Red lamp or green lamp?

3 0 0
                                    

Author

Nicole kembali menangis tersedu-sedu mengingat harga dirinya yang sudah hancur begitu juga dengan kehormatannya. Matanya yang sembab pasti akan membengkak jika terus menangis sedari siang tadi.
Percakapan di telpon itu adalah yang pertama sejak hampir satu bulan lalu. Suara pintu terbuka terdengar lirih lalu david dengan masih mengenakan jas telah muncul berbeda dengan penampilannya di foto yang tn ashton kirim.
"Nicole, apa yang terjadi? Kenapa kau baru menelponku? Katakan! " Ucap david sembari terburu-buru mendekati nicole.
"Kau sudah menghancurkan kehormatanku, dave" Ucap nicole lemas.
"Apa- yang ku lakukan kali ini?"
Nicole mengambil sebuah map di almarinya dan melempar map itu di ranjang sisi kiri david. David membuka map itu lalu diam seribu bahasa.
"Kau ikut bertandatangan di atas surat perjanjian itu, dave? Kau pasti menertawakanku saat aku tidak berhasil bercerai denganmu?" Ucap nicole diselingi isak tangis. "Apalagi beberapa bulan terakhir"
"Sudah 5 tahun kita berumah tangga, ya" Ucap david setelah terdiam selama hampir 1 menit. "Sekarang kau sudah tau posisiku selama 5 tahun ini, jadi apa yang kau inginkan dariku?"
"Ceraikan aku! kau sudah tidak memiliki alasan untuk mempertahankan ku, dan aku juga sudah bisa bebas darimu" Ucap nicole dengan marah.
"kau mungkin akan menerima kabar baik besok, jadi bersabarlah sebentar lagi"
"Ucapkan talak, dave! Aku sudah tidak sabar mendengarnya?!! Ucapkan sebanyak 3 kali secepatnya" Ucap nicole.
"Tidak, aku tidak akan mengatakannya. Aku adalah orang yang gigih mempertahankan apa yang ku inginkan. Aku juga sudah bilang, aku mencintaimu- dan itulah yang akan ku genggam sampai akhir" Ucap david bersiap pergi lagi.
"Kau-" Nicole terdiam sembari memegangi perutnya yang kram.
"Nic-"
"Ah-" Nicole kesakitan hingga membungkukkan badannya sehingga david memeganginya.
"Kita ke rumah sakit" Ucap david sembari menggendong nicole yang terus memegangi perutnya.
Nicole terus menahan nyeri dan david terus memeriksa apakah istrinya masih sadarkan diri sembari sedikit panik dan sesekali membunyikan klakson jika ada yang menghalangi jalannya.
David menggendong nicole memasuki UGD rumah sakit terdekat. Saat akan memasuki sebuah ruangan, david menggenggam tangan nicole dan meminta maaf. Nicole melepaskan tangan david lalu memasukan jemari lentiknya memasuki pergelangan kiri jas dan baju david untuk menggenggap pergelangan tangan suaminya itu, nicole pingsan tepat setelah sempat melihat darah di jemarinya, 'dave-' itu kata terakhir sebelum akhirnya wanita muda ini tidak sadarkan diri.
_

David memandangi nicole yang tidak sadarkan diri  sambil terus memegang tangan kiri istrinya itu dengan kedua telapak tangannya. Terdengar lirih dia terus mengucapkan kata maaf dan sesekali membelai pipi istrinya dengan sayang.
Kelopak mata nicole bergerak-gerak lalu sepersekian detik membuka mata perlahan.
"Kau sudah bangun, nic. Syukurlah" Nicole menoleh perlahan dan masih terlihat lemas. Beberapa menit kemudian sudah berusaha untuk bangun. "Tetaplah berbaring, kau harus banyak beristirahat."
"Ada apa denganku?"
"Kau mengalami kontraksi otot rahim karena stress"
"Kontraksi?" Tanya nicole, penuh tanda tanya karena kontraksi yang dia pahami selama ini hanya untuk wanita dengan kondisi tertentu.
"Karena kau sedang hamil"
"Hamil?!" Ucap nicole semakin lemas dan meneteskan air mata. "Jadi aku sudah terlambat mencegahnya? Kenapa aku harus hamil disaat begini? " Pikir nicole.
"Aku sangat senang saat mendengarnya, tapi aku juga sadar diri atas kesalahanku dan juga ketidaksiapanmu memiliki anak. Tapi- kumohon-"
"Kau ingat betul kan apa yang membuatku stress?"
"Kau membukanya, itu sedikit mengejutkan"
"Jadi selama ini kau menertawakanku, dave? Harga diriku seperti sudah terinjak-injak"
"Jika itu yang ku inginkan, kita mungkin sudah menjadi orang asing sejak lama"
"Malah sekarang aku hamil, apa yang harus kulakukan? " Ucap nicole lalu kembali menangis. "Aku ingin pulang saja"
"Kau harus istirahat disini dan menjalani serangkaian tes dan usg lagi besok" David menggenggam tangan nicole dengan kedua tangannya. " Kau ingin mempertahankannya?"
"Bayangkan aku memiliki anak, dave? Apa yang harus ku ajarkan padanya? Bagaimana jika dia tidak suka memiliki ibu sepertiku?"
"Tentu banyak yang bisa kau ajarkan padanya, kau pasti menjadi wanita nomer satu untuknya nanti, lagipula kau adalah wanita yang hebat" Jawab david dengan senyum kecil, lalu mengatur ranjang karena nicole ingin sedikit duduk.
"Bohong, kau hanya berusaha menenangkanku."
"aku kan tahu kehebatan ibunya, aku tidak berbohong" Jawab david lalu suasana hening dan hampir membuat masing-masing frustasi. "Kau menginginkan sesuatu? Minum atau apa? "
"Wanita bernama dakota- siapa? "
"Darimana kau mendengar nama itu? " Tanya david sembari terheran.
"Jawab dulu pertanyaanku"
"Entahlah, aku bahkan tidak bisa memyebutnya teman karena kami sudah lama sekali tidak bertemu. Jadi kenapa dengannnya?"
"Dia menyebutku wanita jalang karena menikahimu dan memintaku menjauhimu"
"Kapan dia melakukannya? Berani-beraninya dia"
"Kenapa dia berani begitu padaku, dave? Memangnya kalian sedekat apa?"
"Akan aku ceritakan nanti, aku bisa menjamin jika kami tidak pernah memiliki hubungan spesial"
"Kenapa kurasa masa lalumu begitu suram untuk datang ke masa ini, bagaimana bisa dia begitu percaya diri memintaku pergi. Memangnya dia pikir dia siapa?!"
"Itu benar, berani sekali dia kepada istriku" Ucap david dengan senyum kecil yang terlihat dipaksakan.
"Mari selesaikan urusan kita satu-satu- pertama, soal kehamilanku ini bukankah lebih baik kita- kita tunda dulu" Ucap nicole ragu, davidpun terdiam cukup lama sembari meremas-remas kedua tangannya. "Dave?"
"Tentunya, kau yang memutuskan" Jawab david ragu.
"Kau sudah siap menjadi ayah? Mengajarinya berjalan dan juga mengajarinya banyak hal?"
"Jika kukatakan aku bisa dan siap, bagaimana?"
"Kalau begitu, mari berusaha menjadi orangtua yang baik"
"Nic- apa yang kudengar barusan, aku tidak salah dengar kan?"
"Tidak, aku akan mempertahankannya karena kau sudah siap menjadi seorang ayah"
"Terima kasih" Ucap david sembari berlinang air mata dan menggenggam tangan nicole. "Tapi ada yang ingin kusampaikan padamu"
"Apa itu? "
"Aku mungkin akan jatuh dan bangkrut-"
"Jadi karena itu kau berdiri di pinggir london bridge dan mengiris pergelanganmu? Kau hampir membuat istri dan anakmu menjadi janda dan anak yatim padahal dari dulu kau bersikeras mempertahankanku dan ingin memiliki bayi, pasti kau berencana melompat agar tidak akan bisa selamat. " Ucap nicole sembari meletakkan telapak tangan david di atas perutnya. "Pantas saja perutku membuncit, apa dokter mengatakan berapa usia bayi kita?"
"Sekitar 16 minggu, lebih awal sebelum kita melakukannya" Ucap david dengan senyum tumpul.
"Setidaknya kau tau kalau ini anakmu" Ucap nicole lalu david mengusap-usap lembut perut istrinya dengan telapak tangan. "Kau masih berhutang banyak penjelasan tentang perhanjian, juga tentang dakota, Lalu tentang masalah perusahaanmu. "
"Aku pasti menceritakannya padamu, semuanya.. Aku akan menceritakan seluk beluk hidupku hingga kau tidak memiliki keraguan dan pertanyaan padaku lagi"
"Ya, aku juga memiliki beberapa hal yang harus ku ceritakan padamu, tapi- dave- aku belum makan sejak pagi tadi"
"Kau lapar, baiklah. Aku akan membeli sesuatu"
"Minta saja tn ashton, tn jeff atau tn edwards mengantarkannya. Aku ingin menceritakan sesuatu sembari menunggu"
Setelah urusan menu yang nicole inginkan juga hal-hal lain, akhirnya david menutup telepon. Sudah pukul 4 pagi dan keduanya masih terjaga dengan mata yang terbuka lebar. musim panas belum berakhir sehingga untunglah tidak terlibat cuaca buruk atau ekstrem sehingga akan sangat merepotkan jika mengganggu salah satu diantara satpam atau supir mereka. Nicole harus menginap dan melakukan serangkaian tes besok, keadaannya tubuhnya masih belum begitu stabil.
"Jadi apa yang ingin kau katakan?" Tanya david.
"Sebelumnya akan kutanyakan satu hal, apakah kau sungguh-sungguh ingin mempertahankan hubungan kita- Bahkan saat penjanjian itu sudah tidak berlaku sekarang?"
"Itulah yang ku inginkan, entah kenapa aku bersikeras dan tidak ingin menikah dua kali"
"Kau bisa menerimaku, walaupun aku memiliki banyak hal yang tak ingin kubeberkan padamu? Tapi kupastikan jika hal yang kututupi adalah sesuatu yang tak ada hubungannya denganmu, atau sesuatu yang lebih baik jika kau tak tahu"
"Apakah itu akan mempengaruhi masa depan kita?  Seperti halnya dakota yang datang begitu saja dan merusak tatanan hidupku? "
"Aku tidak pernah mengikat janji dengan siapapun, apa yang ku pikirkan bukan persoalan macam itu"
"Lalu, apakah alasanmu menutupinya hanya karena aku tidak ada hubungannya dengan itu, jelas-jelas kau ada hubungannya denganku?"
"Jika berhubungan, itupun juga lebih baik kau tidak tahu jadi segala yang terjadi di depan nanti akan lancar"
"Apa kau akan menceritakannya suatu saat nanti? "
"Ya, mungkin dengan alasan yang kuat dan di waktu yang tepat"
"Baiklah"
"Nah sekarang aku akan menceritakan sesuatu. Pertama-tama, aku benar-benar merasa bahwa aku tidak akan menikah seumur hidupku tepat saat  beberapa hari kita menikah, mungkin juga maksudku setidaknya sebelum aku siap. Segala sesuatu tentang hubungan kita terasa sangat sulit, kau pasti juga kesulitan mengerti emosiku saat itu. Walaupun kuakui kau cukup sabar, kupikir juga tak seharusnya aku terus melukai hati dan pikiranmu. Hari-hari tidak berlalu dengan tenang, disaat aku berpikir jika lebih baik aku memberi hubungan ini kesempatan- aku selalu mundur dan memikirkannya kembali. Dunia ini sudah penuh kegelapan begitu juga kehidupan pernikahan, mama pernah bercerita jika pernikahan di tempat asal ayahku masih dianggap lebih tradisional dan meminimalisir perselingkuhan, dan mama adalah orang yang beruntung karena memiliki orang yang berasal darisana- katanya. Tentu hal macam itu bisa saja terjadi, hidup di lingkungan dengan hak dan kewajiban seorang pasangan dengan tradisional, tapi manusia selalu berkembang dan terkadang lingkungan baru akan lebih membentuknya di saat-saat terakhir. Kau harus tau, jika pola pikirku pada pertemanan sangat tertutup, apalagi pernikahan. Bagiku sebuah pertemanan pun akan ku kelompokan dari sebatas kenal atau teman, apalagi sahabat. Dengan pola pikirku yang seperti itu, maka pernikahan juga begitu, kau hanya tidur denganku dan aku hanya tidur denganmu, begitu kira-kira pemahamanku yang ringan tentang pernikahan. Pada hari itu, hari dimana aku meminta perceraian lagi, hari itu terjadi hal yang cukup aneh dimana aku makan siang dengan teman-temanku- maksudku secara pribadi hanya 2 atau beberapa dari mereka yang ku anggap teman, 2 di antaranya teman dekat atau sahabat. Karena hubungan kita yang rumit maka aku juga tidak pernah berbagi cerita tentangmu, bagiku hubungan kita hanyalah hal yang harus kututup rapat-rapat agar tidak menimbulkan rasa penasaran. Tapi mereka malah menjadikan suamiku, atau kau- sebagai lelucon. Aku menjadi marah karena mereka jadi menghubung-hubungkan itu dengan salah satu dari sahabatku. Semua terjadi begitu cepat dimana saat itu aku merasa jika untuk melukaiku mereka tidak harus melibatkanmu, disisi lain aku juga merasa jika mungkin kedekatanku dengan sahabatku itu berlebihan sehingga menimbulkan spekulasi. Saat itu aku merasa aneh dan meninggalkan mereka dengan amarah, apa yang kurasakan saat itu adalah, aku seperti sedang mengkhianatimu. Makanya aku sampai menghentikan mobilku di pinggir jalan dan menangis tersedu-sedu, aku hanya ingin bercerai sehingga tidak akan merasa bersalah atas apapun yang ku lakukan" Nicole memandang david sesaat lalu kembali menghadap depan. "Lalu saat kita bertemu, kau berniat mengabulkan keinginanku, jadi aku merasa sangat senang- aku hanya merasa sangat senang sehingga merangkulmu, tapi dave- kau melarangku saat itu dan aku harus menanyaimu nanti. Tapi, kau mungkin belum mengetahuinya atau mungkin malah kau menyadarinya lebih cepat, aku menjadi ingin melanggar itu. Aku ingin berterima kasih dengan sungguh-sungguh tapi tidak bisa mengungkapkannya, sehingga aku hanya memelukmu dengan segenap ketulusan yang kupunya. Kau malah bersikap sabar dengan memberiku doa-doa untuk kebaikanku nanti. Saat itu aku terkejut karena kau mengatakan kata 'anniversary' karena sejujurnya aku bahkan tidak mengingat tanggal pernikahan kita. Saat itu kau pasti juga ingat bahwa kita melakukannya, dan selalu melakukannya bahkan aku yang lebih sering menggodamu duluan. Tapi sebenarnya, aku-" Ucap nicole menjadi lambat disaat-saat akhir kata-katanya.
"Kau- sebenarnya apa? "
"Aku berpikir jika aku akan memberimu waktu selama 3 bulan, hanya untuk tidur denganku sebagai ganti kesabaranmu menahan diri selama ini, makanya aku begitu tenang menggodamu duluan. Setelah itu kita akan bercerai dan aku tidak akan menikah lagi. Makanya saat itu juga terasa menyenangkan melakukannya. Di awal-awal kupikir akan aman karena siklus haidku yang tidak lancar, bahkan seringkali tidak haid selama 4 bulan. Tapi perlahan aku jadi merasa khawatir jika akan hamil karena faktor-faktor yang tidak kuketahui. Setelah memakai pengaman, aku jadi kembali tenang tapi menjadi sedikit tidak enak karena kau tidak bisa menikmati semuannya seutuhnya. Belum lagi kau juga berharap untuk sesuatu yang jauh kedepan sehubungan dengan pernikahan kita. Semua itu membuatku jadi semakin tidak nyaman melakukan tujuanku selama 3 bulan ini. Tapi suatu hari kedua sahabatku mengabarkan jika dalam 3- 6 bulan akan ada yang dikirim ke indonesia untuk mengurus perusahaan cabang di sana selama beberapa tahun. Karena aku juga mulai sedikit bingung dengan alasan perceraian nanti, maka aku berencana meminta cerai dengan alasan itu. Tapi- dave, aku malah dihina oleh dakota, menemukan perjanjian itu dan sekarang aku malah hamil. Dengan semua yang terjadi ini, dave. Rencanaku gagal sementara waktu, setidaknya kau harus menceraikanku setelah anak ini lahir"
"Kenapa bukan mempertahankan saja selamanya, nic? Bukankan kita harus berusaha untuk menikah hanya sekali?"
"Aku takut suatu saat nanti kau menjadikan semua ini alasan untuk melukaiku atau anak kita. "
"Aku akan menjadikan semua ini alasan untuk bertahan, kau sudah melakukan hal sejauh ini untukku"
"Tapi, kau ingin meninggalkan kami tadi"
"Jika tadi aku sudah melakukannya, pasti aku menyesal karena ternyata inj yang harus kutau jika aku sedikit lebih sabar menerima cobaan"
"Baiklah. Dan saat itu, kenapa aku tidak boleh menggandengmu? Kau kan bisa saja mencuri kesempatan, maksudku itu adalah kesempatan emas"
"Kau ingin berpisah, dan- saat itu aku pulang dengan keadaan hasratku yang sudah sangat tinggi dan menunggu sampai rumah untuk memintanya darimu, sedikit seperti biasanya juga pasti sedikit membantu. Aku membersihkan diri untuk bersiap memintanya, tapi kau malah ingin berpisah. Sentuhanmu saat itu sudah membangkitkan keinginan itu lagi jadi aku berusaha mencegahnya"
"Kenapa saat itu hasratmu tinggi? Apa yang kau lakukan di luar sana? "
"Banyak orang di luar, dan dengan penampilan yang macam-macam. Biar bagaimanapun aku kan laki-laki"
"Sebenarnya hal yang lebih aneh adalah jika kau bilang kau tidak melakukannya selain denganku, aku benar-benar bingung dan tidak bisa memperkirakan kebenaran ucapanmu, mungkin saja iya tapi memangnya hal seperti ini bisa?"
"Tentu saja bisa, aku hanya perlu memikirkan yang lain, memikirkanmu pasti memang membantu menyelamatkan dari apa yang di depanku, tapi hasratku itu masih tetap tinggi. Aku harus pulang untuk mendapatkannya darimu"
"Kau memikirkanku saat itu?"
"Lebih tepatnya membuatku kepikiran"
"Coba ceritakan, aku penasaran bagaimana lelaki bisa menahan diri hingga sampai ke rumah"
"Lebih baik biarkan saja menjadi masa lalu"
"Coba ceritakan, dave. Bayimu sedang tumbuh dalam diriku, kau tidak ingin menurutiku?"
"Akan kuceritakan yang lain saja"
"Yang ini saja" Nicole merengek seperti anak-anak dan david mrnjadi luluh begitu mudah.
