Trauma. 10

173 15 1
                                    

🐺🐺🐺

"Siapa yang curiga?"

Deg.

Sontak kedua lelaki itu menoleh ke belakang, ternyata Jaejoong yang kembali ke ruang tamu setelah menyuruh pelayan membuatkan minum.

Reaksi wajah Jaejoong memang terlihat biasa, namun tatapan pria itu seakan membuat keduanya diam tak berkutik. Dan beberapa detik sesaat pria tua itu tertawa terdengar bercanda.

"Kenapa wajah kalian tegang sekali?" tanya Jaejoong ikut duduk di sofa single.

Chris menetralkan kembali wajahnya seperti biasa, begitu pula Minho yang hanya menunjukkan wajah datarnya.

"Ngomong-ngomong bagaimana pekerjaan mu, Chris?" tanya Jaejoong lagi.

"Semuanya baik, Paman. Hanya saja kemarin ada tikus nakal yang mencoba membuat perusahaan diambang kehancuran. Tapi untungnya itu bisa diatasi dengan baik." jelas Chris dibalas anggukan oleh Jaejoong.

"Kalian harus menambah penjagaan ketat supaya orang-orang seperti itu tidak berani lagi berbuat curang, bahkan terkadang orang terdekat bisa menjadi musuh sendiri, Chris." seraya terkekeh kecil.

Chris tersenyum mendengar perkataan Jaejoong, apalagi beberapa kalimat terakhir yang diucapkannya. Ya, benar sekali. Minho pernah mengatakan hal itu padanya, orang terdekat bisa menjadi musuh.

"Ya! Paman benar, banyak yang berkhianat disekitar ku. Aku dan Minho akan mencari orang-orang itu, bahkan kasus kecelakaan papa dan mama akan kembali ku selidiki bersama polisi," ujar Chris sambil menatap lawan bicaranya yang nampak menunjukkan perubahan wajah aneh menurut Chris. Seperti terkejut untuk sekian detiknya, namun ia mengangguk kaku.

"Ya kamu benar, memang seharusnya seperti itu." Jaejoong bergumam dengan tangan yang mengepal tanpa sadar. Bahkan arah pandangnya mengarah ke depan, sementara Chris dan Minho saling pandang dengan tatapan seolah berbicara lewat telepati.

"Sepertinya dia gelisah,"

Minho mengangguk mengerti, "boleh aku bertanya?" tanya Minho langsung kepada Jaejoong.

Pria itu langsung mengalihkan tatapannya kepada Minho, ia tersenyum singkat dan mempersilahkan Minho.

"Ya silahkan."

"6 tahun yang lalu, sebelum kecelakaan itu terjadi. Paman Jack bersama bibi Jessica datang karena paman undang?" tanya Minho tahap awal.

Jaejoong mengangguk mantap. "Benar, aku mengundangnya karena dia temanku. Aku melangsungkan pesta besar karena mendiang Jack yang membantuku untuk mengembangkan perusahaan ku. Aku sangat berjasa padanya, tapi setelah ia pulang dari acaraku ia mengalami kecelakaan yang begitu tragis hingga masuk ke jurang." jelas Jaejoong dengan sedikit bercerita.

Padahal aku tidak meminta jawaban itu, tapi dia menjelaskannya langsung. Tidak apa-apa, bukankah itu bagus? Batin Minho setelah mendengar penjelasan Jaejoong.

"Sebelum mereka pulang, apa ada yang mereka sampaikan kepada paman? Mungkin pesan atau amanah yang mereka titipkan?" tanya Minho lagi. Sementara itu Chris hanya menyimak santai.

"Tidak ada yang Jack katakan padaku, mereka hanya berpamitan untuk pulang. Karena ingin cepat saat itu, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Mereka mengalami kecelakaan, aku benar-benar tidak menduganya. Padahal aku sudah mengatakan untuk menginap saja agar besok bisa pulang, tetapi semuanya sudah terlanjur terjadi. Aku benar-benar merasa bersalah karena tidak menahan mereka saat itu. "

BROTHER [Trauma] On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang