Suasana di tempat itu kian memanas apalagi pria asing itu terus saja memancing amarah Marvel.
Hingga Erick harus turun tangan menyeret Marvel pergi dari tempat itu dan meminta ke penjualnya untuk membungkus pesanan mereka.
Teman-teman Erick saling pandang sebelum memutuskan untuk mengikuti Erick dari belakang.
Plak
Sebuah tamparan cukup menyakitkan di layangkan oleh Lion yang geram sedari tadi mendengarkan ocehan tidak bermutu itu.
"Bisakah mulut anda diam saja? Telinga saya alergi mendengar ocehan basi anda"
Setelah itu Lion pergi meninggalkan pemuda asing yang sepertinya 1 akademi dengan dirinya.
Di lihat dari liontin yang di kenakan oleh pemuda itu tadi adalah simbol dari akademi mereka.
Apa mungkin karena ini Erick tidak menyeret Marvel? Berarti dia sudah menyadarinya sejak lama bukan?
"Marvel bodoh" dengus kesal Lion memijat pangkal hidung nya lalu mengikuti rombongan nya.
Lepas dari 1 masalah sekarang mereka harus berhadapan dengan masalah lain nya yaitu Elaina yang menabrak Erick.
Kenapa sih harus Erick? Apa karena kejadian di kolam air panas ya?
Akibat dari kejadian itu perhiasan yang di beli oleh Erick terjatuh dan beserakan di tanah.
Mau tak mau Erick mengumpulkan semuanya menjadi satu dan memasukkan nya ke kantong.
Sayang sekali Elaina telah merekam dengan matanya seperti apa perhiasan yang di beli oleh Erick.
Sepertinya tujuan dia memang untuk melihat barang yang di beli oleh Erick.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Erick setelah menyimpan kantong yanh berisikan perhiasan.
"Aku baik" jawab Elaina tersenyum manis kepada Erick lalu berdiri.
Tatapan Elaina tidak sengaja bertemu dengan Marvel lalu keduanya kompak mengalihkan pandangan.
Namun mereka berdua tidak menyadari bahwa gerak geriknya telah di awasi oleh mata elang seseorang.
"Baiklah kalau begitu kami pergi dulu" pamit Erick berjalan pergi bersama rombongan nya.
Untuk sesaat Elaina terpana oleh pesona dari Erick namun semua itu terhentikan ketika bahu nya tersenggol oleh gadis di sebelah Ella yaitu Chico.
Detik itulah jantung Elaina terasa berdetak begitu kencang seolah olah akan meledak detik itu juga.
"OMG !! Siapa gadis dominan itu? Pesona nya rupawan sekali" pekik Elaina seketika melupakan semua rencana nya.
Elaina sendiri tidak sadar kalau di leher nya ada sebuah kalung yang entah sedari kapan telah terpasang.
Dia sibuk menganggumi sosok Chico dan bertekad untuk mengubah rencana nya tanpa memberitahukan kepada rekan-rekan nya.
Setelah puas menganggumi sosok Chico ia memutuskan untuk pergi ke toko pakaian namun di tengah jalan tangan nya di tarik oleh seseorang.
Dirinya di bawa ke sebuah gang sempit yang kumuh serta jarang sekali di lewati oleh orang.
Tubuhnya di hempaskan begitu saja hingga terbentur ke dinding oleh Albert yang sepertinya telah berhasil keluar dari akademi.
"Kau berhasil mendapatkan informasi mengenai Erick? Barang apa yang di beli oleh nya?" Albert langsung menyerbu Elaina dengan pertanyaan mengenai Erick.
Elaina termenung beberapa detik lalu tersadarkan kalau rekan nya ini sungguh terobsesi oleh Erick.
"Bahaya !! Erick dalam bahaya.. Tapi kalau aku tidak mengatakan nya maka nyawa ku dalam bahaya" batin Elaina bimbang harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak.
"Dia membeli beberapa perhiasan yang tidak mewah" jawab Elaina jujur apa adanya.
"Seperti apa bentuknya?"
"Seperti liontin yang desain nya simpel dan jauh dari kata mewah"
"Warna nya?"
"Perak dengan bandul permata biru"
"Itu saja?"
