Hyunjin terbangun sembari terisak setelah bermimpi kedua orang tuanya. Kecelakaan 6 tahun yang lalu masih menjadi memory buruk untuknya, tidak mudah menghadapi trauma kecelakaan itu. Hyunjin lebih banyak diam dan menangis di dalam kamar, merindukan mama dan papa tetapi ia takut keluar ingin menemui makam keduanya. Karena apa? Tentu saja karena menggunakan kendaraan mobil, walaupun Chris sering kali mengatakan bahwa semuanya tidak akan terjadi apa-apa.
Namun, bagi Hyunjin. Ia tetap takut untuk keluar dan menaiki mobil.
Saat ini Chris masih setia memeluk adiknya, Hyunjin sedikit agak tenang walaupun air matanya tidak akan berhenti begitu saja.
"Shh, tenang... Ada kakak di sini, jangan khawatir... " ucap Chris menenangkan. Surai itu ia usap sangat lembut.
Jemari kecil Hyunjin mencengkeram jas Chris begitu erat, ia takut jika sang kakak akan pergi meninggalkannya. Semenjak hari itu, Hyunjin benar-benar tidak mau kehilangan orang yang ia sayang lagi. Hanya Chris yang ia punya, sebagai wali sekaligus kakaknya.
"Hyunjinnie rindu papa dan mama hiks... " ungkap Hyunjin.
Yang lebih tua tak menjawab, ia membiarkan adiknya mengungkapkan semua perasaannya lagi.
"Mau ketemu papa dan mama, Kak... Ayo kita jemput mama hiks dan papa... " Pelukan itu semakin erat tak ingin dilepas. Chris tertegun sesaat mendengar ucapan terakhir adiknya, kemudian ia mengurai pelukan itu lalu menangkup wajah Hyunjin meskipun pelukan di lengannya tidak terlepas.
"Hey, dengar kakak," ujar Chris lembut menatap mata bulan sang adik. "Hey! Hey Hyunjinnie sayang. Look at me, please. Dengarkan kakak hm... " Hyunjin pun menatap kakaknya, ia tatap mata sipit tajam sang kakak.
"Dengar, okey? Hyunjinnie, harus mengikhlaskan papa dan mama. Itu sudah sangat lama, Hyunjinnie. Kamu masih punya kakak, jangan pernah merasa kesepian. Ada kakak di sini, Dek. Tolong jangan berkata seperti itu, papa dan mama pasti akan sedih jika kamu berbicara seperti itu." tutur kata yang Chris lontarkan berhasil membuat Hyunjin menghentikan isakan nya. Kemudian menatap kembali Chris, untuk beberapa saat setelahnya Hyunjin kembali memeluk sang kakak.
Ia bergumam maaf karena sudah berbicara seperti itu, kakaknya benar pasti papa dan mamanya merasa sedih saat ia berkata seperti itu tadi. Tandanya Hyunjin masih belum menerima takdir dari Tuhan, tapi mau bagaimana lagi ia benar-benar merindukan kedua orang tuanya.
"Tidak, sayang. Hyunjinnie tidak salah, kakak berbicara seperti ini agar kamu tidak semakin terpuruk. Jika kamu merindukan papa dan mama, hari ini kita pergi ke makam mereka. Hyunjinnie mau?" Chris menawarkan dengan berkata lembut.
Remaja 16 tahun itu memikirkan tawaran sang kakak, rasa rindu dalam dirinya tidak bisa ia tahan untuk orang tuanya. Tapi mengapa kakinya begitu berat ingin melangkah keluar, sekelebat bayangan kecelakaan itu tiba-tiba hadir kembali di dalam pikirannya.
"Akh, shh... Sakit... "
Meringis memegang kepalanya, Chris terlihat khawatir. Ia segera membaringkan Hyunjin pelan.
"Kenapa, Dek? Pusing, hm?" tanya Chris dengan raut wajah khawatir.
"Sakit hiks... "
"Shh, jangan menangis. Kakak panggilkan dokter?"
"Tidak mau... Hyunjinnie tidak sakit."
"Tapi kakak khawatir, Hyunjinnie,"
"Em... Kakak jangan panggil dokter, Hyunjinnie tidak suka," Chris menghela nafas mendengarnya. "Baiklah, jika ada yang sakit katakan pada kakak, okey?"
"Umm, iya."
"Tidurlah, nanti kakak bangunkan untuk sarapan pagi."
Hari masih menunjukkan pukul 4 fajar, orang-orang masih terjaga dalam tidurnya. Chris buru-buru keruangan Hyunjin saat dirinya terbangun, kemudian mendengar isakan adiknya dari gelang digital yang bisa menyambungkan suara seseorang yang jauh dari kita. Hyunjin juga menggunakan gelang berwarna hitam itu, Chris bisa menjaga adiknya walaupun jarak mereka jauh.
Chris mengecup dahi Hyunjin, saat anak itu kembali tertidur. Nafasnya teratur rapi, ia merasa adiknya sudah tenang kembali. Semoga saja Hyunjin tidak bermimpi buruk lagi setelah ini.
💐💐💐
Pukul 6 pagi, Hyunjin kembali terbangun dengan keadaan tenang. Saat bangun Hyunjin melihat para pelayan berdiri mengelilinginya, sudah biasa ia jika pelayan sudah siap melayaninya saat bangun di pagi hari. Chris yang membuat peraturan ini, adiknya membutuhkan semua itu.
"Selamat pagi, Tuan Muda,"
"Pagi." jawab Hyunjin halus.
"Tuan Chris sudah menunggu di meja makan saat ini, Tuan." ujar pelayan perempuan tersebut. Sementara Hyunjin tak menggubris ucapan pelayan itu, ia berjalan keluar kamar menggunakan alas kaki dengan gambar hewan Llama.
Ia menuruni tangga menuju meja makan, padahal lift untuk turun ke lantai 1 ada. Mungkin Hyunjin malas menggunakan, sesaat sampai di meja makan Hyunjin disuguhkan pemandangan yang membuat dia malas.
Lagi, seorang perempuan yang sepertinya kekasih sang kakak datang lagi ke Mansion dan duduk di sebelah Chris. Perempuan itu tersenyum menatapnya dan mengajak ia duduk, Hyunjin tidak membalas sapaannya dan tidak membalas senyuman itu.
Sementara Chris tersenyum tak enak, kala kekasihnya dianggap angin lalu oleh Hyunjin. Dari awal kedatangan Hera, kekasihnya. Sang adik sudah memandang tak suka kedatangan Hera.
Namun, Hera tetap bersikap baik kepada Hyunjin. Karena menurut Hera, Hyunjin hanya belum terbiasa berdekatan dengannya. Lagian ia juga mengetahui bahwa adik dari kekasihnya memiliki trauma.
"Oh iya, Hyunjinnie. Kak Hera yang membuatkan bubur itu untukmu, kamu menyukainya?" tanya Chris agar suasana tidak sunyi.
Hera tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang dilontarkan Chris untuk Hyunjin. Namun, melihat Hyunjin diam. Hera hanya bisa tersenyum maklum kepada Chris.
"Hyunjinnie-"
Chris ingin kembali berbicara tapi Hyunjin memotongnya. "Jangan ganggu Hyunjinnie makan." ucap anak itu tegas walaupun matanya tidak menatap keduanya.
Chris menghela nafas pasrah. "Baiklah, Hyunjinnie sayang. Tapi jangan lupa minum obatmu setelah ini."
Tak ada jawaban, sepasang kekasih itu saling bertatapan. Hera memberikan senyuman baik kepada lelakinya, mengatakan sabar kepada Chris saat menghadapi Hyunjin.
Sedangkan Hyunjin, sedikit muak melihat kemesraan sang kakak bersama perempuan itu. Entah dari mana kakaknya menemukan perempuan asing ini, ia seperti bukan orang Australia. Logat bicaranya sedikit berbeda dari orang-orang Australia pada umumnya.
Yang ia tahu, Hyunjin tidak suka perempuan bernama Hera itu. Ia merasa Hera hanya berpura-pura baik di hadapannya, tapi ia tidak pernah merasa perempuan itu jahat kepada mereka. Melihat Hera yang sangat perhatian dan tulus kepada sang kakak, terlihat dari tatapan perempuan itu. Namun, Hyunjin tetap berhati-hati saja karena bisa saja perempuan ini datang 2 bulan sebelum Chris mengajaknya berkencan ada niat terselubung lain kepada keluarga mereka.
'Kak Chris seharusnya tidak mudah jatuh cinta.' batin Hyunjin saat melirik sepasang kekasih itu sekilas.
Hyunjin sebenarnya ingin mengatakan hal ini kepada Chris. Tapi ia tidak mau kakaknya merasa sedih jika ia berkata seperti ini, karena di umur seperti inilah Chris harus segera mencari pasangan hidup hingga menua nanti. Tapi kenapa Hyunjin takut kehilangan sang kakak, rasanya ia tak ikhlas jika Chris cepat menikah. Ia masih trauma ditinggalkan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER [Trauma] On Going
General FictionKarena tragedi kecelakaan itu, Hyunjin kehilangan orang tua nya ketika ia berumur 10 tahun. Kecelakaan itu terjadi selepas mereka pulang dari acara rekan kerja sang Papa. Hyunjin mengalami trauma hebat setelah melihat bagaimana kejadian meledaknya m...