Bab 11

422 13 0
                                    

11. Di mabuk asmara

Raka memasukki kamarnya dengan senyuman yang merekah. Sejak kejadian beberapa jam yang lalu, membuat akal sehatnya sedikit membentuk siku-siku sama kaki. Tidak bisa melupakan amarah memuncak yang Alesya berikan untuknya.

Sebetulnya, ucapan yang di sekolah Zayyan itu. Ia sengaja memancing emosi Alesya. Dirinya rindu, mendengar omelan yang sangat menggemaskan. Setelah lama selalu ucapan Ibunya yang memekakkan telinga.

Raka meraih satu buah kotak berbahan karton yang di letakkan dengan rapih. Ukurannya sangat besar. Usai membukanya, ia tersenyum getir. Sampai kapan, barang berharga ini akan di simpan?

Ada empat kotak makan berwarna-warni. Dua buah botol minum. Tiga buku diary yang sudah di buat secantik mungkin oleh tangan mungil milik Alesya. Betul, wanita muda itulah yang dulu sering memberikannya semua. Tidak hanya itu, ada segepok surat tulisan tangan sambung yang masih terukir indah.

Jangan tanya perasaan Raka saat ini. Rindu yang tertahan. Dan, tidak bisa memenuhinya. Sakit tentu saja, tapi ini yang terbaik. Dirinya akan tetap menyimpan barang berharga itu sampai semesta mengizinkan keinginannya agar bisa mendapatkan Alesya kembali.

Tersempil satu album foto polaroid Raka dan Alesya. Terkadang, ada momen dimana Alesya sedang marah. Menangis, bahkan tersenyum bahagia. Raka selalu memotret dan menyimpannya.

Apalagi, perpindahan rumah yang mendadak tahun lalu. Ternyata, mempertemukan dirinya dengan mantan terindah.

Sangat tidak terduga bukan?

Apakah, semesta memintanya untuk berjuang mendapatkan Alesya yang kedua kalinya?

Tidak.

Kemungkinan besar, Alesya sudah menemukan kebahagiaannya.

"Woi!"

Raka berbalik, ada Zayyan disana dengan pakaian tidurnya. "Di panggil Bunda ke bawah. Makan malem."

Lelaki itu menghela nafas lelah. Padahal rasa lapar belum begitu mendera. Sebelum itu, ia membereskan barang-barang berharganya ke dalam box. Berdiri dengan langkah lunglai. Entah mengapa, makan adalah aktivitas yang sangat berat untuk dilakukan.

Yasmin, menatap kedua putranya sekilas. Sudah tidak heran lagi. Yang satu sudah siap untuk tidur setelah makan. Dan satunya lagi, masih sibuk dengan pekerjaan. Terlihat dari pakaiannya yang masih memakai baju dinas.

"Ganti baju kenapa sih, Bang! Risih Bunda liatnya."

Raka tidak menghiraukan ucapan Ibunya. Sudah malam, tapi masih saja memarahinya. Ia akan berganti pakaian, jika sudah mood.

Pandangan Zayyan mengedar mencari seseorang yang sedari tadi sore tidak terlihat. "Ayah mana, Bun?"

"Oh, Ayah lagi ke rumah temennya. Ngebahas mobil, seperti biasa."

"Pulangnya, Zayyan nitip bakso bakar."

"Makanan mulu yang ada di pikiran lo. Benerin tu sikap, malu-maluin gue aja."

Yasmin hanya tertawa. Ia sudah tau mengenai perbuatan anak ketiganya itu. "Udahlah, biarin aja. Lagi belajar berkembang biak sama perempuan."

Zayyan membulatkan matanya tak percaya, "Enak aja."

Yasmin menaruh satu potong ayam bagian dada ke dalam piring Raka. "Tadi Bunda ngeliat Alesya lagi makan pancake di cafe. Kayaknya, lagi ngerjain projek. Mukanya serius banget. Tadinya mau nyamperin, eh dianya keburu pergi. Ke toilet mungkin, soalnya sambil lari. Laptopnya ditinggal."

Raka menyimak dengan seksama. Mendengar nama Alesya, rasa rindu itu semakin besar. Bagaimana ini?!

"Oh, yaudah biarin aja." Mungkin itu jawaban yang tepat.

Tapi berbeda dengan hatinya.

"Kok cuma gitu doang? Kan Abang pernah bilang ke Bunda. Kalo Alesya udah pindah kota. Tapi gak bilang kotanya dimana. Eh, ternyata disini. Mumpung deketan. Kenapa gak di embat aja. Keburu sama yang lain, nanti Abang galau lagi sampe jual ps segala."

Pipi Raka bersemu merah. Yasmin mengetahui semua kisah percintaan para anaknya. Tidak pernah terlewatkan. Bahkan, saat Raka mengatakan hubungannya dengan Alesya telah usai. Ia pun ikut merasa sedih. Karena, gadis itu telah dekat dengannya. Namun, apa boleh buat? Tidak mungkin kan, ia harus memaksa harus kembali.

"Yaudalah, Bun. Lagian, Alesya itu cuma masa lalu. Dia juga udah nemuin pasangan hidupnya yang lebih bahagia."

"Yaudah." Akhir, Yasmin.

Percayalah, saat ini. Raka sedang dilema.

***

Hai!

Untuk part 11-20 kita akan fokus ke pov raka dulu.

Biar kalian tau latar belakangnya raka kayaknya apa.

Enjoy ya! Sorry, masih berantakan tulisannya. Dan selalu ngulang kalimat yang sama.

See you💙‼️

Love You Ex! [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang