Satu tahun sudah berlalu setelah kepergian Tn Raines. Nicole terlihat lebih lebih kurus dan pucat. Wisudanya akan diadakan lusa dengan gelar magister dan lulus dengan gelar kehormatan tertinggi. Wanita ini tumbuh dengan cerdas dan rupawan yang seharusnya menjadi kebanggaan keluarga atau dirinya sendiri terlebih untuk suaminya. Namun tak akan ada yang datang untuk mendukungnya dan wanita ini dengan keras kepala tak menginginkan siapapun untuk menghadirinya.
Nicole berjalan menyusuri ramainya jalan menuju stasiun kereta api tak jauh dari kampus.
"Dosa apa yang telah kuperbuat hingga mendapatkan kemalangan yang tiada bandingan macam ini." Pikir nicole lalu berjuta beban pikirannya yang berdesakan memenuhi kesadarannya.
"Hei- lihatlah jalan, nona" Ucap Randy sembari menahan tubuh nicole dari tertabrak hydrant air.
"Ah, kurasa aku hanya berpura-pura." Ucap nicole sembari mengingat penyelamatan randy.
"Benarkah?"
"Aku baru saja akan berbelok"
"Kau baik-baik saja? Selain sedikit ramah, kau juga terihat pucat? Kemana kau akan pergi? "
"Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin melatih kakiku"
"Mau minum kopi?"
"Boleh"
"Kudengar kau menunda pendaftaran study doctoral"
"Andy mengatakannya?"
"Jangan memarahinya, aku bertanya karena ingin satu kampus denganmu"
"Kurasa aku harus beristirahat 1 atau 2 tahun."
"Ingin memiliki momongan?" Tanya rendy dengan tenang, nicole menghentikan langkahnya. "Oh, maafkan aku, apakah aku menyinggungmu? Kudengar kau sudah menikah, kurasa-"
"Jika kau hanya ingin membahas ini, lebih baik kita batalkan saya rencana kita"
"Aku akan menutup topik itu. Maafkan aku, kurasa cinta butaku sudah terlalu membuatku ingin tau segala hal tentangmu"
"Aku sudah bersuami, kau tau sekarang- bukankah seharusnya kau tidak lagi mendekatiku? "
"Aku penasaran laki-laki hebat macam apa yang berhasil menikahimu, aku terus berpikir bagaimana rasanya berhasil membuatmu jadi milik sendiri. Seandainya saja orang itu adalah aku"
"Jangan berangan-angan"
"Dengan begini saja aku sudah bahagia, aku tidak perlu bermimpi menjadi suamimu, kecuali jika dia tidak bisa membahagiakanmu- tolong jawab satu saja pertanyaanku, apakah dia laki-laki yang baik dan mencintaimu dengan baik?" Nicole terdiam sejenak.
"Dia adalah laki-laki yang kebanyakan wanita inginkan"
"Baiklah, setidaknya aku bisa tenang"
Nicole kembali berjalan begitu menolak keinginan runtuk untuk singgah sebuah cafe untuk mengobrol.
Di kehidupannya yang sepi, nicole hanya mengenal beberapa orang yang pernah bertegur sapa dengannya, ada andy sahabat yang menyukai nicole sejak SMP dan mengikuti setiap kecepatan pembelajaran nicole sehingga bisa terus berada di tingkat yang sama, andy putra pertama dari padangan selebritis papan atas di london, sedangkan adik perempuannya terpaut 9 tahun dari umurnya. Selain itu nicole memiliki pengganggu yang bernama lucy, wanita ini rival andalan nicole untuk menguji kekuatan prestasi di kampusnya dulu saat di amerika, walaupun keduanya tidak akur karena menganggap saingan satu sama lain namun jauh di lubuk hati mereka, persaingan itu adalah sebuah di antara mereka, sesuatu sangat menghibur dan tidak akan pernah terlupakan untuk mengobati hubungan pertemanan yang telah terkubur, ada juga randy yang sangat menyukai nicole hingga hobi menjaga nicole dari kejauhan, meskipun tindakannya begitu berlebihan dan cenderung tergila-gila pada nicole, namun lelaki ini adalah ayam kampus yang terkenal.
_
David menutup layar laptopnya lalu merenung. Udara di luar sangat cerah sehingga david lalu bangkit dan menatap luasnya kota london dari kantornya yang berada di gedung tertinggi perusahaannya. Sudah satu tahun rumah tangganya, namun tak sedetikpun david merasa menjadi seorang suami yang memiliki istri untuk disayangi dan dilindungi.
David terdiam saat ingatannya satu bulan lalu memenuhi pikirannya.
_
1 bulan yang lalu
"Papa ingin aku menjadi istri yang baik? Kuraslah semua darah di tubuhku!" Teriak nicole.
"Kurang ajar kamu!"
"Pa-" Ucap david sembari melindungi nicole yang telah mendapat tamparan yang keras.
"Pa, cukup pa" Ucap Mrs davidson sembari menarik lengan Mr davidson sengan kedua tangannya.
"Papa tidak membesarkanmu untuk menjadi begitu kurang ajar! "
"Oh ya, bukankah seorang anak mewarisi sifat orang tuanya?"
"Nicole!" Ucap david memberi peringatan.
"Kenapa? Ingin memukulku? Pukul saja sekuat papa"
"Kurang ajar sekali" Teriak Mr Davidson dengan pukulan sekuat tenaga seakan memukul berandalan kurang ajar di pinggir jalan.
"David!" Teriak Mrs Davidson yang melihat pipi david terkena pukulan keras itu lalu suasana mendadak beku. "David" Ucap Mrs Davidson sembari mengampiri david. Tubuh nicole gemetar dan kedua tangannya terkepal hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya. Betapa keluarga yang dulu harmonis berubah menjadi mimpi buruk.
"Aku baik-baik saja, ma. Memang akan lebih baik jika mengenaiku, kurasa papa tidak akan berhenti jika aku coba menghentikan atau pukulannya mengenai nicole. Apapun yang terjadi, tolong jangan menggunakan kekerasan. Kami akan kembali secepatnya setelah nicole siap. Kami permisi, pa- ma" David menggaet pergelangan tangan nicole dan meninggalkan rumah mertuanya.David tersadar, betapa keinginannya untuk terlihat baik- baik saja di hadapan mertuanya terlihat sia-sia. Nicole tidak pernah bisa bersandiwara untuk terlihat baik-baik saja di depan kedua orang tuanya. David berusaha menyadari kebencian nicole walaupun dengan tidak punya hati dia berkata bahwa david berselingkuh dan membiarkan nicole merana. David juga mengingat betapa mertuanya dengan marah bagai kesetanan memarahi putrinya karena tidak bisa menjaga mulut.
"Bukankah seharusnya papa marah kepadaku jika nicole berkata demikian?" Pikir david.
"Halo Mr Ashton, jemput saya bersama Tn edward untuk membawa mobil saya." Ucap david kepada Tn Ashton mellui sambungan telepon, sopir yang david pekerjakan untuk menjadi sopir pribadi nicole.