Seorang pria dalam balutan kemeja formal dan rompi hitam berdasi tampak serius menatap layar smartphone mahal di tangannya. Menunjukkan beberapa gambar kerusuhan demonstrasi yang terjadi siang ini. Gambar di perbesar, menangkap barisan Aparat Kepolisian yang tampak ketar-ketir mendapatkan perlawanan tak terduga dari tiga sisi. Lalu beralih pada seorang mahasiswa yang bergabung dalam kerumunan demonstran para pekerja.
"Bocah itu bekerja cukup baik." Ujarnya. Melihat benda berkedip-kedip yang di tempelkan oleh si mahasiswa di pakaian beberapa orang dalam kerusuhan yang tengah terjadi.
"Ya pak. Benar. Semua berjalan seperti seharusnya." Kata pria itu kembali sembari memegangi earphone yang menempel di telinganya. Berbicara begitu sopan pada seseorang di seberang sana.
"Baiklah. Saya mengerti."
Bunyi 'pip' ringan menjadi pertanda berakhirnya percakapan keduanya. Ada berbagai macam emosi yang tak dapat terbaca di wajahnya. Sebelum tiba-tiba dia berkata,
"Sepertinya ada seekor 'Anjing' yang mengekor sejak tadi huh?"
Bunyi sepatu lemah terdengar tepat ketika dirinya berbalik. Menyeringai kecil. Mengantungi kembali handphone nya dan menatap sosok tegap dalam balutan seragam tentara yang berjalan mendekat dengan wajah datar
"Jadi begitu cara seekor 'Kucing' peliharaan beraksi?"
Tak ada raut kesal atau tersinggung di wajah tampan yang tengah melepas kacamata. Seringai masih terpampang, namun sepasang mata itu makin memicing tajam, menurunkan dagu dan meningkatkan kewaspadaan lebih dalam.
"Aku sudah memperkirakan ini akan terjadi. Nggak mungkin Anjing Pak Menteri mau begitu saja melakukan rencana yang diusulkan oleh Target kan?"
Langkah berhenti. Sosok berseragam tentara mematikan sebuah recorder di saku seragamnya, "Yah, ini sudah cukup. Merencanakan pengalihan dengan membiarkan anak-anak muda itu maju di garis depan. Dan Anda menjalankan 'Misi' lain dari belakang punggung mereka."
SEETT--
Tepat ketika keduanya melangkah maju, tangan bergerak menarik sesuatu dari kantung belt dan menodongkannya tanpa ragu,
"Apa yang direncanakan Pak Wapres." / "Apa yang direncanakan Pak Menhan?" Keduanya bicara dalam waktu yang hampir bersamaan.
Pisau bergerigi menyentuh leher, pistol hitam mengarah ke jantung. Dua pasang mata saling beradu tatap dengan tajam dan penuh curiga. Mencengkeram masing-masing fabrik pakaian dan menariknya mendekat satu sama lain. Menggenggam masing-masing senjata dengan keinginan membunuh kuat. Tak ada ekspresi gentar yang tampak dari keduanya, namun mereka sama-sama tahu.
Mata yang saling menatap itu tengah menarik bermacam kesimpulan yang dapat digali hanya dengan interaksi ini.
Ckrik--
"Ukh! Flash nya malah nyala!"
Pria dalam balutan rompi melepas cengkeraman tangannya dan mendorong dada si Tentara menjauh. Wajahnya mendingin, menatap tajam ke arah sudut gang dengan aura intimidasi yang menakutkan,
"Yang di sana, pilih keluar atau ku lubangi kepalanya."
Seseorang memekik kaget, kemudian menyahut, "Ya! Saya nyerah pak!"
Keduanya menaikkan alis, mendapati seorang gadis kecil berambut sebahu keluar dari balik tembok sembari mengangkat kedua tangannya. Sebuah handphone dengan Chasing cowok 2D yang saling berpelukan tergenggam di tangan kanannya. Wajahnya yang bulat tampak sedikit lebih santai. Seakan tak merasa bersalah karena telah menguping dan memfoto kedua pria itu dengan tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMO BERUJUNG 'BELOK'
FanfictionEpik combek fanfik demo berujung belok? 👀 Rencana bakal up untuk S3 Dengan tema : DEMO AFTER PEMILU dengan sorotan Character : Pak Rio x Mas Hide 👀❤ Please Comment dan like yaa kalau kalian beneran menantikan S3 nya 🥺🙏❤