"seorang teman, mungkin teman dekat. Saat itu aku juga berusaha memiliki kehidupan lain, tapi kurasa memang tetap pada pendirianku untuk menjadi laki-laki setia walaupun kedekatanku itu seharusnya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Aku dekat dengan seorang teman, aku mungkin juga menyukainya karena kesabaran dan kebaikan hatinya, aku tetap menjawab pada orang-orang jika kami hanya teman dan secara teknis itulah kenyataannya, memang kami hanya pergi makan sesekali. Tapi dia berbeda, nic. Dia memberiku perhatian khusus, dan sesekali berkata jika mustahil tidak menyukaiku. Suatu hari, bertepatan dimana kau juga mengalami hari yang tidak menyenangkan. Dia mengajakku untuk menemaninya membeli beberapa barang, dan pergi makan. Saat suasana sudah gelap dia memintaku membantunya mengambil sesuatu di hotel. Dia sering menginap di hotel jika sedang malas untuk pulang, begitu katanya. Aku meminta untuk menunggunya di lobby namun dia tetap memaksa dan berkata jika tidak bisa membawanya sendiri. Aku mencari berbagai alasan namun dia juga terus mencari alasan meminta bantuanku." Nicole memandangi david seakan setiap ekspresi yang david keluarkan harus sesuai dengan kata yang dia ucapkan. "Kami memasuki kamar hotel itu, dia merayuku sedemikian rupa dan menciumku begitu saja, aku berdiri mematung karena bingung harus memanfaatkannya atau menghentikan hal yang sulit untuk kotolak itu. Ciuman itu terjadi kurang dari satu menit karena semakin lama aku terhanyut maka akan semakin sulit aku mengendaliksn diriku. Dia berkata sangat manis dan bersedia memberikan segalanya padaku, segalanya- katanya. Dia memegang tanganku, lalu aku malah melihat cincin ini" Ucap david lalu memandangi cincin kawinnya. "Aku sibuk memikirkan hasratku dan kenikmatan di depan mataku. Jika aku menolak maka aku belum tentu akan mendapatkannya darimu, tapi jika melakukannya, bagaimana dengan pernikahanku, nicole, janjiku dan kehormatanku? Aku meminta maaf dan memintanya berhenti berharap padaku. Dia tahu jika hasratku sangat tinggi dan lelaki memiliki tanda yang tidak bisa di kendalikan. Dengan keadaan macam itu, dia berkata tidak masalah untuk memenuhi kebutuhan itu sekali ini saja lalu kami akan melupakan semuanya."
"Kau melakukannya?"
"Tidak"
"Huh? Dave, kau tidak manusiawi. Aku lebih suka mendengarkanmu bersikap manusiawi, kesalahan sesekali tidak masalah."
"Jadi kau menyuruhku menerimanya, ya? Ya lain kali aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan macam itu"
"Aku berkata untuk saat itu, dave. Jika sekarang kau menerimanya, aku sendiri yang akan membunuhmu" Jawab nicole ketus. "Omong-omong, bagaimana kau menolaknya? Apa kau tidak merasa takut jika dituduh tidak jantan?"
"Kalau memang dituduh seperti itu juga tidak masalah, memangnya aku memiliki kewajiban untuk membuktikan padanya?!. Aku berkata, jika aku akan mengantarnya pulang"
"Dia menyerah, dave?"
"Dia mengatakan sekali lagi jika bersedia hanya untuk meredakan hasratku saat itu, aku berusaha meyakinkannya jika dia tidak perlu khawatir karena istriku pasti sudah siap memenuhi kebutuhanku itu"
"Bagaimana kau mengatakannya?"
"Aku sudah memiliki seseorang untuk memenuhi kebutuhan ini atau kebutuhanku yang lain, jangan khawatir dan mari kita lupakan hari ini.  Kira-kira seperti itu"
"Mustahil ada manusia seperti ini"
"Inilah anehnya jaman kita, nic. Padahal sebenarnya aku sudah berbuat salah memasuki hotel itu tapi masih dianggap suci. Atau malah dianggap berbohong. Tapi aku maklum, jika tidak mendapatkan bukti darimu malam itu, aku juga tidak akan percaya jika kau berkata tidak ada yang pernah menyentuhmu"
"Jangan menyamakanku denganmu, dong."
"Ya tapi aku juga tidak berbohong, lagipula bagaimana jika nanti aku memiliki anak gadis dan tidak dijaga?!" Jawab david lembut. "Aku sudah menahan diri cukup lama, jadi sedikit terbiasa"
"Dave"
"Hm?"
"Masalah perusahaanmu, mari selesaikan itu sebagai misi pertama kita"
"Bantu saja dengan tidak meminta cerai dan banyak beristirahat"
"Tidak -tidak, aku sudah merasa baik-baik saja dan membantumu juga terdengar menarik"
"Kau selalu ingin menyelesaikan sesuatu, baiklah.. Mohon bantuannya mrs david raines"
"Ya, akan kutunjukkan kehebatan mrs david raines" Ucap nicole dengan pipi memerah. Terdengar ketukan pintu dan ternyata seorang perawat memberikan titipan dari tn edwards. "Mari kita makan, kau juga pasti belum makan" Ucap nicole.
"Mau kusuapi?" Ucap david, lalu nicole mengangguk.

Broken MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang