16

154 23 9
                                    

Pagi harinya

Erick dkk telah bersiap-siap dan berkumpul di depan gerbang asrama dengan mengenakan pakaian santai.

Di lapisi oleh jubah bertudung agar tidak ada yang mengenali mereka yang berasal dari Braveridge Academy.

"Udah semua?" Tanya Ella pada teman-teman nya untuk memastikan bahwa tidak ada yang ketinggalan.

"Sudah" jawab mereka serentak dan 8 murid keluar dari gerbang lalu menaiki kuda masing-masing yang telah mereka pinjam.

Perjalanan di pimpin oleh Marvel dan Chico lalu di sisi kanan ada Renan serta di sisi kiri asa Lion.

Posisi tengah di tempati oleh Arsa dan Ella nah posisi belakang ada Ronan dan Erick.

Perjalanan kali ini tidak memakan banyak waktu dan juga tidak ada serangan misterius dari orang asing.

Di sisi lain

Tepatnya di asrama tingkat 7 di sana ada kedua adik kembar Erick yang sepertinya mencari Erick.

Tapi sepertinya orang yang mereka cari tidak ada di asrama entah dia pergi latihan atau kemana.

"Kita balik aja yuk" ajak Ruby pada Tiara yang kekeuh ingin menunggu sampai Erick datang.

Padahal mereka saja tidak tau kemana Erick pergi dan kapan dia akan kembali lagi.

"Tia mau di sini ruru" rengek Tiara enggan untuk meninggalkan bangku taman milik asrama tingkat 7.

Setiap asrama di sini memiliki tingkatan sampai 9 dimana setiap tingkatan fasilitasnya berbeda-beda dan di sesuaikan oleh kebutuhan setiap anak di tingkatnya masing-masing.

Seperti tingkatan 1 yang mana asrama nya tidak ada pemandian air panas dan juga lapangan berlatihnya tidak begitu luas.

Lalu tingkatan 2 yang mulai berkembang fasilitasnya dari cukup besarnya lapangan sampai adanya lantai 2.

Begitu pun seterusnya sampai di tingkatan 9 yaitu asrama paling mewah yang ada di Braveridge Academy.

Ruby menghela nafas lelah melihat betapa keras kepalanya saudara kembar dia.

Mau tak mau Ruby menarik tangan Tiara dan memaksanya untuk keluar dari asrama tingkat 7.

Daripada mereka kena masalah karena mencari Erick dan bisa aja bikin Erick di hukum ada baiknya mereka menunggu kesempatan datang.

Entah akankah ada kesempatan lagi untuk menemui kakak nya atau tidak tapi yang jelas Ruby percaya bahwa kesempatan itu selalu ada.

Seperti halnya perpustakaan umum dan tempat berteduh seperti pohon besar yang berada di tempat umum.

Tiara pada akhirnya pasrah di tarik oleh kembaran nya keluar dari asrama sang kakak.

Nas nya mereka bertemu oleh salah satu teman kelas Erick yang tidak keduanya sukai karena pernah membuat masalah.

"Heh rupanya kalian masih berani datang kesini setelah tahun kemarin membuat malu kelas kalian?" Ejek Albert memasang wajah sombong miliknya.

Tiara memandang kesal senior di depan nya itu dan rasanya dia ingin sekali mencakar wajah sombong nya.

Sungguh dia berharap semoga bukan orang ini yang akan menjadi pasangan dari kakak keduanya ataupun kakak pertamanya.

Ga sudi Tiara kalau mempunyai ipar penuh rasa iri dengki kepada adik dari suaminya.

"Memang nya asrama ini milik kakak?" Tanya Ruby yang membuat wajah angkuh nan sombong Albert menghilang.

Bahkan tawa meremehkan miliknya ikut terhenti setelah mendengarkan pertanyaan tersebut.

Seringai tipis terbit di bibir Ruby yang melihat lawan nya diam tidak berkutik setelah dia ajukan pertanyaan simpel.

"Tidak bisa menjawab? Kalau begitu jangan berlagak kakak adalah pemilik dari asrama dan akademi ini karena tidak ada peraturan dalam akademi yang melarang anak didiknya untuk memasuki asrama senior" tekan Ruby mendekati Albert.

"Ingat baik-baik itu kakak Albert yang terhormat" lanjut nya memberikan senyum mengejek lalu membawa Tiara pergi dari sana.

Setelah kepergian 2 saudara kembar dari asrama tingkat 7 di sana Albert melampiaskan kekesalan nya pada kursi yang tak bersalah.

Lalu dirinya pergi untuk menemui Elaina dan satu rekan nya di halaman belakang asrama.

Sepertinya dia harus mempercepat rencana untuk kedua saudara kembar menyebalkan itu.

Bisa-bisanya mereka menyudutkan dirinya hanya dengan 1 pertanyaan yang bahkan tidak bisa dia jawab.

"Memalukan sekali" kesal Albert mempercepat laju jalan nya agar segera tiba di tempat.

Balik lagi ke Erick dkk

Perjalanan mereka ternyata memakan waktu cukup lama karena harus menghindari kerumuman rakyat biasa.

Apalagi mereka juga harus menitipkan kuda kepada salah satu penjaga di sana dengan upah yang tidak sedikit.

"Kita berpencar kan tidak mungkin bersama-sama membeli barang nya jadi kita berkumpul di sini sebelum jam makan siang" suruh Chico langsung membawa Ella ke tempat lain.

Renan sendiri sudah menghilang bersama Arsa ke pedagang yang menjual batu permata.

Untuk Lion dan Ronan pergi membeli buku baru tepatnya sih Lion aja yang membeli kalau Ronan dia menghindari Erick.

Tersisa Erick dan Marvel yang saling berpandangan tanpa tau tujuan mereka mau kemana.

Akhirnya mereka hanya berjalan-jalan dan melihat-lihat apabila ada yang menarik perhatian nya.

Ternyata benar, belum lama mereka berjalan-jalan Erick sudah menarik tangan Marvel ke penjual perhiasan.

Tentu saja Marvel heran kenapa Erick membawanya ke penjual perhiasan wanita? Apa Erick mempunyai pujaan hatinya?

"Hey kawan apa kau memberikan perhiasan ini untuk kekasih mu?" Tanya Marvel kelewat penasaran dan melihat-lihat perhiasan di sana.

"Bukan" jawab Erick yang sibuk melihat-lihat mana perhiasaan yang sekiranya cocok untuk adiknya.

"Permisi tuan-tuan apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya penjual perhiasan ketika sadar bahwa ada 2 orang yang hendak membeli.

"Begini apakah anda memiliki perhiasaan yang tidak terlalu mencolok tetapi mempunyai nilai yang tinggi dan berharga? Saya membutuhkan perhiasan seperti itu" jelas Erick yang sepertinya tergolong mustahil.

"Boleh saya tau perhiasaan tersebut akan di gunakan oleh siapa? Agar saya bisa merekomendasikan nilai berharga yang tuan minta"

"Perhiasan ini untuk adik saya dan saya menginginkan 2 perhiasan yang nilainya sama tingginya"

"Ternyata begitu baiklah sebentar saya ambilkan" penjual perhiasan pergi untuk mencari barang yang Erick inginkan.

"Ternyata kau punya adik ya?" Tanya Marvel cukup terkejut mendengar sebuah fakta bahwa Erick memiliki saudara.

Sama sepertinya sih tapi kakak nya itu sudah tergolong gila dan dia berharap ada seseorang yang mampu menyadarkan menyadarkan kakak nya.

Apakah dia harus membelikan perhiasan juga untuk kakak nya? Tapi memang nya ada perhiasan untuk menyadarkan seseorang?

Di sini kan tidak ada magic apalagi sihir.. Adanya pendeta kuil tapi.. Ah sudahlah.

"Tentu saja dan perhiasan ini ku berikan sebagai hadiah ulang tahun mereka nanti" jawab Erick mengulas senyum simpulnya.

Dalam pikiran Erick sudah terbayangkan bagaimana reaksi kedua adik kembarnya kala dia memberikan hadiah berupa perhiasan.

To Be Continue

28.02.2024

Life In Manhwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang