23. Wildflower, Wildfree

178 34 32
                                    

"Hatiku sakit setiap kali aku melihat ini, Taehyung." Sungjae mendecakkan lidahnya saat dia membuka pintu lemari. Meskipun pemilik ruangan bukan peminum berat, minibar di ruang kerja Taehyung selalu penuh dengan minuman keras berkualitas.

"Tidak baik mengabaikan minuman keras dengan cara ini." Dengan seringai samar, Sungjae mengambil sebotol alkohol dan kembali ke depan meja. Ekspresi Taehyung hambar seperti biasa—dia tidak memedulikan apa yang dilakukan sepupunya.

Melodi piano yang penuh perasaan dimainkan dari speaker, diselaraskan dengan sempurna dengan bunyi kayu patah yang terbakar di perapian. Sungjae mengisi gelas dengan minuman keras dari botol, menyerahkannya kepada sepupunya. Taehyung mengambil gelas itu dengan anggun, gerakannya selaras dengan catatan yang memenuhi ruangan.

Bersandar di sofa, Sungjae mengamatinya seolah-olah dia adalah orang asing. Taehyung menatap tepi gelasnya, melamun menatap mawar yang tiba-tiba terlihat tanpa sengaja di atas meja yang sama dimana laporan pekerjaannya berserak.

'Sepupu yang satu ini adalah iblis yang sopan.'

Reputasi Konglomerat Taehyung yang semakin meluas dengan setiap acara sosial yang diadakan tiba-tiba muncul di benak Sungjae.

Taehyung tidak pernah berbicara tentang kehebatannya dalam menjadi seorang pengusaha. Dia jarang mengatakan tentang apa pun yang ia miliki dan apa saja yang sudah ia capai di usianya yang semuda itu. Dia adalah kesayangan semua orang, bahkan Sungjae tidak ragu meyakini bahwa...

Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan Kim Taehyung.

Sebaliknya, kata-kata darah biru, tangan kanan Tuhan, malaikat, konglomerat atau apa pun orang menjulukinya menyebar melalui bibir aristokrat lain yang berada disekitarnya. Semua orang ingin menjadi temannya, semua orang ingin masuk ke dalam hitungan kacamata Kim Taehyung karena tidak satu pun bisa menebak bagaimana pria ini menjalankan segalanya sendirian. Kejeniusan apa yang ia pakai dan kebaikan apa yang ia lakukan sehingga ia mendapatkan segalanya dalam genggaman?

Sungjae  mungkin tidak ikut serta dalam berwirausaha, tetapi narasi yang dia dengar memungkinkannya untuk memvisualisasikan kehebatan Taehyung dalam dunia bisnis seolah-olah dia telah melihatnya secara langsung.

Bukan hanya melihat keberhasilannya saja, terkadang Sungjae merinding membayangkan sebanyak apa pria ini menyimpan harta kekayaannya dan bagaimana jika semua itu dicairkan menjadi uang. Akan sebanyak apa dia bisa melihat benda itu?

Taehyung... Seperti yang neneknya selalu banggakan. Ia berbeda dari semua garis keturunan Kim dalam menggunakan otak dan auranya. Dia tidak peminum, dia tidak berjudi, tidak berekspresi berlebihan dengan lawan jenis, setia kepada tunangannya, rajin berderma dan pekerja keras. Dia selalu tidak memiliki waktu untuk hal yang tidak perlu.

Meskipun ayahnya pembuat masalah setelah dia lahir, Taehyung terlihat tidak memiliki trauma apa pun tentang itu dan bahkan cenderung tidak peduli. Dia mungkin memang tidak peduli.

Oleh sebab itu namanya tergores dengan tinta emas, menggambarkan prestasi gemilangnya selama hidupnya. Namun, Taehyung menganggap itu semua tidak penting. Setiap kali orang menggosipkan kehebatan Taehyung, mereka selalu menyimpulkan cerita mereka dengan desahan, '.... Saya tidak mengerti dia.' karena tertutupnya sepupunya ini. Tidak ada yang bisa mengerti Taehyung, sekalipun tunangan atau ibu kandungnya sendiri. Dia seperti terlahir sendirian di dunia dan tumbuh tanpa cinta.

Sungjae tahu lebih baik dari siapa pun bagaimana komentar yang mengecilkan hati itu adalah deskripsi paling tepat dari Kim Tae Hyung.

"Aku benar-benar tidak mengerti."

Setiap orang menghela nafas begitu mereka mengucapkan kata-kata itu, seperti bagaimana Sungjae menghela nafas saat ini.
"Aku tidak mengerti dia." bisiknya setelah sesi mengamati yang cukup lama.

[TAETZU]; Sign of The Times Where stories live. Discover now