungan seksual sampai usia 18 tahun" Kata jason dengan tawa bangga dan semua terlihat frustasi dengan ucapan jason.
"Ya, mengingat saat itu aku menjadi frustasi" Jawab david, nicole tersenyum geli. "Habiskan minummu, sayang. Kurasa kita harus pulang karena aku harus menjelaskan semua" Ucap david tenang dengan senyum yang menghasilkan lesung pipi di kedua pipinya.
"Ini kesempatanku mengetahui aibmu, dave. Kau terlalu perfeksionis sampai tidak manusiawi, aku bisa frustasi jika tidak menemukan kekuranganmu" Jawab nicole lalu menjadi senyum untuk teman-teman david. "Masalahnya, jika kau perjaka sampai menikah, itu malah sebuah prestasi di agama kita, secara logika- itu tidak bisa dikatakan aib" Ucap nicole frustasi.
"Sudah sudah, pokoknya mari kita membahas yang lain" Ucap angela
"Oh iya, kau bekerja,atau mengurus bisnis sendiri?" Tanya jennifer.
"Aku bekerja, kau sendiri? "
"Aku baru berhenti dan fokus untuk mempersiapkan pernikahan, kau dan david harus datang nanti."
"Tentu saja, kita akan datang kan, dave" Ucap nicole pada david
"Kita akan datang" Jawab david.
"Kau lulusan dalam atau luar negeri, nic?" Tanya randy
"Aku memilih standford untuk S1 dan melanjutkan S2 di oxford" Jawab nicole.
"Universitas yang bagus, kenapa tidak melanjutkan di Stanford sekaligus?" Tanya randy.
"Saat itu aku sudah menikah, kurasa oxford juga universitas yang tak kalah bagus" Jawab nicole
"Wait, kau dan kami seumuran?" Tanya nico
"Aku 2 tahun lebih muda dari david"
"Kalian- bukankah ini tahun ke lima kalian menikah? Tunggu, jangan bilang kau lulus lebih cepat? "
"Ya kurasa sedikit lebih cepat" Jawab nicole dengan suara yang pelan.
"Dia lulus magister di usia 20 tahun" Jawab david
"Luar biasa, nicole" Ucap jennifer kagum.
"Justru semakin aneh ya gadis sehebat ini menerimamu apa adanya, dave" Ucap jason sembari bermain ponsel dengan tawa sinis.
"Keberuntungan, kurasa" Jawab david lalu menoleh pada nicole.
"Baiklah, kurasa kali ini kita pulang duluan saja" Ucap nicole dengan senyum.
"Baiklah, untuk kali ini kami harus pamit lebih dulu" Ucap david.
"Nice to meet you, guys. See you next time" Ucap nicole riang. David pun berpamitan dan segera meninggalkan meja itu.
_
Keduanya diam dan saling sibuk dengan pikiran masing-masing. Nicole membuka ponselnya untuk melihat sebuah notifikasi, lalu meletakkannya kembali. David pun diam tanpa sepatah kata pun hingga mereka sampai di kamar.
Nicole melepas semua perhiasan yang di kenakannya, lalu menuju lemari pakaiannya dan mengambil sepasang piyama. David yang telah berganti pakaian dan mencuci wajahnya terlihat baik-baik saja.
"Sudah mau tidur? Maaf tadi belum sempat makan malam" Ucap david.
"Entahlah" Jawab nicole tenang, "Tidak masalah, lagipula kita jarang makan malam"
"Soal ucapan jason, tadi-" David berhenti seakan ada satu kalimat lagi yang dia lupakan dan dia sibuk mengingat-ingatnya.
"Apa sbenarnya yang dia ingin katakan? Teman-temanmu yang lain seperti berusaha mencegahnya"
"Apa yang dia katakan memang benar" Jawab david, "terima kasih kau sudah bersikap tenang pada akhirnya"
"Jadi cuma ini yang kau pikirkan sejak di perjalanan tadi, sampai sekarang?" Tanya nicole terdiam sepersekian detik, lalu menuju kamar mandi.