"Benar hanya itu yang ku lihat"
Albert mengangguk dengan senyum puas lalu melempar sekantong koin emas serta segepok uang lembaran.
"Uang hasil kerja mu, terus awasi apa yang di lakukan oleh Erick" suruh Albert memasukkan kedua tangan nya ke saku celana.
Mood nya telah membaik setelah tadi di rusak oleh 2 gadis aneh yang sering kali mencari Erick.
Padahal mereka bukan siapa-siapanya Erick lalu kenapa mereka selalu mencari Erick?
Apalagi di tangan salah satu gadis itu terdapat sapu tangan yang sepertinya adalah hasil sulaman nya sendiri.
Saat kepergian Albert di sana lah Elaina menatap sendu kantong koin emas serta uang yang dia dapatkan.
Tak terasa air matanya menetes begitu saja dan nyeri menyerbu ke dada nya ketika mengingat perlakuan nya ke sang adik.
Andai saja dia mendengarkan perkataan adik nya.. Mungkin semua ini tidak akan terjadi bukan?
Dia sudah mencemarkan nama baik orang lain tanpa memperdulikan nasib mereka ke depan nya bagaimana.
Nama belakang yang dia gunakan pun hanyalah nama belakang buatan yang di berikan oleh Albert.
Jika boleh jujur semua ini bermula dari Albert yang menawarkan dirinya untuk menjadi pasangan Caesar.
Di usianya yang kala itu masih labil apalagi masih waktunya pubertas tentu saja dirinya tergiur.
Hingga tanpa di sadarinya semua sifat dan perilakunya berubah drastis dan membuatnya menjauhi sang adik.
Tak ingin membuang waktu Elaina mengambil kantong berisikan koin emas serta segepok uang lalu pergi dari gang itu.
Skip
Matahari mulai terbenam dan cahaya nya kian lama semakin menghilang tergantikan oleh malam.
Setelah melakukan perjalanan akhirnya rombongan Erick bisa tidur bebas di kamar masing-masing.
Soal perhiasan tadi Erick menitipkan nya pada petugas di asrama sang adik tentu dia tidak mengatakan siapa namanya.
Erick membaringkan diri di kasur sambil melihat langit-langit kamar nya dan perlahan lahan matanya kian memberat.
Tok
Tok
Tok
Ketukan pintu berhasil mengembalikan kesadaran Erick yang hendak menyusuri alam mimpi.
Dengan gontai Erick turun dari ranjang lalu membuka pintu yang dimana ada Arsa membawa beberapa buku.
"Erick maaf menganggu boleh ajari aku beberapa hal?" Tanya Arsa tidak enak setelah melihat ekspresi Erick tampak lelah.
"Masuk sini" ajak Erick membuka lebar pintu kamar nya dan tidak menutupnya.
Dia tidak ingin terjadi salah paham antar orang yang ada di lantai dominan seperti ini.
Arsa memasuki kamar Erick lalu duduk di lantai yang di sana sudah ada meja kecil untuk belajar.
Lain hal nya dengan Erick yang mencari buku miliknya untuk mengingat materi atau membiarkan Arsa menyalin.
Sayang sekali buku yang dia cari sepertinya tengah di kumpulkan jadi dia harus memutar otak.
"Bagian mana yang tidak kamu ketahui?" Tanya Erick duduk berhadapan dengan Arsa.
"Ini" Arsa menunjukkan bagian yang sekiranya dia tidak mengerti cara pengerjaan nya.
Erick melihat lihat isi soal yang tertera lalu mengajarkan nya kepada Arsa tanpa ada halangan.
Tidak heran sih mengingat otak Erick sendiri sangat pintar serta cerdas hanya saja tertutup sifatnya yang enggan bergaul.
Keduanya larut dalam mengerjakan soal yang akan di serahkan besok khusus yang belum mengerjakan.
Kalau Erick mah tinggal mengambil bukunya yang tentu sudah di nilai oleh profesor.
To Be Continue
01.03.2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Life In Manhwa (END)
Ficção AdolescenteSeorang remaja yang mendapat julukan Food Vlogger tengah menikmati masa-masa dia mengupload video di setiap makanan dan tempat yang dia kunjungi sekaligus merekomendasikan tempat tersebut kepada fans nya. Ia adalah anak kedua atau bungsu dari 2 bers...