4. Pardon, me?

383 54 89
                                    

“Jam berapa kau pulang sekolah?” Taehyung bertanya saat sibuk mengobati tangan gadis itu dengan antiseptik dan obat merah. Tangan mereka bertaut dan saling mengunci satu sama lain tapi sepertinya hanya Tzuyu yang merasa gugup sedangkan Taehyung bisa bersikap biasa saja.

“A... Itu... Saya...” Tzuyu berusaha melepaskan tangannya yang digenggam dengan erat oleh jemari pria dihadapannya. Jemari saja bisa menggenggamnya dengan kuat seperti itu tanpa menggunakan telapak tangan.

Tzuyu menahan nafas saat pria matang itu menatap matanya dengan tajam sembari masih menahan tangan Tzuyu.

“Saya rasa saya tidak perlu memberitahu anda jam berapa saya pulang sekolah, tuan. Itu sama sekali bukan urusan tuan.” kata Tzuyu, entah mengapa dia perlu mengatakan hal itu, jiwa mudanya yang berapi-api seolah tidak terima bahwa Taehyung memerintah sesuka hatinya. Apalagi ucapan yang baru dikatakan tanpa rasa bersalah tadi, seolah dia bisa mengalihkannya dengan mudah ke pembicaraan lain.

Taehyung tersenyum merendahkan, sudut bibirnya yang tampan tersenyum jahat seraya memandangi telapak tangan Tzuyu yang sudah selesai dia obati. “Bukan urusanku, ya?”

“Orang miskin dan yatim piatu sepertimu rasanya tidak layak menentukan soal urusan dan bukan urusan bosmu. Kau anak kecil sombong yang dipungut oleh tukang kebun keluarga kami, kau punya hutang bingkai foto padaku dan kau sekarang bekerja sebagai pelayanku untuk membereskan semua pekerjaan yang aku perintahkan. Kau meminta aku memberi dispensasi padamu, aku berikan. Saat kutanya jam berapa kau pulang dari sekolah, kau malah mengatakan hal itu seolah kau yang membayar aku disini.” katanya dengan kekejaman. Tangannya naik dan menyentuh kedua pipi Tzuyu, menjepitnya dengan kejam diantara jemari panjangnya yang kuat dan kasar.

“Kau sangat sombong, bukannya bersyukur aku membantumu melunasi hutangmu, kau malah memperlakukan aku seperti ini.” Taehyung tidak melembutkan sedikit pun pandangan saat mata Tzuyu berkaca-kaca. Kata-kata jahat itu sangat menyakitinya.

Taehyung mengatakan semua yang tepat menembus pertahanan dan harga diri Tzuyu. Ia yatim piatu, dipungut dan tidak tahu caranya berterimakasih.

“Kau tahu kenapa ibumu meninggalkanmu? Apa kau mau tahu alasannya dari sisi orang lain?”

Tzuyu menahan nafas seolah tidak siap orang lain membahas ibunya. Ibu... Dia masih menantikan wanita yang meninggalkan dia sewaktu kecil itu untuk pulang. Dia tidak pernah membahasnya dengan siapa pun karena merasa bahwa akan membuatnya berharap lagi bahwa sang ibu akan kembali.

“Karena kau tumbuh menjadi sosok yang seperti ini. Kau makhluk rendahan yang tidak tahu caranya menghargai orang lain. Dipungut saja kau berlaku seperti ini, bagaimana kalau kau punya apa yang dimiliki tunanganku?” Tzuyu akhirnya menangis, menangis tersedu-sedu dan berusaha melepaskan tangan Taehyung dari wajahnya. Tapi pria itu jauh lebih kuat darinya. Dan ia tidak suka dilawan.

Semakin Tzuyu melawan dan ingin melepaskan diri, semakin Taehyung meremas wajahnya membuat Tzuyu kesakitan. Tzuyu tidak ingat apa pun saat paru-parunya mulai sesak. Dia menangis sejadinya apalagi mereka bergelut sampai membuat Tzuyu tertidur di karpet lembut yang dingin milik Taehyung dan pria itu masih menikmati cara Tzuyu menangis tidak berdaya di bawah tubuhnya.

Taehyung melepaskan tangannya saat menyadari Tzuyu yang mulai tidak sadarkan diri. Pria itu memeluknya erat, tangannya yang besar disisipkan diantara lantai dan pinggang ramping Tzuyu.

“Ayo minta maaf padaku, Tzuyu.” katanya lembut dan berbisik di telinga Tzuyu.

Tzuyu yang akhirnya bisa menghirup nafas lega, mulai membuka matanya. Kehangatan yang dia rasakan
adalah milik seorang pria yang tanpa sadar dia peluk erat. Entah sejak kapan mereka berada di posisi seperti ini, yang jelas tangan Tzuyu melingkar di lehernya dan Taehyung merendahkan tubuhnya sampai dada mereka bersentuhan dengan intim.

[TAETZU]; Sign of The Times Where stories live. Discover now