"Suami?"
Draco mengangguk. Gadis itu tidak mampu menyembunyikan ekspresi jijiknya. Ia menjaga jarak dari pria yang tiba-tiba mengaku sebagai suaminya itu.
"Seingatku, aku tidak pernah membuat ramuan Amortentia dan memberikannya pada seseorang," gumam Y/N dengan wajah serius. Hal itu membuat Draco sedikit malu dan menyadari satu hal yang aneh, Y/N yang di hadapannya saat ini tidak mengingat dirinya.
"Sepertinya ini tidak akan mudah." Draco menarik napas panjang, mengingat perkataan Belladonna untuk segera membawa jiwa Y/N dalam waktu satu bulan di tempat ini.
"Ada yang ingin kubicarakan setelah makan malam. Ayo pergi ke kelas ujung di bagian barat."
"Kau mencurigakan."
"Oh, ayolah. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk."
"Kita tidak sedekat itu hingga bisa pergi berdua ke kelas kosong di malam hari."
"Kau masih keras kepala seperti biasanya." Draco menghela napas kesal.
Makan malam bersama berakhir dengan lancar tapi tidak dengan Draco dan Y/N. Dengan langkah cepat, Y/N pergi keluar dari Great Hall sendiri sebelum akhirnya dikejar oleh Draco.
"Hei, tunggu!" Langkah Draco yang lebih panjang berhasil mengejarnya. Ia segera menarik lengan Y/N dan memaksanya berhenti.
"Belladonna," ucap Draco.
"Huh?"
"Kau tahu Belladonna?"
"Apa sih yang kau kata-"
Rasa sakit tiba-tiba menyerang kepala Y/N saat mendengar nama itu. Beberapa serpihan ingatan samar muncul di kepalanya.
"Apa itu tadi?" gumam Y/N berat. Ia merasa tidak asing dengan nama itu.
"Aku tidak tahu...."
Draco menahan tubuh gadis itu yang hampir terjatuh. Kepalanya masih terasa sakit meski sudah bersandar di dada pria itu.
"Ah...." Seseorang tak jauh dari mereka berdiri menyaksikan momen langka itu. Draco menoleh ke arahnya, matanya penuh keterkejutan.
"Maaf, saya tidak berniat menganggu kalian," ujar Astoria sambil membungkukkan badannya 90 derajat berulang kali. Setelah itu, ia segera putar balik meninggalkan mereka berdua di lorong yang gelap dan sepi.
"Sial," decak Draco kesal. Meski gadis itu bukanlah Astoria yang ia kenal, ia tetap tidak bisa mengabaikannya. Bagaimana pun juga Astoria adalah cinta pertamanya yang berpisah karena kematian.
"Kau baik-baik saja?" tanya Draco memastikan keadaan gadis yang didekapnya.
"Draco, ayo kita bicara," lirihnya pelan. Draco mengangguk dan membantunya pergi ke ruang kelas terdekat.
•••
Y/N duduk di salah satu bangku kelas dengan lemas. Kepalanya masih berdenyut sakit. Setelah menutup dan mengunci pintu, Draco menghampirinya.
"Dari mana kau mendengar nama itu?" tanya Y/N.
"Jika aku menceritakannya, apa kau akan percaya?"
"Akan kupikirkan nanti."
"Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya."
Draco menarik kursi guru dan duduk di depan Y/N. Ia memulai menceritakan segalanya tentang apa yang terjadi pada mereka.
*Setengah jam kemudian*
KAMU SEDANG MEMBACA
A HOPE - DRACO MALFOY
Roman d'amourTerpilih menjadi pengganti calon mempelai wanita, menggantikan Astoria Greengrass. Hidup sebagai nyonya muda keluarga Malfoy yang tidak dianggap dan sangat dibenci oleh suaminya sendiri. Terus meyakinkan diri akan harapan yang tak mungkin terjadi...