[[PROLOG S1]]

379 22 9
                                    


“MAJU!! MAJU TEROOSSS!! TEROBOS GERBANG DEPAN!!”

“WOI! POLISI GEBLEK! INI UDAH JAM BERAPA?! BUKAIN GERBANGNYA!”

“JANGAN CUMA BISA JANJI DOANG! BIARIN KAMI MASUK!!”

“TOLONGIN WOI! INI ADA YANG PINGSAN! JANGAN MALAH DIINJEK!”

“WANJERR!! BUKU GUA BASAH COK!!”

“AER! AER! MATA GW PERIH!!”

“YANG CEWEK TOLONG MUNDUR! BIAR KAMI YANG URUS LINI DEPAN!”

"SUSUMEEE!! SHINZOU WO SASAGEYO!!"

Suasana makin ricuh. Ditengah-tengah panasnya sinar matahari yang menyorot terik, para Mahasiswa berbondong-bondong menyerbu gerbang besi berlapis dua yang memisahkan halaman luas bernuansa mewah milik gedung DPRD dengan jalanan yang telah penuh sesak oleh para pendemonstrasi. Ricuh, sudah pasti. Apa lagi pihak di dalam sana yang sudah memberikan janji ini itu tak juga menepati perkataannya dan malah mengatakan berbagai hal tak masuk akal yang makin membuat para demonstran geram adanya.

Dan terjadilah. Aksi-aksi ricuh berbalut keanarkisan ketika para demonstran yang berisi kaum-kaum pelajar STM dan Mahasiswa kota itu berbentrokan langsung dengan para polisi yang membentangkan shield mereka di depan gerbang gedung DPR. Saling adu argumen, saling adu pukulan, bahkan ada yang sampai diseret dan hampir diborgol paksa oleh pihak polisi jika saja tidak ada dukungan dari teman-teman lainnya. Provokator menyelinap, menyerukan kata-kata indah nan beracun yang makin menggelapkan pemikiran. Menimbulkan lebih banyak aksi anarkis yang membuat emosi melejit naik di kedua pihak. Wartawan yang turut menyelinap demi mendapat gambar terbaik pun tak lepas ikut terkena imbas terkena lemparan batu dan berbagai benda padat yang dilayangkan oleh kedua pihak

Suasana makin ricuh, makin panas, makin anarkis.

Namun di lain sisi, masih ada pihak yang berusaha menjaga suasana demo kali ini agar berjalan lebih kondusif dan seperti yang sudah direncanakan.

Bukan dari pihak polisi, apa lagi para pejabat teledor yang tak keluar juga dan masih bersarang nyaman di kandangnya. Tapi para Mahasiswa dalam balutan almamater yang berjuang menjaga suasana demo agar berjalan kondusif.

Mereka berteriak, menyerukan berbagai larangan untuk menghentikan keanarkisan rekan-rekan persatuan perkumpulan Demonstran. Menengahi dan menarik para pelaku anarkis agar segera mundur dan tak menimbulkan korban di kedua sisi. Mereka turut juga maju untuk menyampaikan orasi demi menyadarkan pihak di dalam, sebagai wadah penyampaian aspirasi masyarakat yang semakin bobrok dan tak bertanggung jawab!

Begitu pula dengan Mahasiswa beralmamater Kuning yang turut serta dalam acara demo kali ini.

“Teman-teman, jangan anarkis! Kita disini untuk menyampaikan aspirasi kita, tidak untuk saling baku hantam dengan aparat kepolisian!”

Suara semprotan water canon terdengar di tengah-tengah hiruk pikuk demonstran. Melalui sepasang matanya yang mulai menampakkan kelelahan namun masih diselimuti bara semangat, ia melihat rekan seperjuangannya yang berusaha menyerbu di baris depan didorong paksa untuk mundur menggunakan water cannon oleh polisi. Tak lupa juga melempar gas air mata ke bagian yang mulai semakin anarkis, sehingga membubarkan gerombolan bagaikan rombongan semut.

Mata itu memicing. Alis tertaut, dahi mengerut iritasi. Wajahnya menunjukkan penuh kekesalan, menatap para polisi bertameng dan berseragam lengkap yang masih tak mau juga membukakan gerbang depan gedung DPR yang sudah diserbu sejak pukul 9 pagi. Tak mau diam saja karena merasa orasi nya tak tersampaikan, pemuda dengan almamater bertulisan nama “Rangga” itu nekat maju untuk ikut menerobos masuk. Namun gerakannya tertahan ketika beberapa benda padat tampak melayang dari atas dan turun serempak kearahnya,

“AWAS!!”

GREP!

DUK!!

“Woi, hati-hati! Tolong kondusif!” suara teriakan terdengar keras tepat didekatnya.

“...eh?”

“Mas nggak apa-apa kan?”

Pemuda beralmamater terkejut. Jantungnya tiba-tiba terasa melompat-lompat ria. Tubuh kecilnya kini telah berada dalam dekapan sepasang lengan milik seorang pemuda berseragam putih abu awut-awutan yang melindunginya dari lemparan polisi. Menatap sepasang kelereng hitam kecoklatan yang membias sinar matahari dalam diam. Terpana sesaat akan keindahan yang membuatnya merasa... Aneh.

Di tengah-tengah kericuhan aksi demonstrasi itu, disinari matahari terik yang menyorot tak tanggung-tanggung, tanpa diketahui pihak selain keduanya, sebuah kisah baru terlahir.

Cerita aneh... Yang berawal dari aksi demo menuntut keadilan dan aspirasi rakyat.

DEMO BERUJUNG 'BELOK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang