Trauma. 01

434 38 0
                                    

"Hyunjinnie!!"

Di pagi harinya Hyunjin mendengar suara ramai orang memanggil namanya. Namun samar, anak itu meringkuk ketakutan dan kedinginan dengan mata sembab. Malam tadi begitu mengerikan, Hyunjin melihat orang tuanya sudah terlihat menghitam karena gosong akibat ledakan semalam.

"Hiks kakak... Takut Hyunjinnie takut hiks... " Anak itu semakin memeluk erat dirinya sendiri dan tidak ingin melihat jasad kedua orang tuanya.

Tidak, kejadian ini tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Rasa takut akan terus menghantuinya.

"Hyunjinnie?!"

"Hyunjinnie!!" Hingga suara yang sangat ia kenal membuatnya mendongak dan menangis kencang.

"Hyunjinnie sayang? Astaga! Syukurlah..."

Cup.

Pemuda berumur 20 tahun bernama Christopher Bang, putra sulung keluarga Bang datang menyelamatkan sang adik. Karena ia mendengar semalam terjadi kecelakaan yang sangat ia kenali mobil siapa itu, Chris terpuruk mendengar kabar kecelakaan orang tua dan adiknya. Ia segera memanggil polisi dan bodyguard nya untuk mencari dimana jatuhnya mobil orang tuanya.

Chris mengecup surai adiknya dan menenangkannya dalam pelukan hangat. Ia melihat orang tuanya sudah terbakar menghitam, air matanya luruh jatuh saat itu juga dan lidah keluh untuk berbicara. Ia hanya bisa memeluk adiknya agar tenang dan membisikkan kata penenang.

"Shh, tidak apa-apa. Masih ada kakak, Hyunjinnie tidak sendirian... "

Polisi dan bodyguard keluarga Bang membawa mayat suami istri itu ke mobil ambulance untuk di bawa ke rumah duka.

Sementara Hyunjin di gendong Chris karena anak itu pingsan akibat lelah menangis. Pemuda itu membawa Hyunjin diiringi beberapa bodyguardnya yang berjaga-jaga.

Lalu mereka masuk ke dalam mobil dan mengikuti mobil ambulance yang membawa kedua orang tua mereka. Sedangkan di tempat kejadian sudah ditandai oleh polisi agar pengendara lain berhati-hati apalagi malam hari saat mengendarai mobil.

💐💐💐

Setelah jenazah orang tuanya dibersihkan dan didoakan. Kini Chris dan Hyunjin berada di pemakaman yang di kelilingi oleh orang-orang yang merupakan teman dekat dan keluarga yang masih memiliki ikatan darah dengan keluarga Bang.

Selama upacara pemakaman berlangsung, Hyunjin menangis sesenggukan di pelukan sang kakak. Chris hanya bisa menenangkan walaupun hatinya hancur harus kehilangan kedua orang tuanya begitu cepat dalam semalam.

"Mama hiks... Papa... "

Semua orang di sana turut berduka cita, dan memberikan doa agar yang kembali tenang di alam sana.

"Kami turut berduka cita, Chris. Jaga Hyunjin dengan baik, jangan biarkan dia terus bersedih. Kamu juga harus kuat agar Hyunjin tidak menjadi lemah." ujar seseorang yang begitu perhatian pada keluarganya selama ini.

"Tentu, Bi. Aku akan melakukannya demi Hyunjinnie-ku. Hanya dia yang ku punya... " Matanya menatap Hyunjin yang berjongkok di samping makam kedua orang tuanya dan mencium nisan keduanya dengan tangisan yang tak kunjung reda.

"Baiklah kalau begitu, jaga diri kalian baik-baik ya. Kami harus pulang, kabari jika ada sesuatu yang terjadi." Sembari mengelus pundak lebar Chris. Pemuda itu mengangguk seraya tersenyum tipis.

"Iya, terima kasih sudah datang. Bibi hati-hati..." ucap Chris.

Wanita yang merupakan bibi Chris mengangguk kemudian beranjak pergi bersama bawahan yang berjalan di belakang memayungi sang majikan.

Sementara orang-orang beranjak pulang setelah mengucapkan bela sungkawa, dan meninggalkan para bodyguard yang menjaga kedua anak majikan mereka yang telah tiada.

Chris mendekati Hyunjin, kemudian berjongkok di samping sang adik. Hyunjin masih menangis tersedu-sedu dan meracau mama papa serta kata maaf, padahal bukan ia yang bersalah atas kecelakaan ini. Tapi dia benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan orang tuanya dari ledakan itu.

"Hyunjinnie, kita pulang hm?... "

"Tidak mau... Hyunjinnie masih mau di sini... Hiks mau bersama mama dan papa... " lirih anak itu tanpa menatap sang kakak. Tangannya tak berhenti mengelus kedua nisan itu secara bergantian.

Chris memandang sendu adiknya. Sesakit itu rasanya kehilangan, ia juga merasa kehilangan namun harus kuat demi sang adik.

"Sayang, sebentar lagi hujan. Besok kita bisa ke sini lagi," tutur Chris lembut seraya mengusap surai halus adiknya.

Tidak ada sahutan dari si kecil, Hyunjin mengelus nisan itu seraya bergantian lalu kemudian menatap kakaknya. Air matanya tidak berhenti sedari tadi, matanya sembab dengan hidung yang memerah.

"Pulang ya?" Hyunjin mengangguk pelan. "Mau gendong?" tawar Chris. "Gendong~" ucapnya manja.

Chris perlahan menggendong adiknya ala koala, tubuh kecil itu ia lindungi dalam mantel tebalnya.  Ia usap surai adiknya, lalu berjalan menuju mobil dan diikuti beberapa bodyguard di belakang.

💐💐💐

Di dalam mobil, Chris memangku Hyunjin yang melamun menatap luar jendela mobil. Namun tangan itu meremas kuat lengannya seperti merasa ketakutan, sepertinya Hyunjin memiliki trauma untuk menaiki mobil dan tatapan matanya bukan terlihat melamun lagi melainkan terlihat tegang.

Chris pun membawa wajah adiknya untuk ia benamkan di dada bidangnya, mengecup kening itu seraya memberikan kata lembut dan penenang.

'Aku tau ini pasti dilakukan dengan sengaja oleh seseorang. Bahkan polisi mengatakan kalau mobil papa dan mama di sabotase oleh seseorang, tapi siapa orang itu?' tanya Chris dalam hati.

Lalu tatapannya kembali mengarah kepada Hyunjin, ia usap sayang surai sang adik. 'Kamu tenang saja, Hyunjinnie. Kakak akan mencari tau siapa pelaku sebenarnya.' lanjut Chris kemudian mengecup lagi kening putih itu.

"Kakak menyayangimu."

💐💐💐

"Hiks... Mama.... Papa... Hiks jangan tinggalin Hyunjinnie hiks... Maafin Hyunjinnie hiks.."

Bruk.

Pintu kamar terbuka lebar, langkah panik seseorang menghampiri Hyunjin yang menangis dalam tidurnya. Sepertinya mimpi buruk lagi.

"Hyunjinnie? Sayang, mimpi buruk lagi, hm?"

Seseorang itu Chris, laki-laki itu sudah berumur 26 tahun. Ia yang masuk terburu-buru ke kamar adiknya dengan setelah jas hitam rapi dan tubuh kekarnya yang semakin bidang dibandingkan saat ia berumur 20 tahun.

"Hiks kakak... Hyunjinnie takut... Hiks... "

"Shh, tenang... Tidak terjadi apa-apa, itu hanya mimpi buruk," ucap Chris agar Hyunjin tidak memikirkan itu lagi.

Hyunjin seringkali bermimpi tragedi kecelakaan 6 tahun yang lalu, sudah lama sekali. Tapi tragedi itu masih membekas dipikirannya dan trauma itu masih ada sampai sekarang.

"Hyunjinnie minta maaf hiks..."

"Tidak apa-apa, Sayang. Jangan dipikirkan terus ya?" Karena Chris tau Hyunjin akan selalu terpikir kembali tentang mimpi yang sama setiap harinya.

Dan berakhir terpuruk lagi di dalam kamar yang gelap ini. Sejak hari itu Hyunjin lebih menyendiri daripada keluar untuk berbaur dengan orang-orang, ia hanya menatap ke arah luar jendela sembari duduk meringkuk di kursi bulat yang berada di samping jendela kamarnya. Hal itu terus ia lakukan setiap harinya, Chris benar-benar kasihan pada sang adik yang mengalami trauma seberat ini.

Bersambung...

BROTHER [Trauma] On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang