07

1.2K 111 19
                                    

Beberapa hari berlalu semenjak sosok William yang terus menerormu. Kamu benar-benar menjadi gila karena hal itu. Setiap kali Draco pulang, kamu selalu menatapnya kosong sembari menggumamkan beberapa kata aneh. Kamu juga sering berteriak dan menangis di tengah malam-membuat Draco terbangun dari tidurnya.

"Hei, Y/N. Kau kenapa, sih? Kenapa terus berteriak di tengah malam?" protes Draco sambil mendobrak pintu kamarmu. Kantung matanya sangat jelas, ia terlihat lelah dan tidak bisa tidur.

"Draco...'Dia' datang lagi. Tolong aku, kumohon," pintamu padanya berusaha menggapai tangan Draco yang sudah berdiri di samping ranjangmu.

"Siapa yang kau maksud, Y/N?" tanya Draco sambil mengacak-acak rambutnya lelah. Ia memilih untuk duduk di sampingmu-menenangkanmu dengan cara mengelus lembut punggung rapuhmu.

"William..." gumammu pelan, hampir tak terdengar oleh Draco yang tepat di sisimu.

"Siapa itu? Ada orang lain yang masuk ke rumah ini?" Draco mengernyitkan alisnya, menatap tak percaya. Kamu hanya mengangguk pelan dan kembali menangis.

Draco menghela napas panjang. Setelah sekian lama memijat kepalanya yang pusing, ia akhirnya memutuskan satu hal.

"Baiklah, besok kita akan kembali ke Manor. Di sana ada ibu dan ayah. Kau tidak akan sendirian," jelasnya setelah mengambil keputusan yang cukup sulit. Kamu tidak menanggapi perkataannya-masih sibuk mengusap air matamu.

Malam itu Draco memutuskan untuk tidur bersama di kamarmu. Hal itu membuat perasaanmu tenang dan bisa kembali tidur. Disaat terlelap, tanpa sadar kamu memeluk punggung Draco yang membelakangimu seakan takut kehilangan dirinya. Sembari menggumamkan beberapa kata, pelukanmu semakin erat membuat Draco terbangun lagi. Pria itu menghela napas lalu berbalik menghadapmu, berusaha melepaskan cengkraman tanganmu di pinggangnya.

"Kau tidak boleh memeluk pria bajingan sepertiku. Kau juga tidak boleh menaruh hatimu pada pria yang tidak bisa melupakan masa lalunya, Y/N," kata-kata itu Draco bisikkan di dekat telingamu. Ia lalu mencium dahimu sebelum akhirnya melepaskan pelukanmu. Draco memilih untuk pindah ke sofa yang ada tidak jauh dari ranjangmu. Ia memutuskan untuk tidur di sana.

•••

"Selamat datang kembali, Draco," sambut Narcissa setelah memeluk putra kesayangannya. Ia melirik ke arahmu yang mematung di samping Draco dengan tatapan kosong ke arah lantai.

"Ada apa denganmu, Y/N?" tanya Narcissa yang beralih ke menantunya yang terlihat tidak baik-baik saja. Ia memaksamu menatap matanya-menaikkan dagumu agar bisa sejajar dengan matanya.

"Dia bertingkah aneh akhir-akhir ini. Setiap malam ia selalu berteriak dan menangis tanpa sebab. Dia bilang dia diteror oleh sosok bernama William itu," jelas Draco menggantikan dirimu untuk menjawab. Narcissa menatapmu dengan tatapan tidak percaya. Matanya mulai berlinang melihat kondisimu yang buruk.

"Istirahatlah di kamar, nak. Ibu akan membawakan sesuatu untukmu. Tunggulah sebentar," ucap Narcissa sambil mengelus pipimu dengan lembut. Tatapan khawatirnya membuatmu sedikit tersadar akan satu hal, masih ada orang yang mengkhawatirkan dirimu di dunia ini.

Kamu mengangguk pelan lalu berjalan menuju kamarmu dan Draco. Setelah kamu pergi, Draco mengobrol sebentar dengan ibunya sebelum pergi untuk bekerja.

*Tok tok*

"Ibu masuk, Y/N," ujar Narcissa dari balik pintu kamar. Ia lalu membuka pintu itu dan masuk ke kamarmu sambil membawa sepiring buah apel hijau yang terlihat segar.

A HOPE - DRACO MALFOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang