01. Gagal Move On?
Alesya tersadar dari lamunannya. Lalu, menghela nafas gusar. Kejadian itu masih terbayang dimana saat dirinya memilih berpisah dengan ex yang terakhir kalinya. Ini semua akibat adiknya. Yang telah memberi tau, bahwa musuhnya memiliki kakak laki-laki bernama Raka.
Nama Raka di Indonesia ini bukan hanya satu saja kan?
Tetap aja, Alesya memikirkan yang belum terjadi. Hazel, terus saja bercerita tentang masalah yang baru saja terjadi.
"Lo tau? Tu orang malah ngamcem gue sialan." Umpat Hazel. Sembari mengepalkan tangannya di udara.
Keduanya sedang berada di dalam mobil menuju rumah. Alesya yang menjemput Hazel di sekolah. Karena supir yang biasa mengantar jemput bocah itu izin menjenguk Ibunya di kota.
Yap, setelah lulus sekolah menengah atas. Alesya pindah ke pedesaan. Memilih fokus mengejar karir di tempat yang jauh dari bisingnya kendaraan.
"Hm, trus?" Tanya Alesya, dengan nada yang malas. Sebenarnya, ia cukup lelah hari ini. Namun, terpaksa mendengar berbagai cerita random yang keluar dari bibir Hazel.
"Dia ngamcem ke gue, kalo sampe gue bawa nama dia ke ruang bimbingan konseling itu. Dia gak akan segan, bawa kakak dia yang polisi itu. Huh, gue gak takut. Kakak gue juga gak kalah hebatnya kayak kakak dia."
Alesya menatap Hazel tak habis pikir. Adiknya itu sama seperti dirinya dulu saat berusia belasan tahun. Memilih mementingkan perasaannya sendiri. Daripada orang lain. Selama, dirinya aman. Kenapa tidak menantang?
"Mending lo diem deh! Jangan bertingkah. Beneran masuk bk, gue yang ribet."
"Lo mau harga diri gue di injek-injek sama tu bocah?!"
"Lo juga bocah, bego."
"Nyebelin lo! Gak ada dukung gue sama sekali."
Alesya mengusap keningnya lelah. Membelokkan stirnya ke arah kanan. Lalu, memasuki perkarangan rumah besarnya.
"Keluar lo, muak gue denger celotehan yang sangat tidak bermutu."
Alesya pergi berlalu meninggalkan Hazel yang masih mengomel tak terima. Saat berada di dekat pintu, dirinya bertemu dengan adik laki-lakinya yang terlihat seperti baru saja bangun tidur.
Razi, hanya menatap tajam ke arah kakaknya itu dengan kedua mata yang masih terlihat belum segar.
Lalu melanjutkan langkahnya pada adik bungsunya, Hazel. "Ngapa lo?"
Hazel malah ikut pergi masuk ke dalam rumah, setelah melihat kehadiran Razi. Ia tidak mau, di buat makin kesal oleh kedua kakaknya yang sama sekali tidak ada dukungan.
***
Alesya duduk di atas kasur. Menaruh tasnya asal. Dan, mengusap rambutnya frustasi. Dirinya masih memikirkan nama Raka yang misterius.
Kemarin sore, saat ia akan pergi bekerja setelah kuliah. Bertemu dengan pria yang tak asing di penglihatannya. Namun, lawannya seolah sengaja menyembunyikan identitas wajah.
Di seragam polisinya, bertuliskan name tag 'M.M. Raka'. Baru saja membuka mulut ingin bertanya, polisi berperawakan tinggi tegap tersebut telah pergi dengan dua bungkus ciloknya.
"Gila gue lama-lama, sialan."
Alesya memilih untuk membersihkan diri saja. Karena hari sudah mau memasuki malam. Ketika langkahnya sudah melewati meja belajar, ada sesuatu yang terjatuh.
Gadis itu meraih satu buah foto polaroid yang terlihat usang dan berdebu. Ia lihat dengan seksama. Hatinya seakan mencelos saat foto itu memperlihatkan sepasang kekasih berseragam putih abu yang sedang menikmati langit sore di rooftop sekolah.
Alesya berdecak, "Kenapa ni foto pake jatoh segala sih. Udah gue taro di laci."
Ia memasukkannya ke dalam laci meja belajar. Kemudian, lanjut untuk melakukan tujuannya di awal. Namun, langkahnya terhenti. Berbalik, lalu wajahnya memerah padam.
Alesya baru menyadari, bahwa kamarnya terlihat berantakan dan berbeda saat dirinya pergi tadi pagi. Matanya mengarah pada tas hitam berukuran sedang milik Razi. Tak salah lagi, ini ulah adik laki-lakinya!
"RAZI!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Ex! [ ON GOING ]
Teen Fiction"Balikan Yuk!" Alesya tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang pernah menetap di hatinya dulu. Setelah empat tahun berpisah. Dan fokus dengan cita-cita yang di pilih masing-masing couple tersebut. Hanya karena masalah sepele, sebe...