16. Healing
Di tengah penatnya masalah yang terus berdatangan, saat ini Raka tengah berada di dalam mobil. Menuju salah satu pantai yang berada di ujung kota. Zayyan yang mengajaknya pergi. Katanya, ia merasa kasihan kepada Abangnya yang selalu termenung seperti orang yang memiliki riwayat sakit mental.
Memang betul. Dirinya mengakui itu. Karena asupan makanan mulai berkurang tak teratur. Akibat, sudah lama absen tidak bertemu dengan Alesya. Entah dimana gadis itu berada. Dan, sedang apa. Yang biasanya selalu menghabiskan waktu di cafe atau restoran. Kehadirannya seperti hilang tertiup angin.
"Lo lagi mikirin Kak Alesya ya, Bang?"
Raka mengangguk lesu sembari fokus menyetir. Tadi, Bundanya itu berniat ingin ikut. Namun, tugasnya sebagai danton membuatnya harus mengubur keinginan terbesarnya yang ingin sekali memakan sea food.
"Um, kemarin gue liat dia di..." Zayyan terlihat sedang berfikir keras. Kedua matanya mengerling ke atas. "Di lapangan proyek."
"Ngapain lo disana? Mau jadi tumbal?"
Celetukan yang Raka ucapkan, membuat Zayyan meringis tak terima. "Kemarin, gue lagi main bola di lapangan itu. Kata bapaknya boleh kok."
"Lo lagi di awasin itu tandanya."
"Diem lo! Jangan bikin gue kepikiran."
Raka tertawa kencang karena berhasil mengerjai adiknya itu.
"Eh ngomong-ngomong Bang! Lo, ada niatan buat balikan sama Kak Alesya?"
Lagi-lagi, nama Alesya kembali terucap. Mau mengelak, tapi tidak bisa. Zayyan akan terus mendesaknya dengan membawa satu barang miliknya pergi. Aneh memang!
"Ya adalah! Lo nanya pertanyaan yang jelas jawabannya iya."
Zayyan mengangguk paham, "Kapan lo nembak dia Bang?"
"Secepatnya."
Zayyan belum mengetahui masalahnya dengan Alesya. Yang ia tau, dirinya sedang melakukan pendekatan kembali agar mendapatkan hati Alesya. Darimana Zayyan mengetahuinya? Tentu saja dari sang Bunda tercinta.
"Tapi Bang, kemaren gue liat Kak Alesya gandengan tangan sama cowok di lapangan proyek itu."
Pandangan Raka seketika menatap Zayyan dengan satu alis terangkat. "Masa iya?"
"Iya Bang! Gue gak boong sumpah deh. Gandengannya mesra banget. Kayak yang udah sah aja gitu. Dan, yang bikin gue kagetnya adalah... Ada cincin di jari manisnya Kak Alesya."
"Gue ada buktinya!"
Belum sempat Raka berucap, Zayyan berusaha mengeluarkan handphonenya. Disana, ada tubuh ramping dan tinggi milik Alesya yang sedang berbalik. Ada tangan yang melingkar dengan indah di pergelangan tangan Alesya. Jangan sampai lepas juga, cincin berwarna emas polos tersemat di jari manis Alesya.
"Dari mana lo dapet foto ini?" Raka menatap Zayyan curiga. Anak pelajar seperti adiknya tidak mungkin seberani itu mengambil sebuah foto dari jarak dekat. Terlebih lagi, tempatnya adalah pembangunan proyek yang tidak boleh sembarang orang untuk masuk.
Sangat terlihat sekali, Zayyan sedang gugup. "Itu, gue kan lagi ada di lapangan proyeknya Bang."
"Lapangan, sama tempat pembangunannya pasti ada jarak minimal tiga kilometer. Gak mungkin jaraknya sedeket itu, Zayyan!"
"Kan gue zoom Bang. Apaan sih, Lo gak percaya amat sama gue."
Raka menggelengkan kepalanya. Padahal sudah jelas, fotonya jernih dengan kualitas kamera yang bagus. Sudahlah, ia tidak mau memperpanjang hal sepele.
Mobilnya berbelok ke arah kiri. Tepat, gapura pantai terlihat. Ada pos depan untuk melakukan transaksi tiket. Raka mengikuti prosedurnya dengan patuh. Hingga tiba di parkiran. Dirinya turun di ikuti oleh Zayyan.
"Bang! Lo duluan ke sana. Gue mau ke toilet."
"Oke."
Tanpa menaruh rasa curiga, Raka berjalan dengan santai dengan dua tentengan tas tote bag hasil tataannya di rumah. Isinya, ada berbagai snack yang akan di makan nantinya sembari menikmati sunset di atas pasir putih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Ex! [ ON GOING ]
Teen Fiction"Balikan Yuk!" Alesya tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang pernah menetap di hatinya dulu. Setelah empat tahun berpisah. Dan fokus dengan cita-cita yang di pilih masing-masing couple tersebut. Hanya karena masalah sepele, sebe...