The Start

20 0 0
                                    

Author

Nicole melangkahkan kakinya dengan santai. Satu jenjang pendidikan direncanakan dengan matang, Semangatnya yang membara akan membuatnya menaklukkan segala macam ujian dan kesulitan. Gadis ini mendaftar dan telah diterima di program pasca sarjana di 2 jurusan yang berbeda dan berencana mendaparkan gelar doctor setelahnya.
"Tentu saja aku akan berusaha keras" Ucap nicole untuk menyemangati dirinya sendiri lalu Terdengar bunyi ponsel nicole yang lirih.
"Iya, pa? Sekarang?- Ada apa dengan om danny?- Bertemu denganku? Baiklah- sekitar satu jam lagi- Kanker otak stadium 4?" Ucap nicole seakan tak percaya. "Baiklah, aku akan segera pulang"

Mr raines sadar setelah hampir 1 jam pingsan. David dan mrs raines mendampingi dan terus membujuknya untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit namun mr raines yang terlihat sangat lelah terus menolak.
Mr davidson datang bersama istri dan putri semata wayangnya. Mr raines terlihat bahagia dan merekahkan senyumnya.
"Selamat datang, fabian. Maafkan aku telah merepotkanmu"
"Kubilang jangan memaksakan diri, kau kira kita masih sekuat dulu?"
"Aku berharap kita tidak menua, kuharap kau akan berumur panjang"
"Kita akan berumur panjang"
"Aku ingin berbicara dengan kedua anak kita"
"David dan nicole?! Baiklah"
David dan nicole telah memenuhi panggilan itu dan mendekati mr raines. Nicole mulai merasa gelisah dengan kemungkinan yang ada dalam pikirannya sedangkan david tak henti mengkhawatirkan reaksi nicole jika apa yang ayahnya akan katakan adalah sama seperti sesuatu dalam benaknya.
"Nicole" Ucap mr raines.
"Iya, om"
"Seperti yang kau lihat, sepertinya usia om tidak akan lama lagi"
"Pasti om danny akan berumur panjang" Jawab nicole tenang.
"Tidak, tidak- om sudah merasakannya, kau juga pasti tahu betul harapan hidup penderita kanker otak stadium 4" David menghela nafas panjang dengan pasrah, nicole per nah mendengar jika harapan hidup penderita kanker otak stadium 4 sekitar 12-18 bulan sedangkan kurang dari 5% bisa mencapai 5 tahun. Mrs raines terdengar tak bisa menahan isak tangis sedangkan mrs davidson menundukkan kepala dengan prihatin. "Menikahlah dengan david"
"Pa?" Ucap david terlihat menyesali ucapan ayahnya, nicole tak mengucapkan sepatah katapun.
"Om ingin melihatnya menikahi wanita satu iman dan dari keluarga baik-baik. Kau satu-satunya wanita terbaik yang ku kenal, nak. Maukah kau menikah dengan david?"
"Om, kurasa aku butuh waktu untuk memikirkan ini." Ucap nicole setelah menatap ayahnya yang beberapa detik kemudian mengangguk.
"Baiklah, bicarakan dengan david. Kalian memiliki waktu untuk memutuskan sebelum waktu om tiba"
"Aku akan membicarakannya sekarang, dan kami juga akan memutuskannya segera" Ucap nicole lalu berpamitan untuk menjau dari ruangan ini dengan david.
"Nicole, maafkan aku- harus membuatmu berurusan dengan ini"
"Kenapa aku, david? Ayahmu tahu benar aku akan melanjutkan pendidikanku"
"Aku tahu ini keterlaluan, bisakah kita menikah? Kau akan tetap melanjutkan kuliah, aku tidak akan menghalangi semua yang kau lakukan, kau bisa mengajukan syarat nanti, tolong jangan menolak keinginan ayahku"
"Kau benar-benar berlebihan mematuhi orang tua- aku tidak bisa, maaf"
"Tapi- nicole"
"Tidak, dave. Apakah kau pikir pernikahan adalah main-main? Aku tidak bisa" Nicole menggeleng dengan prihatin sedangkan david mengangguk memahami dan menerima keputusan nicole.
Tiba-tiba terdengar tangisan mrs raines yang membuat david segera berlari mendekati ayahnya yang kejang.
"Kita bawa ke rumah sakit, david"
"Iya- iya om"

Nicole telah berkeliaran di kampus seharian, mendekam di perpustakaan, memahami sistem dan jadwal kuliahnya dan menghafal dosen-dosen yang akan menjadi pendidiknya. Kursi taman kampus menjadi tempat singgah kali ini, Nicole mempersiapkan diri dengan membaca daftar sks yang harus di tempuh nanti, mulai berpikir untuk memilih organisasi profesional yang akan menunjang kemajuan pendidikan dan karirnya nanti.
Tiba-tiba nicole teringat permintaan mr raines minggu lalu sebelum tidak sadarkan diri hingga sekarang.
"Aku tidak bisa, tidak mungkin aku menikahi orang yang aku tidak mengenalnya sama sekali hanya karena seseorang yang memiliki penyakit kronis memintanya. Aku tidak bisa" Pikir nicole.
"Nicole-" Panggil andy sembari menduduki kursi di dekat nicole. "Kau melamun? Kukira kau tidak mendengarku"
"Oh, hai. Aku hanya sedang memikirkan langkah selanjutnya. Aku harus lulus kali ini"
"Bersantailah sedikit, uh- apa maksudmu kali ini? Bukankah ini bukan yang pertama? "
"Ini adalah yang pertama untuk jenjang ini. Entah kenapa waktuku terasa singkat dan aku diburu waktu. Rasanya aku akan mati besok?!"
"Setidaknya kita bisa menikmatinya selagi masih muda, walaupun kita harus mati dalam waktu dekat, kita harus tetap bahagia dan menikmatinya" Andy menyodorkan satu cup kopi. Nicole termenung. "Kau melamun lagi? Ada sesuatu yang kau pikirkan?"
"Ah, tidak. Aku hanya lelah" Ucap nicole sembari menerima kopi itu dan meletakkannya di sisi kanannya. "Kukira kau akan berkencan, ini hari sabtu"
"Ah, itu- ya. Kau mencoba mengusirku- seandainya kau menerima cintaku, kau pasti menjadi ratu. Ah sudahlah- jangan mengamuk. Aku akan menjadi sahabatmu saja seumur hidupku"
"Aku sudah hampir mengusirmu dari hidupku" Komentar nicole lalu terdengar dering ponsel pintarnya. "Ya, pa?- syukurlah- sekarang?- tapi, pa. Keputusanku tidak berubah- baiklah"
"Kau memiliki sesuatu yang kau pendam"
"Ya, uhm- aku harus pergi- bye"
"Kutelpon nanti" Teriak andy.

Cuaca menjadi teramat beku dan hening tak terhindarkan. Sebuah ruangan vvip rumah sakit terbaik di kota london tak dapat menaikkan harapan hidup dan menghangatkan suasana. Tahun ini, mungkin adalah tahun paling gemilang setelah kelulusan David. Bekerja menjadi direktur setelah berlatih memimpin perusahaannya sejak berada di bangku SMA. Bukan hanya karena ayahnya adalah pemilik salah satu perusahaan konstruksi dan interior design terbaik itu, tapi kontribusi awalnya telah melancarkan jalannya. Beberapa perusahaan besar di bidang real estate, perhotelan dan perusahaan-perusahaan besar yang membuka cabang. Pemuda yang menjajikan.
Namun malam ini seakan menghapus torehan kesuksesan awal karirnya. Ayah yang sangat dia cintai harus terbaring lemah. David telah berusaha tegar sedari tadi, berusaha menenangkan ibundanya yang terlihat kehilangan gairah hidup. Mr davidson beserta anak istrinya telah datang sedari tadi dan telah menyaksikan kesedihan ini. Mr Raines berkedip lambat namun berhasil mengumpulkan energinya untuk memanggil nama putranya dan putri dari sahabat karibnya.
David termenung.
"Aku tidak bisa menerima perjodohan ini, david"
"Aku mengerti ini mustahil untukmu, bisakah kita mencobanya? Hanya untuk menenangkan papa ku"
"Itu mustahil, aku tidak akan melakukannya"
Pikir david mengingat percakapannya dengan nicole setengah jam yang lalu.
"David?"
"Iya, pa" Jawab david dalam bahasa indonesia. David segera menghampiri ayahnya dan berdiri tepat di samping kiri nicole yang telah lebih dulu menghampiri mr raines.
"Kalian susah memikirkannya?" Tanya mr raines. Kedua anak muda itu terdiam. "Baiklah, papa tau. Kami baru mengenal satu sama lain- jadi, maaf pa"
"Baiklah" Ucap Mr Raines terbata-bata.
"Jika ini hanya aku dan tidak melibatkan orang lain, pa. Aku akan mengabulkannya-apapun itu. Katakan apa yang papa inginkan selain itu?"
"Kau benar-benar putra yang sangat berbakti, aku sangat bersyukur. Tak apa, aku baik-baik saja"
Bak petir yang menyambar saat terjadinya sumpah serapah, keadaan Mr Raines tiba-tiba memburuk dan menderita serangan jantung. Semua anggota keluarga digiring minggir menjauhi Mr Raines yang kehilangan detak jantungnya. Dokter dan beberapa perawat berusaha mengembalikan detak jantung beliau dengan gigih. David mematung sembari mendekap tubuh Mrs Raines yang kehilangan ketegaran. Mr dan Mrs davidson terlihat cemas dan prihatin. Mrs Raines berlari mendekati dokter sedangkan david menahannya, kedua orang tua nicole menenangkannya dan sedangkan sebagai seorang wanita, Mrs Davidson berhasil mengandengnya meninggalkan ruangan sedangkan david mendekati dokter, ingin merengek meminta ayahnya kembali namun tak mampu berbuat sesuatu yang berarti. Mr Davidson menyentuh pundak kiri david namun tak mampu berkata sepatah katapun lalu meninggalkan ruangan.
Nicole menyejajari david dengan ragu-
"Mungkin aku terlalu egois, tadi. Jangan menganggapku mengasihanimu, katakan jika beliau- papamu bangun, kita akan menikah." Ucap nicole dan segera berlalu.

Broken MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang