"Bunuh Draco?"
Belladonna mengangguk.
"Mana mungkin aku bisa membunuhnya! Dia suamiku!"
"Sampai kapan kau mempertahankan hubungan itu?! Dia bahkan tidak mencintaimu! Yang ia pikirkan hanyalah putri dari keluarga Greengrass itu, bukan kau!"
"Pria itu benar-benar seperti 'dirinya'. Setelah Lily mati pun, 'dia' tidak pernah melupakannya. Setiap harinya ia selalu menceritakan kenangan indah mereka padaku."
Wanita yang awalnya membentakmu kembali tenang. Wajahnya menatap tanah, matanya berair berusaha menahan kesedihannya.
"Aku memang berhasil mendapatkan raganya, tapi tidak dengan hatinya."
"Kau juga sama, Y/N. Kita berdua tidak akan pernah bisa mendapat tempat di hati mereka."
Air matanya kini menetes jatuh ke tanah. Ia mendongak-menahan kesedihan yang selama ini ia pendam.
"Meski begitu itu tidak membenarkan pembunuhan yang kau lakukan padanya," kritikmu.
"....Itu adalah bentuk cinta terakhir yang bisa kuberikan padanya."
"Aku hanya mengirimkannya ke tempat dimana Lily berada. Dengan begitu mereka bisa kembali bersama, bukan? Meski tidak di dunia ini."
"Itu alasan yang bodoh."
"Itulah yang dinamakan cinta."
Untuk sesaat kamu dapat merasakan sisi lemah wanita itu. Kamu pastinya mengerti dengan perasaannya. Karena kamu adalah penulis yang menciptakan dirinya. Kisah yang ia jalani adalah hasil karangan yang kau tulis di kertas-kertas kosong.
"Maafkan aku," katamu dengan perasaan penuh bersalah.
"Tidak perlu minta maaf. Lagipula aku akan membuatmu merasakan perasaan yang sama setelah ini."
Dengan gerakan cepat tangannya mengarah ke arahmu, bibirnya bergerak merapalkan sebuah mantra. Cahaya merah mulai muncul dari telapak tangannya. Cahaya ini mulai melahap tubuh dan jiwamu. Perasaan sakit dan sesak menyelimutimu. Tubuhmu seperti diserap oleh suatu tempat yang gelap dan menyesakkan.
Setelah beberapa detik merasakan perasaan itu, keadaan di sekitar menjadi hening dan tenang. Perlahan kamu membuka matamu yang terus terpejam.
"Ini...."
•••
Buku yang awalnya melayang di udara kini jatuh kembali ke atas meja dengan keadaan tertutup. Draco dan Sirius menatap buku itu sebelum akhirnya saling menatap bingung.
Tanpa aba-aba, pintu rumah Sirius terbuka dengan sendirinya. Hembusan angin segera menyerbu masuk ke dalam kediaman tenang itu. Seorang wanita dengan pakaian serba hitam berdiri di depan pintu sambil memegangi topinya.
"Siapa kau?" tanya Sirius dengan penuh waspada. Tangannya sudah memegang erat tongkat sihir miliknya-mengacungkannya ke arah wanita itu.
"Ini aku, paman."
"Y/N?" Draco dan Sirius menatap tak percaya. Wanita itu kini menampakkan wajahnya yang tersenyum, benar-benar seperti Y/N.
"Darimana saja kau? Aku sudah menunggumu lama. Bisa-bisanya kau meninggalkan Scorpi yang menangis sendirian." Tanpa pikir panjang Draco mendekati Y/N sambil mengoceh kesal.
"Tunggu, Draco." Sirius menghentikan langkah Draco. Tatapannya sangat serius saat mengamati Y/N.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A HOPE - DRACO MALFOY
RomanceTerpilih menjadi pengganti calon mempelai wanita, menggantikan Astoria Greengrass. Hidup sebagai nyonya muda keluarga Malfoy yang tidak dianggap dan sangat dibenci oleh suaminya sendiri. Terus meyakinkan diri akan harapan yang tak mungkin terjadi...