Mengingat kenangan itu Hyunjin kembali meneteskan air mata. Lagi, ingatan 6 tahun yang lalu itu kembali muncul. Kepalanya pusing, nafasnya tersendat-sendat dan wajahnya kembali pucat.
"Hahhh! Kakakh hiks ... Pergiihh! Pergihhh... Hiks.. " Ia terisak dengan sesak nafas yang melanda benar-benar sakit rasanya.
"HYUNJIN!"
Derap langkah panik seseorang yang datang bersama suster di belakang. Seungmin, datang dengan jas dokter. Ia baru saja pulang dari rumah sakit karena ada operasi dan baru kembali ke sini untuk memeriksa Hyunjin.
Suster yang tadi merasa khawatir langsung mengajak Seungmin saat pria itu tiba untuk melihat Hyunjin. Ternyata firasat Seungmin benar, bahwa Hyunjin kembali kambuh mengingat traumanya.
"Hwang Hyunjin?!" Seungmin menepuk pelan pipi Hyunjin supaya tetap tersadar.
Ia memberikan inhaler kepada Hyunjin agar nafas anak itu kembali stabil, namun kesadaran Hyunjin sudah diambang batas. Seungmin segera menggendong anak itu ala bridal style.
Semoga saja Christopher tidak memukulnya karena lalai menjaga Hyunjin.
Sementara itu suster membawakan kursi roda milik Hyunjin, mengikuti sang dokter dengan langkah panik. Saat sampai di ruangan, Seungmin segera meletakkan kembali Hyunjin dan memasangkan alat oksigen kepada Hyunjin.
Hera yang masih di ruangan Hyunjin pun terkejut melihat dokter kepercayaan keluarga Bang membawa Hyunjin kembali dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.
Setelah Seungmin memasang kembali alat oksigen itu, nafas Hyunjin kembali teratur dan infus pun kembali diganti dengan yang baru. Dokter muda itu bernafas lega melihatnya, ia mengelus surai Hyunjin lembut.
"Pelan-pelan, Hyunjinnie... " bisik Seungmin di samping telinga Hyunjin.
Mata itu terlihat sayu menatap sekeliling ruangan putih itu, tangannya yang mungil digenggam erat oleh Seungmin.
"Shh, tenang... " Seungmin membisikkan kata lembut nan penenang kepadanya. Ia bisa tenang dan merasa aman disini saat bersama orang terdekatnya.
"D-dokter... " Suara lemah itu terdengar lirih di telinga Seungmin dan yang lain.
"Iya?" sahut Seungmin menatap Hyunjin.
Anak itu menatap ke arah Hera sejenak, kemudian kembali menatapnya. "Suruh Kak Hera keluar, Hyunjinnie hanya ingin suster dan Dokter saja yang menemani Hyunjinnie." pinta anak itu lirih tapi masih bisa didengar oleh siapapun.
Hera yang mendengar ucapan Hyunjin tersentak terkejut, ia diusir? Apa Hyunjin tidak menyukainya selama ia di sini? Bagaimana ia akan menjelaskan pada Chris kalau dia tidak bisa menjaga Hyunjin dengan baik. Apa kekasihnya akan marah?
"Hyunjinnie, tapi kenapa kakak harus keluar?" tanya Hera dengan wajah sendunya.
Hyunjin memalingkan wajahnya, wajah perempuan itu membuatnya muak.
"Dokter, suruh Kak Hera keluar hiks... " lirih Hyunjin tanpa menatap siapapun.
Dengan berat hati Seungmin mengangguk, ia terpaksa menuruti Hyunjin karena tidak mau anak itu kembali sesak nafas.
"Maaf, Nona. Hyunjin sedang dalam suasana hati yang tidak baik." ucap Seungmin. Ia tahu pasti Hera paham atas ucapannya.
Hera masih memasang wajah sendunya kepada Hyunjin. Perempuan itu segera membereskan barangnya, dan berjalan keluar ke arah pintu. Namun sebelum itu, ia menoleh ke arah Hyunjin yang masih membuang wajahnya ke arah lain.
Hera membuka pintu, setelah itu benar-benar keluar dari ruangan VVIP tersebut.
Barulah Hyunjin mengalihkan pandangannya, ia menatap pintu yang tertutup rapat. Seungmin menatap ke arahnya dengan senyuman tipis, ia mengusap surai Hyunjin dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [Trauma] On Going
General FictionKarena tragedi kecelakaan itu, Hyunjin kehilangan orang tua nya ketika ia berumur 10 tahun. Kecelakaan itu terjadi selepas mereka pulang dari acara rekan kerja sang Papa. Hyunjin mengalami trauma hebat setelah melihat bagaimana kejadian meledaknya m...