[[BELOKAN 5]]

207 17 3
                                    

[BELOKAN 5/ TIKUNGAN TERAKHIR] : LANGKAH KEMENANGAN

Sorak-sorai masih terus terdengar, dikumandangkan oleh rombongan Mahasiswa dan anak-anak STM di depan gerbang gedung DPR. Setelah berhasil membekukan senjata andalan Aparat Kepolisian, yaitu mobil Water Canon juga mengcounter dengan gas air mata hasil rampasan baku hantam, semangat mereka kembali tersulut.

Di sisi lain, sosok yang menjadi pemimpin dalam aksi Counter Attack sebelumnya melompat turun dari mobil pick up. Bermodalkan megaphone di tangan dan kecerdasan dalam menyusun kalimat, ia kembali menyerukan orasi pembakar semangat.

“KEPADA TEMAN-TEMAN SEPERJUANGAN! TERUS SERUKAN YEL-YEL KEMENANGAN! JANGAN BERI KENDOR SAMA SEKALI! BIARKAN BAPAK-BAPAK POLISI MENDENGAR SERUAN KEINGINAN KITA UNTUK MENEGAKKAN KEADILAN!”

“BUKA! BUKA! BUKA GERBANGNYA! BUKA GERBANGNYA SEKARANG JUGA!”

“BUKA! BUKA! BUKA GERBANGNYA! BUKA GERBANGNYA SEKARANG JUGA!”

Sorakan itu terus terdengar, di kumandangkan seluruh demonstran yang masih sanggup berdiri. Menyerukan keinginan berkali-kali untuk masuk ke dalam Gedung yang masih saja di jaga rapat oleh Aparat Kepolisian. Namun tampaknya aparat sendiri mulai lelah meladeni aksi para Mahasiswa dan Pelajar STM. Tampak di mata mereka, semangat mulai menyurut. Mungkin salah satu alasannya karena para demonstran tak juga mundur dan makin mendesak. Apa lagi senjata lini depan dan pertahanan mereka juga telah dibekukan. Lihat saja di belakang sana, para pelajar anarkis berulah heboh dengan menggulingkan mobil Water Cannon bersama-sama.

Akan tetapi merasa memiliki tanggung jawab dan tugas untuk mengamankan Gedung DPRD tersebut, mereka tetap berdiri di sana. Di batasi oleh gerbang setinggi lebih dari tiga meter yang membatasi area pertahanan terakhir Kepolisian dan lini terdepan rombongan demonstran. Apapun yang terjadi, sebelum adanya perintah mundur dari atasan, mereka harus tetap berdiri di sana.

Sungguh kepatuhan yang luar biasa, namun juga terasa miris di saat bersamaan.

Si ketua BEM menjauhkan megaphone dari depan bibir. Memandang serius ke arah aparat yang mulai cemas kocar-kacir. Sepasang iris di balik kacamata bergerak, menatap satu sosok dari sudut mata. Ada lecutan kekesalan yang terpantul di matanya ketika melihat sosok tersebut menyeringai ke arahnya,

“Ini sudah cukup bukan?”

“Ya. Sekarang serahkan saja penyelesaiannya.”

“Sebenarnya apa yang sudah Anda rencanakan, Polisi Hidayat.”

Tak menjawab, Hidayat kemudian berbalik dan menghilang di kerumunan.

Menuju ke tempat keponakannya berada.

.

.

.

“Hah? Kok bisa begitu?”

Pertanyaan itu kembali di lontarkan Jhon Keling setelah mendengar penjelasan dari sobat kental manisnya yang sebelumnya sempat pingsan karena menghirup gas air mata. Sosok itu, Rangga tampak santai saja menanggapi kebingungan temannya itu,

“Aku sendiri juga kurang paham, tapi dengan ini kita pasti bisa masuk ke dalam!”

Ketika Jhon ingin kembali bertanya, seseorang tiba-tiba muncul. Mendorong si Mahasiswa dan bocah STM yang tampak mulai mencerna segala yang terjadi ketika melihat sosok itu,

“Nah bocah-bocah nekat, sekarang kalian bisa santai sejenak karena sebentar lagi gerbang akan dibuka.”

“Lah? Kok Mas Hidayat bisa bilang begitu? Memangnya ada apa sih sebenarnya? Apa sudah ada perintah mundur dari atasan?” tanya Jhon Keling masih kebingungan.

DEMO BERUJUNG 'BELOK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang