Setelah selesai bersiap kini mereka semua Vero, Liyane, para pelayan, dan juga tukang kebun turut ikut menghantar kan tuan dan nyonya mereka menuju tempat kremasi.
Di mobil Liyane masih menangis menahan rasa duka dan sakit secara bersamaan.
"Udah sayang jangan kebanyakan nangis aku nggak tega liat kamu begini terus.." Kata Vero sambil memeluk erat tubuh Liyane.
"Hiks... Gimana gue nggak nangis kak... Mama sama papa ninggalin gue hiks.. Sekarang gue sendirian.. Gue buntu kak! Gue nggak tau jalan hidup gue kalau bukan sama mereka hiks..." Balas Liyane sambil terisak.
"Gue baru sebentar ngerasain di sayang sama mama lagi, tapi kenapa Tuhan ngambil mama dari gue kak?!! Hiks... KENAPA?!!" Lanjut Liyane sambil bertanya pada Vero.
Teriakan Liyane yang bertanya pada nya membuat Vero berhasil meneteskan air mata nya yang ia tahan selama ini.
"Shhh udah udah kamu yang tanah sayang, mereka berdua udah bahagia di sana, sekarang tugas kita cuman ngasih doa buat mereka" Timpal Vero.
Liyane hanya diam menanggapi ucapan sang kakak yang berusaha menenangkan nya.
Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih setengah jam akhirnya mereka sampai di tempat kremasi, Liyane dan Vero turun dari mobil menuju ke dalam tempat itu.
Di dalam sudah ada petugas yang bertugas mengurus proses pembakaran mayat orang tua Liyane dan Vero.
Sambil menunggu persiapan pembakaran mayat, Vero dan Liyane menghabiskan waktu mereka untuk melihat jasad kedua orang tua mereka, air mata Liyane tak kunjung berhenti kala selalu mengingat kenangan bersama sang ayah dan ibu tirinya. Sekitar kurang lebih satu jam lama nya mereka menunggu akhirnya pemberitahuan upacara kremasi telah terdengar.
Mereka berdua bersiap untuk masuk ke dalam ruang kremasi.
Peti mati kedua orang tua mereka perlahan masuk ke dalam krematorium untuk di bakar, tubuh Liyane perlahan meluruh kala pintu ruangan itu di tutup dan meninggalkan jenazah kedua orang tua nya yang tengah di bakar.
Entah apa yang membuat Liyane meluruh, tubuh nya terasa lemas dan mati rasa dunia nya terasa sangat hancur, Tuhan telah merenggut nyawa orang tuanya secepat ini.
Perlahan mata sembab Liyane menutup, memberi kegelapan di dalam dirinya.
~~~~~~
17.30
Liyane terbangun dari pingsannya, ia telah terlelap sadari siang tadi saat prosesi kremasi kedua orang tua nya di mulai. Mengingat kedua orang tua nya telah mati, membuat air mata Liyane luruh kembali mengembalikan duka yang hilang sementara.
Suara pintu di buka membuyarkan lamunannya, terlihat sosok Vero yang membawa nampan berisi bubur dan air putih di gelas, melihat Vero berada di dasan membuat Liyane semakin menangis ketika mengingat kelakuan kakaknya kemarin.
Kepala Liyane di putar kesegala arah berusaha tidak bertatapan dengan Vero ataupun berbicara dengan nya.
"Aku tau kamu masih ngerasa berduka dan marah sayang, tapi aku mohon kamu makan ya.. Kamu dari siang belum makan paling" Kata Vero membuka suara.
"Tinggalin aja di meja nanti gue makan lo boleh pergi" Balas Liyane dengan suara paraunya.
"Aku nggak bisa percaya kalau kamu bakal makan waktu aku tinggal sayang, sekarang aku suapin ya? Biar cepet" Kata vero.
"Gue bilang nggak ya nggak lo paham nggak sih?! Gue lagi pengen sendiri! Kalau gue mati kelaparan juga lo nggak akan peduli kak!" Balas Liyane dengan suara dinaikkan.
Vero terlihat menghembuskan nafas dalam untuk menetralisir rasa emosinya pada sang adik.
"Jangan buat aku hilang kendali kayak kemarin sayang!, sekarang kamu nurut aja sama aku" Balas vero tak mau kalah.
Liyane masih dengan menatap sekitar, sambil berucap mencemooh ia bangkit untuk berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar yang ia tempati.
"Sampai kapanpun gue nggak akan pernah mau nurut sama lo kak, jangan lo pikir setelah meninggal nya mama sama papa lo bisa seenaknya sama gue, dan lagi gue manggil lo kakak itu karna gue mau menghormati lo sebagai kakak gue!" Timpal Liyane sini.
Sebelum ia berhasil masuk ke dalam kamar mandi, sebuah cengkraman erat berhasil mencengkram rambut coklat nya yang halus nan panjang.
Itu Vero, ia menjambak rambut Liyane begitu kuat, ia tidak bisa menahan emosinya kala Liyane mengatakan hal tersebut.
Cengkraman itu sangat kuat sampai bisa Liyane rasakan bahwa sedikit helaian rambutnya sudah tercabut.
"Aku bisa aja sabar sama sikap kamu sayang, tapi buat yang satu tadi aku nggak bisa diem aja dan sekarang omongan yang kamu kasih ke aku bakal ada hukumannya dan akan lebih dari kemarin" Kata Vero sambil menampilkan senyum seringai nya.
Liyane hanya bisa meringis kesakitan kala merasakan pusing yang teramat sangat, kepala nya seperti di paksa untuk terlepas dari badan.
"Akh! Gue nggak akan pernah biarin lo nyentuh badan gue lag- AGHHH!!" Ucap Liyane terputus kala merasakan tamparan kuat di punggung nya.
"Kamu selalu buat aku hilang kendali Lili sekarang biarin aku nikmatin permainan kita sayang...." Kata Vero sambil memutar tubuh Liyane menghadap ke arah dengan tangan yang masih menjambak rambut Liyane sehingga membuat jambakan itu terasa lebih sakit.
"Bangs*t lo kak, gue adik lo anjin* lepasin rambut gue!! Aw! Sakit kak plis lepas!! AKHH!" Ucap Liyane sambil memohon ampun namun malah semakin membuat Vero mengeratkan jambakannya.
Di hempaskan tubuh Liyane ke ranjang kembali lalu menindih tubuh Liyane dengan badannya, kaki Liyane yang terus bergerak Veri tahan menggunakan kaki panjang nya dan tangan Liyane yang berusaha memukuli dadanya ia tahan dengan satu tangan dan di naikkan ke atas kepala Liyane.
Tangan Vero yang lain di gunakan untuk mengambil suntikan berisi obat bius yang ia simpan di laci samping ranjang, dengan satu tangan yang memegang pergelangan Liyane dan satu tangan lagi memegang suntikan membuat Vero kesulitan. Akhirnya ia melumat bibir Liyane secara kasar untuk mengalihkan perhatian gadis itu.
Setelah di rasa aman baru Vero menyuntikkan suntikan itu ke lengan Liyane agar gadisnya tidak memberontak.
Liyane yang sedang teralihkan perhatiannya pun berteriak kala merasa tangan nya di tusuk oleh sesuatu yang runcing.
"AWWWW!" Teriak Liyane, perlahan pandangan nya menggelap lagi dan kesadaran Liyane sepenuhnya menghilang.
"Tunggu waktu nya sayang, aku mau siap siap dulu, obat bius itu dosis nya tinggi jadi akan ada banyak waktu buat siap siap dan main lagi sama kamu sayangku... Sweet dream sayang" Ucap Vero lalu mengecup kembali bibir Liyane.
Kaki panjang nya melangkah menuju kamar mandi untuk 'mempersiapkan' dirinya sebelum Liyane terbangun.
~~~~~~~~
HAI HAI PARA READERS KU TERCENTAH😍😍 GIMANA CHAPTER YANG INI?? BAGUS NGGAK?? KALAU BAGUS JANGAN LUPA KOMEN YAAAA.
OH YA PENGUMUMAN BESOK ADALAH HARI TERAKHIR DARI CHAPTER INI YEYYYY🥳🥳
DAN SEPERTI BIASA
JANGAN LUPA VOTE YGY LOPYUUUU🌹🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession Brother [END]
Teen FictionBagaimana jadi nya jika seorang kakak tiri terobsesi dengan adik tiri nya sendiri? Ini adalah kisah dari seorang gadis yang berusia 17 tahun bernama Frida Liyane Ghreshila ia biasa di panggil Frida atau Liyane. ayah Liyane menikah dengan seorang ja...