08. Awas Ada Sapi Betina Galak!
Keadaan Alesya semakin membaik dua hari kemudian. Namun, belum di perbolehkan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.
Kini, ketiga bersaudara itu menghabiskan waktu sorenya dengan bermain kartu uno di kamar Alesya. Dan sudah berlanjut ronde ketiga. Pemenang selalu di menangkan oleh Razi.
Anak kedua dari keluarga Octrans itu merasa bangga karena telah mengalahkan dua orang perempuan sedarahnya. Namanya perempuan, Alesya dan Hazel tentu saja tidak terima. Meminta mengulang lagi dan lagi permainan itu hingga kemenangan menyertainya.
"Lo pasti pake guna-guna kan, Zi? Buat menangin ni game. Curang lo!" Tuduh Alesya, pada Razi yang masih tersenyum penuh kemenangan.
"Enak aja lo! Tapi kalo iya, kenapa?" Tantang Razi, sembari memberikan wajah beraninya.
Hazel menampar paha Razi yang ter ekspos jelas. Karena celana pendeknya tertarik ke atas. Sang pemilik meringis kesakitan. Merasa kulitnya di tusuk ribuan jarum.
"Rasain tu! Gue tau, lo ada trik licik kan dari temen laknat lo itu." Kompor Hazel, kali ini ia sedang berada di kubu Alesya.
"Biarin aja De, liat. Setelah ini, kita bakalan menang secara penuh." Ucap Alesya, ia membusungkan dadanya merasa percaya diri.
Lima menit kemudian, Alesya dan Hazel menatap tak percaya ketika kartu uno menampilkan empat plus berwarna hitam.
Wajah Alesya sudah memerah padam menahan emosi. Kartunya masih tersisa banyak, tetapi kenapa adiknya itu seolah sengaja membuat kepuasan tersendiri.
Razi dan Hazel tertawa, tak kuasa melihat wajah Kakaknya itu seperti sapi betina yang sebentar lagi akan mengeluarkan jurusnya.
Alesya menarik kasar rambut Razi, "Sialan lo anak ayam! Sini lo, gue hajar."
Hazel hanya tertawa puas melihat Razi kesakitan seperti tikus kejepit. Dendamnya terbalaskan hanya dengan melihat saja.
Akhirnya, Razi dapat mengelak dari serangan Alesya. Ia mengusap-usap kepalanya yang masih terasa sakit. Mungkin jika diliat dari mata batin, rambut mulusnya itu sudah botak.
Dengan berat hati, Alesya mencangkul kartu lagi sesuai yang telah di berikan oleh Razi. Kedua matanya tak lepas menatap tajam. Siap menerkam siapapun kapan saja.
Kini giliran Hazel, ia memberikan kartu berwarna hijau dengan angka nol sebanyak lima. Melihat warna yang di berikan oleh adiknya itu, membuat Razi diam-diam tersenyum jahil.
Tanpa di duga, Razi menaruh kartu plus dua berwarna hijau setelah Hazel. Tentu saja gilirannya adalah Alesya. Ia tertawa jahat setelah tau, kartu pembalasan untuk Hazel tidak ada. Itu artinya, Alesya harus mengcangkul kembali.
"RAZI! KARTU GUE UDAH ADA DUA PULUH EMPAT."
Razi melesat pergi keluar dari kamar Alesya dengan menarik pergelangan tangan Hazel. Jangan sampai lepas! Gadis cantik berusia dua puluh dua tiga tahun itu ikutan berlari mengejar dua curut.
Walaupun dengan rasa pusing yang masih mendera, itu tidak membuatnya pantang menyerah.
"Woi! Jangan kabur lo pada. Uang jatah dari gue, di tahan selama tiga bulan!"
Langkah Razi dan Hazel terhenti. Mendengar kalimat jatah, membuatnya tidak bisa bergerak. Jangan main-main, jatah yang di maksud Alesya adalah sebagian gajinya yang selalu di berikan kepada Razi serta Hazel dengan jumlah yang tidak sedikit. Sekali mendapatkannya, bisa membeli satu buah handphone android.
Tidak ada pilihan lain, selain melakukan pembelaan. Keduanya masuk ke dalam kamar Ema. Wanita tiga anak itu sedang bersantai ria di atas kasur sembari melihat-lihat sosial media.
"Ma, Kak Alesya jahat. Masa dia bakalan berhentiin jatah kita. Kan kita masih remaja miskin. Butuh sedekah."
Razi menatap Ema dengan tatapan melasnya. Yang di tatap justru membalas dengan kebingungan, "Maksudnya apa? Kenapa lagi sih kalian. Capek mama dengernya."
"Iya Ma, Kak Alesya--"
"Gue denger ya para curut!"
Tiba-tiba saja, Alesya mendobrak pintu kamar Ema. Ia berkacak pinggang siap untuk menghajar kedua adiknya.
"Alesya, Razi, Hazel! kenapa lagi ini. Astaga, kenapa gak pernah akur sih. Giliran jauhan aja saling kangenan."
"Tau tuh, cuma gara-gara kalah main uno doang sampe ngamuk. Dasar, sapi betina galak! Kayak Kak Ros!"
Setelah mendengar ucapan Razi, Alesya berlari mendekatinya. Namun, remaja lelaki itu terus berusaha menghindar. Seperti kucing dan tikus saja. Hazel, yang melihatnya puas tertawa hingga perutnya keram. Sedangkan Ema, memilih pergi dari kamarnya menuju dapur.
"Mending nge teh."
***
ada yang mau punya kehangatan saudara gitu gak?🙂
maaf ya, kayaknya untuk akhir-akhir ini aku up nya sehari sekali aja dulu.
karena, mood aku lagi gak baik gais☺️
yang masih berusaha move on, semangat yuk! Kita semua pasti bisa😌💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Ex! [ ON GOING ]
أدب المراهقين"Balikan Yuk!" Alesya tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang pernah menetap di hatinya dulu. Setelah empat tahun berpisah. Dan fokus dengan cita-cita yang di pilih masing-masing couple tersebut. Hanya karena masalah sepele, sebe...