_
"Ah, ha-halo" Ucap david terkejut "akhirnya mama menjawab telponku, bagaimana kabar mama? Oh iya, syukurlah. Biarkan aku sesekali menelpon atau datang ke sana, aku ingin kita mengobrol seperti dulu, apapun yang terjadi pada rumah tanggaku dan nicole, aku sudah berusaha mempertahankannya- halo? Ma?" David menatap layar ponselnya. "Selalu saja, sebenarnya aku harus bagaimana?" Ucap david frustasi
"Apapun yang akan kau lakukan, kurasa tidak perlu menyebut-nyebut rumah tangga kita yang sudah sedikit lebih baik- pasti mereka akan mengatur kita lagi" Ucap nicole sembari melangkah menuju balkon tempat david berdiri.
"Nic-" Ucap david terkejut dan panik saat menatap nicole terlebih dia sedang menuju balkon "kau mau kemana??" Ucap david sembari menutupi tubuh nicole dengan tubuhnya.
"Ke balkon, untuk bicara denganmu"
"Memakai pakaian seperti ini? disini dingin, dan Kau ingin memamerkan tubuhmu pada semua orang? "
"Aku hanya ingin berbicara padamu, tadi"
"Baiklah, ayo kita masuk- kau duluan" Ucap david sembari memandangi tubuh nicole yang menjauh. "Ada apa dengannya? " Pikir david sembari tak habis pikir.
"Aku hanya ingin memamerkannya padamu, baguskan?"
"Bagus sekali"
"Seksi? "
"Ya, tentu saja"
"Kau tidak menyukainya? "
"Bukan-bukan, tentu saja aku sangat menyukainya. Hanya saja-" Ucap david sembari mendekati nicole
"Hanya saja?" Tanya nicole saat beberapa detik setelahnya mereka telah berciuman mesra.
"Hanya sajaa.. Kenapa baru sekarang memakainya?!"
"Karena tadinya kau menyebalkan"
"Sekarang aku cukup menyenangkan, bukan? "
"Lumayan"
"Kenapa tiba-tiba?"
"Maksud jason tadi? Kau tidak mampu berbuat 'itu' ya? "
"Begitulah maksudnya, bagaimana menurutmu??"
"Kenapa dia menyimpulkan begitu? Uhm apa jangan-jangan kau pernah 'gay'?"
"Jangan bicara ngawur, nic" Ucap david dengan cepat.
"Kalau dipikir-pikir- "
"Nanti aku akan menceritakan semua panjang dan lebar"
"Oh ya, baiklah." Jawab nicole, "kenapa kau memandangiku begitu? "
"Sedang bersyukur, mungkin karena ini adalah saat-saat yang paling ku inginkan sejak dulu, jadi aku sangat terhibur dan bahagia"
"Mari mendengar alasan bahagia itu, hmm pasti itu adalah aku"
"Kau benar sekali"
"Coba katakan apa yang membuatmu bahagia"
"30% kebutuhanku terpenuhi, 30% keinginanku terkabul, dan 30% kau"
"Kau pandai juga berkata manis, uhhmm aku punya 30% kehadiran ya"
"60%, kebutuhan biologis bisa dipenuhi siapa saja tapi masalahnya, semuanya kudapatkan darimu"
"Kau gila? Kau tidak pernah menyentuh wanita?"
"Tentu pernah"
"Maka jangan bicara omong kosong seperti, 'aku tidak pernah meniduri wanita lain, aku tidak pernah begini dan begitu' membuat kesal saja"
"Aku kan belum mengatakannya, tapi sayang.. Melihat reaksimu barusaja, mungkin aku harus berkata jujur"
"Tentang apa? "
"Kau terlihat kesal sekali saat mendugaku tidak pernah menyentuh wanita"
"Ya, memang seharusnya kau tidak perlu berbohong dan berlagak sok polos, kan? Itu malah membuatku kesal dan merasa sedang di tipu"
"Aku memang hanya pernah tidur denganmu, segala yang kulakukan padamu selain berciuman- aku tidak pernah melakukannya dengan wanita lain. Makanya, saat kau mengaku jika kau memang masih gadis- walaupun aku bersikap biasa saja dan sok keren, sebenarnya aku sangat senang dan melakukan selebrasi saat ke kamar mandi. Ya tapi, soal skill ku bagaimana menurutmu? "
"Wahh rasanya aku belum yakin kau sepolos itu, karena skillmu menurutku lumayan"
"Aku ini menahan diri, nicole. Bayangkan saja kesulitanku bertahan untuk tidak menghabisimu sejak malam pertama"
"Kau sudah mendapatkannya, dan kau juga akan melupakannya- percaya padaku"
"Aku sudah mengukir namamu di hatiku dengan tinta berupa komitmen, apapun yang akan terjadi padaku karena mencintaimu adalah sebuah resiko, dan sejauh apapun rasa itu berubah, aku akan menjauhkanmu dari luka." David memegang kedua lengan atas nicole. "Bahwa selama kau menginginkanku, aku akan selalu berada disampingmu"
"Omong kosong" Ucap nicole dengan wajah memerah, dihempaskan kedua tangan david. "Kau, jangan berbicara omong kosong seperti itu dave! "
"Ada apa, sayang? Apa yang salah? "
"Jangan ucapkan janji bodoh seperti itu, jika aku mendengarnya lagi-"
"Apa salahnya, nic? Aku hanya ingin hidup bersama denganmu selamanya, apa yang salah? "
"Kau akan tau, dave?! Kau tidak akan bisa mengatur dirimu untuk terus mencintai satu orang"
"Kenapa tidak? Aku akan membuktikannya! " David bersikeras "kau kenapa? "
"Aku hanya sedikit pusing mendengar ucapanmu itu! "
"Tutup hatimu untuk orang lain, jangan padaku" Ucap david sembari merangkul untuk memegangi nicole yang berusaha menepis upaya david itu. "Kau bilang tidak ada yang pernah melukaimu" David meminta nicole duduk, lalu menggenggam kedua tangan nicole. "Katakan siapa laki2 yang berani melukaimu sampai seperti ini?"
"Sayang sekali tidak ada yang pernah melukaiku, dave. Inilah aku, sama seperti yang selama ini kau kenal"
"Baiklah, aku akan mencari tau sendiri. Kau tidak ingin mendengar janji-janji jadi aku akan membuktikannya, kau belum siap memiliki anak- aku tidak masalah, pokoknya aku akan menjaga sikapku juga kalau perlu" David membelai punggung tangan nicole. "Sekarang, beristirahatlah. Maafkan aku, jika kau masih ingin marah atau kesal, tolong lampiaskan sekarang agar kau lega"
"Aku tidak marah"
"Kau sangat marah, tadi."
"Aku hanya kesal, pikirkanlah hubungan kita untuk jangka pendek saja".
"Jangan-jangan, itu alasanmu tidak ingin memiliki anak denganku, kau tidak melihatku menjadi ayah dari anak-anakmu, sayang? Wah, wah ini membuatku patah hati".
"Sudahlah, dave. Aku tadi berniat menghiburmu dengan pakaian ini dan 'sedikit sentuhan' tapi malah moodku yang turun, lebih baik kita tidur"
"Sebenarnya, aku juga jadi menyesal merusak kemesraan kita." David mengecup kening nicole.
"Kau menyesal karena tidak jadi 'begitu' ya? "
"Iya" Jawabnya sembari pipinya memerah.
"Ini menyenangkan, mari melanjutkannya" Ucap nicole riang dan davidpun riang "Kau sudah membeli pengamannya? "
"Hah, aku lupa- kau kan baru mengatakannya tadi" Jawab david frustasi. "Bagaimana jika mulai besok saja?" Rayu david.
"Aku membelinya untuk berjaga-jaga"
Sepasang suami istri yang menjaga dirinya untuk satu sama lain ini mengulang perbuatan yang tidak bosan-bosan mereka lakukan. Malam pun akan panjang dengan beberapa sesi dan ronde.
_
Late night talking
"Sudah pukul 2 pagi"
"Ya, andai bisa lebih panjang lagi"
"Bagaimana, dave?"
"Apanya, sayang? Kau tidak biasa bertanya begini"
"Sedikit berkurang rasanya, bukan? "
"Uh, itu- ya" Ucap david canggung, "Apa yang kau baca?"
"Wah, berkurang sekitar 30% untuk lelaki" Ucap nicole lalu david membaca artikel di ponsel nicole.
"Uh, bisa jadi memang mencapai 30%"
"Haruskah aku meminum pil? Atau apa? "
"Apakah tidak beresiko untukmu, sayang?"
"Beresiko seperti apa? "
"Obat pasti ada efek sampingnya, kan. Apalagi kita belum pernah memiliki anak"
"Tapi, jika dengan cara ini, kau yang paling merasakan dampaknya"
"Tidak masalah, aku hanya harus bersabar sampai kau siap, kan"
"Tapi, dave. Kurasa itu tidak mungkin-" Pikir nicole.
"Sayang, kau kenapa? "
"Ah, tidak. Kupikir lebih baik kita bersenang-senang dulu, kan. Ini kan termasuk hal yang menyenangkan, dan aku ingin kau yang paling merasakannya"
"Bersenang-senang, ya. Sebenarnya, apa yang sedang kau pikirkan dan rasakan tentangku, sayang? Aku sangat penasaran"
"Kau bilang kita memulai dari awal? Tentu saja kita sudah mulai dekat"
"Iya, lalu apa yang kau rasakan sekarang? Juga apa yang ada di pikiranmu tentangku? "
"Meskipun sesuatu di hatiku mungkin berubah, kau masih harus mendapatkan yang lebih baik dariku, dave" Ucap nicole dalam hati.
"Tidak ada yang berubah, ya? " Tebak david.
"Apa yang kupikirkan tentangmu, ya. Dari semua yang sudah ku temui, Kau adalah laki-laki paling hebat dan paling berbakti pada orangtua, kupikir kau mungkin adalah laki-laki yang setia, pintar dan bertanggungjawab pada keluargamu nanti" Nicole yang sedang berada di pelukan suaminya itu tersenyum kecil sembari mempererat gelayutan lengannya yang melingkar di pinggang david. "Jadilah laki-laki terbaik di dunia ini, dave. Bahkan jika orang terbaik seperti itu hanya akan terlahir beberapa abad sekali" Ucap nicole dalam hati.
"Ya, pada keluarga kita nanti." Ucap david sembari membelai lengan nicole. "Tentunya kita tidak akan selamanya menunda momongan, kan? " Suasana menjadi hening sehingga david membelai pipi nicole dan berusaha melihat wajahnya, "kau menangis, ada apa? Soal momongan ya? Maaf- maaf, kata itu keluar begitu saja... Jangan memikirkannya, aku akan tenang mulai sekarang"
"Aku memikirkan banyak hal, tapi keinginanmu terdengar sederhana dan mudah untuk di gapai. Seringkali kita akan lupa begitu telah mencapainya, meskipun begitu- kau harus tetap mengingat ucapanmu padaku ini seumur hidupmu, kau harus selalu mengingatnya sehingga kau akan tetap menjadi lelaki terbaik di dunia, untuk keluargamu"
"Kau mengatakannya seperti bukan kau yang harus menerima buktinya, jika cintamu adalah hal yang mustahil, begini saja sudah cukup... Mari kita selalu mengobrol dan dekat satu sama lain" David mengecup kening nicole, "apapun yang kau rasakan padaku sekarang, aku mencintaimu"
"Apa kau mencintaiku hanya karena akhir-akhir ini kita bercinta?"
"Kau mau membandingkan aku dengan lelaki hidung belang ya? "
"Kau selalu tau maksudku" Jawab nicole sembari tertawa geli. "Jadi bagaimana? Kau tidak keberatan memakai pengaman dan kehilangan 30% rasanya? "
"Tentu saja"
"Sisanya akan kau cari di luar ya? "
"Sepertinya pernikahan jaman sekarang sudah tidak berharga, ya di mata mrs nicola raines? Sebaiknya kita istirahat sebentar, aku harus bangun pagi-pagi sekali"
"Kenapa?"
"Ada yang harus ku lakukan nanti"
"Baiklah"
