Dream Team TREASURE X BABY MONSTER

■8■

"Bagaimana rasanya di anggap oleh saudara sendiri?"

-Hiro Brian Abraham

☆Dream Team☆

"Makan dulu Bang, Lo baru pulang belum makan kan?"

Yofi hanya melirik, Tak berniat membalas ucapan sang adik.
Hari ini ia datang ke rumah Lamanya, karna permintaan sang Ayah untuk berkumpul.

Hiro terkekeh miris saat sang Abang melewati nya begitu saja, seolah tak minat membalas pertanyaan yang ia lontarkan.

"Boleh Kita bicara?"

"Terserah Kalau Lo emang Gak pernah nganggep Gue ada, Tapi Gue mohon Jelasin ke Gue alasan kenapa Lo selalu ngehindar Setiap kali ada Gue."

Langkah nya terhenti, Yofi seolah membeku tak menyangka jika Hiro akan benar-benar bertanya padanya tentang hubungan persaudaraan mereka.

"Gue.. Adek Lo kan Bang?"

Sesak Tak dapat Hiro hindari saat sang abang hanya terdiam membeku di tempatnya berdiri.
Padahal, dulu ia dan sang Abang tak seperti ini. Mereka dulu saling menyayangi, Saling mengasihi-Sebelum segalanya hancur begitu saja-Yofi adalah Abang yang selalu Hiro jadikan panutan.

Tapi, Entah kenapa semua hal yang terjadi di hidup mereka kini malah membuat keduanya sama-sama terdiam membisu, Terjebak pada kecanggungan yang tak pernah berakhir.

Segalanya menjadi semakin runyam;kala kasus perceraian kedua orang tuanya sampai pada pendengaran mereka.
Yofi yang mengasingkan diri ke Jepang, serta Hiro yang terjebak pada konflik rumah tangga Kedua orang tua nya.

"G-gue.. Gue rindu kita yang dulu Bang."

Yang lebih tua mengepalkan tangannya, mati-matian Yofi menahan air matanya yang seolah ingin terjun bebas dari netra tajamnya.
"Semuanya udah Beda Hiro, Lo dan Gue bukan anak SD yang bisa tersenyum dan Bahagia tanpa mikirin masalah hidup. Kita udah SMA sekarang, Kita udah Paham apa penyebab semua ini terjadi."

"Dan Gue juga yakin, Lo tau apa alasan Gue berubah kaya gini."

Hiro merasa tenggorokannya tercekat, Seolah;semua unek-unek yang selama ini ingin ia sampaikan pada sang abang seakan hilang.
Hiro ngeblank.

"Tapi apa kita Gak bisa bersikap selayak nya kakak adik? Gue Juga mau ngerasain perhatian Lo Bang, Apa Gue Gak berhak nerima hal itu dari Abang Gue sendiri?"

Perlahan Yofi berbalik, Memandang dalam netra bergetar sang adik.
Banyak hal yang dapat Yofi tangkap dari tatapan sendu sang adik, Namun bila keadaan sudah seperti ini siapa yang patut di salahkan?

Yofi Yang seolah enggan menerima kenyataan, Atau Kah Hiro yang berusaha berdamai dengan kenyataan?

Kaki Jenjang nya ia bawa mendekat pada sang Abang, Kini mereka berhadapan. Hiro mati-matian menahan diri agar Tak menangis di hadapan yang lebih tua.