(Author's POV)
Bulan- bulan berlalu hubungan pertemanan Freen dan Becky semakin dekat. Noey yang mengerti itu selalu mengajak Becky untuk berkelompok dengannya dan Freen karena Freen masih malu jika harus dia yang mengajak Becky bergabung. Noey juga selalu memberikan waktu ke Freen ketika ingin berduaan dengan Becky saja.
Seiring berjalannya waktu, Freen semakin menyukai Becky sehingga Freen memikirkan berbagai cara agar selalu dekat dengan Becky. Mengantarnya pulang, datang ke kosnya dengan alasan ingin belajar, hingga duduk berdekatan dengan Becky ia lakukan supaya bisa lebih dekat. Freen juga memanfaatkan kedekatan mereka untuk menggali informasi dari Becky seperti saat ini di kamar Becky. Freen meng-interogasi Becky dengan kedok berkunjung untuk belajar Bersama.
(Author's POV end)
(Freen's POV)
"Becky, kamu punya pacar?" Tanya ku sambil mengerjakan tugas Biologi.
"Tidak, Freen aku tidak punya. Kenapa bertanya?"
"Aku hanya penasaran. Mana mungkin kan gadis semanis dirimu tidak ada yang ingin memiliki haha." Ucapan yang berasal dari hatiku. Aku sungguh- sungguh mengakui kalau dia manis.
"Haish, bisa saja kau Freen. Aku memang tidak punya pacar tapi memang ada seorang pria yang mendekati ku di kota kelahiranku."
Deg.
Hatiku terasa seperti ditusuk jarum.
"Mendekatimu? Mendekati bagaimana?" Tanyaku menahan rasa kecewa di hati.
"Dia pernah mengatakan ingin menjadi pacarku tapi aku menolaknya karena aku saat itu tidak ingin pacaran dulu. Menurutku tidak ada gunanya berpacaran karena akan mengganggu fokusku untuk belajar. Dan, yah, seperti buaya darat sejati dia berkata akan menungguku sampai aku siap. Awalnya aku setuju dengannya untuk sama- sama menunggu sampai aku siap tapi aku yakin dia pasti sudah mencari wanita lainnya untuk dikencani sementara aku bersiap diri. Jadi aku akhirnya menolaknya untuk saling menunggu dan memutus hubungan apapun dengannya." Ucapannya membuat ku senang. Satu saingan sudah tersingkir dengan sendirinya.
"Hmm memang tidak baik berhubungan dengan buaya darat." Ucapku untuk semakin mempengaruhi nya.
"Omong- omong kamu naksir seseorang di kelas?" Tanyaku lagi.
"Hmm... sepertinya tidak aku sedang tidak ingin didekati siapapun."
"Bagaimana dengan Saint dan Nop? Mereka cukup tampan sampai digilai banyak wanita. kamu tidak tertarik juga?" Tanyaku. Ya aku menanyainya tentang kedua pria tampan yang ada dikelasku. Hampir semua murid perempuan di sekolahku menyukai mereka berdua bahkan Heidi juga naksir dengan Nop. Jadi aku harus tahu apakah mereka akan menjadi sainganku lagi dalam memperebutkan hati seorang wanita.
"Tidak mungkin aku menyukai mereka, Freen. Saint bukanlah tipe ku dan mereka berdua terlalu playboy untuk kusukai. Aku tidak suka dengan pria yang hobi memainkan hati wanita." Jawab Becky dengan santai.
Aku merasa senang karena berarti aku hanya perlu memperjuangkan Becky tanpa adanya saingan untuk saat ini.
"Kalau wanita? Kamu pernah naksir wanita?" aku terlalu senang dengan jawaban Becky sebelumnya hingga tidak sadar bahwa aku menanyai pertanyaan yang lebih sensitif.
"Wanita? Tidak. Aku belum pernah naksir pada wanita. Itu aneh. Mungkin kamu terbiasa dengan itu tapi tidak denganku." Ucapnya membuat nyaliku menciut.
"Oh tidak mau mencobanya? haha." Ucapku setengah bercanda setengah serius berharap dia tidak curiga padaku.
"Jangan melantur, Freen. Kamu tau aku tidak suka hal aneh- aneh." Ucap Becky berkacak pinggang.
"Omong- omong kamu berhutang jawaban padaku, Freen." Lanjut Becky.
"Hah. Jawaban apa?"
"Siapa yang kamu sukai? Kamu belum menjawab itu, Freen. kamu berjanji akan memberitahuku." Becky memelas dengan wajah imutnya.
"Aku belum bisa memberitahumu, Bec." Ucapku dengan santai berharap dia tidak meneruskan pembicaraan ini tapi ternyata aku salah.
"Ayolah beritahu aku. Minimal beri aku clue lalu aku akan menebaknya."
"Hmm... baiklah. Dia... satu kelas dengan kita." Ucapku
"Huft clue mu tidak terlalu membantu, Freen. Beri aku clue yang lain!" Ucapnya cemberut membuatku gemas ingin mencubit pipinya itu. Dan aku reflek melakukannya sampai dia meringis memintaku untuk melepas cubitan. Aku terkejut dengan kelakuan ku sendiri dan segera mengatakan sesuatu.
"Makanya jangan cemberut seperti itu kalau tidak mau dicubit. Pipimu seperti Hamster saja haha."
"Huft. tidak lucu! Cepat berikan aku clue lain!" Pinta Becky.
"Tidak untuk hari ini, Bec! Satu sudah cukup." Ucapku tertawa sambil meninggalkan Becky yang cemberut.
Kurasa hari ini berjalan cukup baik. Aku tidak memiliki saingan untuk mendapatkan Becky dan Becky tidak marah saat aku mencubit pipinya yang menggemaskan. aku suka mencubit pipinya. Mungkin aku akan sering- sering melakukannya haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika Liku Percintaanku (Freen Becky)
Romance"Aku menyukaimu, Becky." "Lupakan aku, Freen." "Maukah kamu menjadi pacarku, Becky?" "Tidak, Freen!" Kisah ini terinspirasi dari kisah percintaan Author yang gagal :')