Chap. 6 : Kita Masih Berteman?

1.2K 105 0
                                    

*Pagi hari*

(Freen's POV)

Aku bangun dengan tubuh yang pegal dan mata yang masih mengantuk. Sungguh tidurku tidak nyenyak memikirkan respon Becky terhadapku. Terlebih nanti kami akan bertemu di kelas. apa yang akan dia katakan ya?

*Dikelas*

Sepanjang hari ini aku bersiap untuk dimaki ataupun dihina oleh Becky tapi kenapa Becky bertingkah biasa saja seolah dia tidak mendengar apa yang kukatakan kemarin. Ada apa dengannya? Karena penasaran akupun berencana untuk mengunjungi kosnya sepulang sekolah nanti.

KRINGGG - KRINGGGG

Murid- murid di sekolah bergegas mengemas barang- barang mereka dan segera pergi meninggalkan gedung sekolah untuk pulang. Tapi tidak denganku. aku bergegas menyalakan motorku dan pergi menuju ke kos Becky untuk memperjelas keadaan kami.

Kuketuk pintu Becky berulang kali hingga dibukakan tapi bukan Becky yang menyambutku melainkan ibu kos.

"Permisi, apakah Becky nya ada?

"Maaf kamu siapa ya, dek? Disini tidak ada yang namanya Becky." Tanya ibu kos sambil melihat kearahku untuk memastikan aku bukan pencuri atau pun orang iseng yang sedang mengerjainya.

"Oh maksudku Bec- Becca!" ucapku tergagap lalu menutupinya dengan sebuah senyuman. Lidah sialan ini memang tidak bisa diajak bekerja sama hingga aku harus tergagap saat menyebut nama Becca. Ibu kos memandang ku sedikit curiga namun akhirnya membiarkan ku masuk sementara dia akan memanggilkan Becky untukku.

"Ada apa kamu ingin bertemu denganku, Freen?" tanya Becca yang berjalan dari arah kamarnya.

"Oh, Becky. Bisakah kita berbicara berdua saja. Ada yang ingin kusampaikan." Aku merasa tidak nyaman jika harus berbincang dengan Becky sedangkan ibu kos berada di dekat kami.

"Ayo kekamarku." Ajak Becky.

Aku mengikuti Becky menuju kamarnya. Dia membukakan pintu dan membiarkanku masuk. Inilah pertama kalinya aku masuk ke kamar Becky. Aku melihat ke sekitar ruangan kamarnya dan memperhatikan detail- detail penataan kamar Becky. Di kamar Becky hanya ada 1 Kasur dengan banyak boneka di samping bantalnya, 1 lemari baju, 1 meja belajar, dan 1 kursi saja tapi semua tertata dengan rapi dan bersih. Dilihat dari cara penataannya yang sangat rapi kurasa Becky sudah cocok untuk dijadikan pasangan hidupku. Eh? apa yang kupikirkan? Jangan begitu Freen ingat dia hanya temanmu. Kau sudah mengacaukan pertemananmu yang dulu! Jangan mengulanginya lagi!

"Apa yang ingin kamu bicarakan, Freen?" Aku menoleh ke arah Becky yang sudah duduk diatas kasurnya sementara aku masih berdiri di dekat pintu kamarnya. Bersiap untuk kabur apabila Becky merasa jijik dan marah kepadaku.

"Aku hanya aku hanya ingin menanyakan perasaanmu mengenai pengakuanku tadi malam. Apakah kamu merasa jijik Becky? Jika iya aku akan menjauhimu. Aku takut kamu merasa tidak nyaman." Ucapku tertunduk tidak berani menatapnya.

"Siapa nama gadis itu, Freen?" Tanya Becky mengejutkanku. Ada apa dengannya? kenapa tidak menjawab pertanyaanku?

"Heidi."

"Kamu ada fotonya, Freen? aku ingin melihat secantik apa wanita yang menjadi incaranmu." Aku hanya bisa terdiam sambil menyerahkan ponsel untuk Becky melihat foto Heidi.

"Hmm... dia cantik. Pantas kamu naksir." Ucapnya sambil mengembalikan ponselku.

"Ya dia memang cantik tapi aku sepertinya sudah mulai move on darinya."

"Oh ya, lalu sekarang kamu suka sama siapa, Freen." Ucapnya sambil melihat- lihat foto Heidi.

Pertanyaan nya membuatku berpikir siapa yang sekarang aku sukai. Apakah aku menyukai Becky? Tidak tidak. Yang benar saja! Tapi perasaanku berkata lain. Sepertinya aku mulai menyukainya. Jangan bodoh Freen! Bagaimana kalau ternyata dia jijik padamu? Rasa sukamu tidak akan sepadan dengan rasa sakit hati yang akan kamu alami Freen!

Pikiran ku mulai bimbang. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi aku tahu apa yang harus kulakukan untuk memastikan langkah ku selanjutnya.

"Jawab dulu pertanyaanku, Becky. Apakah kamu merasa tidak nyaman? Aku tidak keberatan kok kalau kamu merasa jijik denganku. Jujurlah saja." Nada ku terdengar seperti seseorang yang sudah pasrah. Aku perlu jawabannya untuk mengetahui seberapa jauh aku harus melangkah. Haruskah aku mendekatinya atau haruskah aku mengubur perasaanku ini.

"Aku tidak apa- apa dengan keadaanmu, Freen. Toh selama ini kamu selalu baik dan tidak macam- macam padaku." Aku merasa lega tapi juga semakin bimbang untuk mengambil langkah ku selanjutnya. Apa maksudnya macam- macam? Apakah itu berarti aku tidak punya kesempatan sama sekali? Sepertinya aku harus bertanya pada Noey tentang Becky. Dia lebih mengenal Becky.

"Jadi kita masih berteman?

"Iya, Freen kita masih. Sudah ya aku mau istirahat dulu besok kan masih sekolah." Ucap becky sembari berdiri untuk mengantarkanku keluar dari kamarnya.

Aku hanya mengangguk lalu mengikuti arahannya untuk keluar dari kamar Becky.

"Freen?"

"Ya?"

"Kapan- kapan beri tahu aku siapa orang baru yang kamu taksir ya."

"Pasti, Becky." Ucapku lalu pergi meninggalkan kos Becky. Sepertinya situasi antara kami akan menjadi lebih rumit. Mana mungkin kan aku berkata "Aku suka kamu Becky jadilah pacarku!" nanti malah Becky memanggil polisi untuk memenjarakanku karena sudah membuatnya takut.Semoga saja dia lupa untuk bertanya sehingga aku tidak perlu repot- repot mencari alasan untuk tidak memberitahu yang sesungguhnya terjadi.

Lika Liku Percintaanku (Freen Becky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang