10

252 30 2
                                    

Belum sempat Erick membalas perkataan dari pemuda aneh itu panggilan dari dayang menghentikan aksinya.

Dengan perasaan dongkol ia memasuki kamar mandi dan memulai ritual mandinya.

Akibat kekesalan yang mendalam Erick melupakan untuk membawa pakaian ganti.

"Ck, sialan, sialan, sialan" maki Erick menebas-nebas air dalam bathtub nya.

Rasanya sekarang dia ingin menelan seseorang dan hawa di sekitarnya menjadi dingin.

Aura penuh peringatan akan kematian membuat para dayang tidak berani untuk mendekat.

Mereka hendak menyerahkan handuk kepada Erick namun harus terhenti lantaran takut dengan peringatan yang muncul di kepala mereka.

Cukup lama Erick berdiam diri di kamar mandi dan menyelesaikan acara mandinya meski dia masih kesal.

"Bibi dimana handuknya?" Tanya Erick membuka pintu dan mengulurkan salah satu tangan nya.

Salah seorang dayang maju dengan perasaan gugup bercampur takut memberikan handuk pada Erick.

Bukan bagaimana, ia hanya takut nyawa nya akan menjadi tumbal pada malam hari ini.

Dia kan masih ingin hidup lalu menikah mempunyai anak di masa depan nanti T_T

Setelah menerima handuk Erick menutup pintu dan segera memakai handuk berbentuk seperti jubah itu.

Beruntunglah handuk tersebut panjang nya sampai mata kaki dia, jadi Erick tidak perlu merasa khawatir.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Erick yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Rambutnya yang masih basah menambah kesan tersendiri untuk dirinya.

Manik kelam nya memandang kearah pemuda yang terpana oleh dirinya.

"Kenapa diam? Apa kau kehabisan ejekan mu tuan Arsandra Viscenzo" ejek Erick menampilkan seringai miliknya.

Pemuda yang bernama Arsandra Viscenzo atau kerap di panggil Arsa oleh Erick.

"Percaya diri sekali kau Erick" sangkal Arsa merolling kedua bola matanya.

Erick terkekeh geli menanggapi bagaimana Arsa yang menyangkal ejekan nya.

Kakinya melangkah ke balkon kamarnya tanpa memperdulikan bahwa dia hanya mengenakan handuk saja.

Ingat hari masih pagi namun karena mendung jadinya terlihat gelap dan udara di luar masih dingin-dingin nya.

Melihat Erick yang mendekat membuat Arsa panik bukan main dan mencari cara untuk kabur dari target Erick.

Dia sangat hafal dan mengenal bagaimana Erick ketika di akademi.

Erick adalah orang yang tidak akan melepaskan lawan nya jika dia sudah mengunci target.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki Erick menggema di kamar Erick saking sunyi nya suasana di sana.

Selangkah demi selangkah Erick berhasil mendekati Arsa dan menghimpitnya ke penghalang balkon.

Tatapan Arsa terpaku pada wajah Erick yang baru dia sadari kalau teman nya ini sungguh tampan.

Heyy !! Apa-apaan itu?!! Dia baru saja memuji Erick??

Perubahan raut wajah Arsa tidak luput dari pandangan Erick yang memang sedari tadi memandangi pemuda yang katanya adalah teman dia di akademi.

Life In Manhwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang