Epilog

2.2K 158 5
                                    

*15 tahun kemudian*
(Freen's POV)

KRIIINNGGGGG

*tap*

Suara alarm berhasil membangunkanku. Jam menunjukan pukul 8 pagi hari. Segera aku bangun dari kasur dan meregangkan badanku. Ouch. Badanku masih terasa sakit setelah bekerja keras kemarin.

Aku segera bergegas keluar kamar bermaksud untuk membereskan rumah. Kupunguti baju- baju yang berserakan, merapikan barang- barang yang berantakan, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku.

Selesai mandi kulihat bahwa sekarang sudah pukul 9. Buru- buru aku ke dapur untuk memasak sarapan. Aku terlalu fokus memasak hingga tidak sadar ada tangan yang melingkar di pinggangku.

"Kamu bangun pagi sekali di hari liburmu, sayang." Ucap istriku sambil mengecup pundakku lalu memelukku.

"Kamu pasti masih lelah, babe. Biarkan aku memanjakanmu hari ini." Ucapku padanya sambil terus memasak.

"Bukankah kamu sudah memanjakanku semalam, sayang? Aku memang beruntung memiliki istri yang romantis dan pengertian sepertimu, sayang." Ucapnya memperhatikan sekeliling rumah kami. Dia tahu aku sudah membersihkan seisi rumah dan sekarang memasak sarapan untuk kami berdua.

Ya, semalam kami bercinta sangat liar di setiap sudut rumah kami membuat barang- barang di rumah menjadi berantakan. Aku juga yakin dirinya pasti lelah setelah melakukan kegiatan panas kami semalam suntuk. Itulah mengapa aku memanjakannya hari ini. Lagipula siapasih yang tidak mau memanjakan pujaan hatinya?

"Oh, sayang, aku bersyukur memiliki pasangan seperti dirimu. Terima kasih karena kamu selalu bertahan di sisiku selama ini. I love you, Freen."

"Terima kasih kamu mau menungguku selama aku berjuang, babe. I love you, too, Becky." Aku membalik badanku mengecup bibir Becky.
.
.
.
Ya setelah bertahun- tahun lamanya aku memperjuangkan Becky akhirnya aku bisa menikahinya.

Awal hubungan kami memang menjadi tantangan tersendiri bagiku dan Becky. Kukira semua akan menjadi lebih mudah ketika dia bersedia menjadi pacarku.

"Ya, Freen, aku mau menjadi pacarmu!"

Aku masih mengingatnya dengan jelas saat dia menerimaku menjadi pacarnya. Di saat itulah juga ujian bagi hubungan kami dimulai.

Selama pacaran kami terpaksa harus melakukan ldr (hubungan jarak jauh) karena kami melanjutkan pendidikan kami di kota yang berbeda.

Aku belum pernah berpacaran dengan siapapun sebelumnya membuatku menjadi kurang peka dalam menjalani hubunganku dengan Becky. Sedangkan Becky, dia semakin posesif dan cemburuan padaku. Sifat kami inilah yang meracuni hubungan kami.

"Becky, babe, my love, kenapa kamu tidak membalas chatku, sayang? Tidak kangen padaku? Aku kesepian disini tidak ada kamu."

"Cih, kan sudah ada Lea disana yang menemanimu. Sudah ah jangan telfon aku lagi! Aku mau tidur!"

Becky selalu cemburu padaku jika aku menceritakan kalau aku punya teman baru terutama wanita. Tapi karena aku waktu itu belum peka aku hanya mengiyakan saja kalau dia ingin tidur. Kejadian itu terus terjadi hingga akhirnya Becky meminta putus dariku melalui telfon.

"Kita putus, Freen! Kamu bebas bermain dengan teman- teman wanitamu itu sekarang! Jangan hubungi aku lagi!

Tentu saja aku segera memesan tiket kereta untuk pergi menemui Becky saking paniknya.

"Ayolah, babe, aku tidak mau putus darimu. Aku hanya mencintaimu. Mereka kan hanya temanku kenapa kamu marah?"

"Tentu saja aku marah, Freen! Siapa yang tidak marah melihat pacarnya bergaul dengan wanita lain! Dasar buaya!"

"Kamu cemburu?" Tanyaku dengan bodoh.

"Tentu saja! Kamu ini bagaimana! Sudah tau pacarnya cemburu masih saja bertanya begitu! Dasar tidak peka!"

Sejak saat itu aku berusaha menjadi lebih peka dan memilih- milih dalam bergaul agar tidak membuat Becky cemburu. Untung saja kami mampu mempertahankan hubungan kami sampai kami lulus kuliah.

Aku langsung mengajak Becky untuk hidup bersama di kontrakan dan mencari pekerjaan di kota yang sama. Aku sudah lelah bolak- balik dari kota ku ke kota Becky hanya untuk menenangkan dan membujuk dirinya yang cemburuan jadi lebih baik tinggal bersama saja.

Selama 5 tahun aku bekerja cukup keras sehingga aku mendapat posisi jabatan yang cukup bagus di perusahaan. Gajiku selama 5 tahun mampu membuatku membeli 1 rumah kecil untuk kami tinggali dan 1 cafe kecil untuk penghasilan sampingan kami.

Berasa sudah cukup mapan aku akhirnya melamar Becky menjadi istriku. Akupun pergi menemui orang tua Becky untuk melamar anak mereka. Sungguh aku panik bukan main karena mereka tidak tahu kalau Becky berpacaran denganku. Awalnya mereka terkejut dan menolakku. Tapi aku dan Becky terus menerus meyakinkan mereka agar membiarkan kami menikah. Butuh waktu 1 tahun untuk meyakinkan orang tua Becky bahwa aku bisa menjaga dan melindungi Becky dan akhirnya mereka merestui hubungan kami.

Lalu ada orang tuaku. Kukira mereka akan lebih mudah diyakinkan daripada orang tua Becky. Tapi aku salah. Mereka murka dan mengusirku dari rumah ketika tahu bahwa aku menjalin hubungan dengan perempuan. Mau tidak mau akhirnya kami menjalankan pernikahan di luar negeri tanpa kehadiran kedua orang tuaku. Aku sedih saat mereka sudah tidak mengakuiku sebagai anak lagi. Beruntung orang tua Becky masih mau menerimaku.

Sejak pernikahan kami, aku bekerja semakin keras setiap harinya agar bisa menghidupi Becky dengan layak. Cafeku mulai berkembang sehingga aku bisa menambah 3 cabang lagi dan memiliki cukup penghasilan untuk keluar dari pekerjaan lamaku.

Setelah sekian lama bersusah payah semua impianku akhirnya terwujud. Aku memiliki usahaku sendiri, rumahku sendiri, dan aku akhirnya menikahi pujaan hatiku yang susah payah kudapatkan.

Lika- liku percintaanku yang kukira akan berakhir menyedihkan itu ternyata berakhir sangat indah.

.
.
.
.
.
.
.
Tamat

Lika Liku Percintaanku (Freen Becky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang