Trauma. 06

240 21 5
                                    

"Sus, dari mana?" tanya Hera yang masih penasaran.

"Saya tadi mengantarkan tuan muda ke toilet, Nyonya." jawab suster.

Hera mengangguk usai mendapatkan jawaban. Ruangan milik Hyunjin lebar bahkan ada satu ruangan lagi, entah ruangan untuk apa. Dan toilet berada di balik dinding agak jauh dari ranjang Hyunjin. Tentu saja tidak terlihat oleh Hera jika suster menemani.

"Kalau begitu saya permisi keluar, Nyonya, Tuan Muda."

Hera mengangguk menanggapi sambil bergumam terima kasih. Sedangkan Hyunjin tidak peduli, remaja itu hanya menatap dinding kosong di sebelahnya.

Setelah suster keluar, Hera menatap Hyunjin yang melamun. Perempuan itu menghela nafas dan berjalan mendekati Hyunjin.

"Hyun,"

Tak ada jawaban.

"Apa masih sakit dadanya?" tanya Hera.

Masih tak ada tanggapan dari anak itu. Namun, ia tak menyerah.

"Maafkan kakak karena tertidur tadi. Kakak tidak mendengar jika kamu memanggil-"

"Tidak ada yang meminta bantuan kakak." potong Hyunjin cepat dengan nada dingin.

"Apa?"

"Aku harap kakak masih bisa mendengar apa yang aku katakan tadi."

"Maaf, kakak kira kamu memanggil saat kakak tertidur dan kakak tidak terbangun, jadi kakak pikir karena itu kamu memanggil suster." jelas Hera sedikit malu karena merasa percaya diri.

Hyunjin hanya memutar bola matanya malas. "Aku tidak minta ditemani. Kenapa kakak menemaniku, di mana kak Chris?" tanya Hyunjin tanpa menatap Hera.

'Sudah ku duga dia akan mencari Chris.'

"Chris pergi ke Camden karena ada masalah pekerjaan di sana. Tapi dia akan pulang saat semuanya sudah selesai," jawab Hera.

Tanpa Hera sadari, Hyunjin merengut tidak suka mendengarnya. Apa-apaan kakaknya itu, meninggalkan dia saat sakit dan harus dijaga oleh Hera.

"Dan Chris meminta kakak untuk menemani mu." lanjut perempuan itu lagi.

Semakin merengut saat mendengarnya. Sudah Hyunjin tebak, Chris benar-benar mempercayai Hera untuk menjaganya. Ayolah, ia tidak suka jika bersama Hera. Menurutnya Hera masih asing setelah menjadi kekasih kakaknya.

"Jadi, kamu tidak sendiri selama tidak ada Chris." seraya mengelus surai Hyunjin.

"Jangan sentuh!" sentak remaja itu menggeram marah yang justru terlihat lucu di matanya.

Hera terkekeh gemas, "menggemaskan." sedikit mencubit pipi gembul itu.

Hyunjin semakin tidak suka menatap Hera. Perempuan itu hanya tersenyum, tiba-tiba suara handphone miliknya berdering. Melihat siapa yang menelpon, Hera tersenyum manis saat nama Chris yang tertera di sana.

"Hyunjinnie, kakak mu menelfon. Ingin mendengar suaranya?" ucap Hera menatap Hyunjin. Yang ditatap hanya menatap lugu lalu mengangguk kecil.

Hera tersenyum sesaat, kemudian menaikan volume telfonnya. Lalu mengangkat telpon tersebut.

"Halo, Chris?"

"Halo, sayang. Apa Hyunjinnie sudah bangun?" tanya Chris dibalik telfon.

"Iya, Chris. Sekarang Hyunjin ingin mendengar suaramu, jadi aku membesarkan speaker telfonnya," jawabnya. Di sana Chris terkekeh kecil dan Hyunjin bisa mendengar itu.

"Aku merindukan Hyunjinnie-ku padahal baru satu hari aku tiba di sini," Hyunjin mendongak mendengar suara kakaknya lagi, ia juga sama merindukan Chris. "Tapi aku tidak pernah melupakanmu, sayang. Dan aku sangat merindukanmu." lanjut Chris begitu lembut membuat Hera tertawa malu mendengarnya.

BROTHER [Trauma] On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang