10. West Coast

253 48 88
                                    

Saat Tzuyu memasuki rumah untuk mengganti pakaiannya dari pulang sekolah dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak diundang di teras rumah. Awalnya ia pikir bahwa matanya salah dan buram, tapi tidak! Ini bukan lelucon aneh lagi yang ia mainkan.

Taehyung ada disana. Di teras rumah dan duduk dengan santai memandangi hutan hujan tropis tinggi-tinggi dan banyak bunga indah yang menghias halaman rumah pamannya. Pria itu tampak santai dan menatap lembut ke arah bunga. Sampai setelah ia memarkirkan sepedanya dan menjumpai pria itu dengan hormat. Dia gemetar, tapi... Apa yang bisa ia lakukan dilengkapi dengan kebingungannya akan tujuan pria itu kemari.

“Tuanku...” katanya.

Taehyung menghembus nafas kasar, keanggunan dari caranya duduk dan tidak menatap Tzuyu sangat membuat Tzuyu tertekan.

“Saya pikir, saya memiliki setengah jam lagi...”

“Kau kembali.” bisiknya dan Tzuyu hanya mampu menunduk. Ia tidak tahu apa lagi yang pria ini rancang padanya, yang jelas ini membuatnya ingin pingsan. Rok pendeknya tertiup lembut saat angin kemarau datang menyapa mereka. Sejuk. Tapi entah mengapa Tzuyu berkeringat hebat.

“Ini.” disodorkannya sekotak bekal ke arahnya. Bekal mahal bisa dilihat dari bungkusnya yang indah dan bertuliskan restoran terkenal. Tzuyu tidak menerimanya, dia terlalu bingung untuk apa semua ini.

Namun tak lama ia menerimanya saat tatapan sendu yang tajam menatap matanya, menunggunya bereaksi. “Apa ini tuan?” dibukanya pelan. Dan ia menjumpai dua potong roti isi dan roti coklat beragam varian bentuk.

Oh, semua ini kesukaannya. Tzuyu mengatakan hal itu dalam hatinya sebelum ia sadar siapa yang memberikannya. Apa ini? Apa ini semacam suapan atau... Tzuyu bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya jika ia menerima semua ini. Tuan Kim? Pria kaya raya yang terkenal ini datang siang hari ke gubuk pamannya, menunggunya pulang sekolah dan memberikan ini hanya untuknya? Ralat. Mungkin ini untuk paman.

“Saya akan berikan ini pada pa...”

“Untukmu!”

Bibir Tzuyu membuka, menggantung kata terakhir yang ia ingin ucapkan. Kenapa? Untuknya?
“Tuan, saya tidak mengerti.”

“Apanya yang tidak kau mengerti? Aku memberikannya padamu dan kau harus makan sekarang, di hadapanku.”

Kebingungan di kening Tzuyu semakin kentara, ditandai dengan gelombang samar. Sekarang? Makan di depannya?

Taehyung menatapnya dan menyuruhnya untuk duduk di kursi satunya lagi, di sebelah Taehyung. Tapi jelas Tzuyu menggeleng, dia tidak mau. Dia tidak akan melakukan itu untuk pria yang ia benci ini. Lagi pula untuk apa dia melakukan ini semua? Jika ingin meminta maaf bukan begini caranya. Apa dia saja tidak aneh dengan membuat Tzuyu makan semua makan siang ini untuknya, dihadapannya, sekarang?

“Saya tidak mau.” katanya polos.

Taehyung terdiam sejenak, seperti mendapatkan penolakan halus yang tidak ia duga. Bahkan ini bukan penolakan halus, gadis ini menolaknya secara terang-terangan. Hari ini Taehyung pergi ke kantor tanpa supir untuk bisa membelikan makanan ini tanpa diketahui siapa pun, menunggu Tzuyu di teras rumahnya untuk satu jam lebih. Dia yang biasa ditunggu harus menunggu gadis tidak tahu caranya berterimakasih ini. Dia melakukan semua kegilaan yang ia pikir tidak akan pernah dilakukan dalam kehidupannya demi melihatnya makan-makanan yang Taehyung ingin dia makan.

Semua kue dan roti coklat itu, ia pikir Tzuyu sangat menyukainya karena kenangan mereka terakhir kali saat makan bersama di meja makan, rambutnya yang bergelombang berwarna kecoklatan mengingatkan Taehyung akan coklat. Dan roti isi itu datang saat ia tidak sengaja melihat Tzuyu dan Mark makan-makanan itu di taman rumahnya. Dia ingin Tzuyu juga makan semua itu bersamanya, tapi dia malah...

[TAETZU]; Sign of The Times Where stories live. Discover now